Kemarin SBY mengadakan konferensi pers. seperti konpers sebelumnya, kali ini SBY tetap memasang akting yang sama, yaitu : wajah serius, nyaris tanpa senyum, terlihat agak sedih dan ingin menampilkan kesan dizolimi.
Inti konpers SBY kemarin adalah SBY merasa terganggu dengan adanya dugaan penyadapan terhadap dirinya terkait bisa diketahuinya komunikasi dirinya dengan ketua MUI KH Maruf Amin pada oktober 2016, dan curhatan SBY yang pingin sekali bertemu presiden Jokowi tapi belum kesampaian karena ada 2 atau 3 orang yang menghalangi terjadinya pertemuan tersebut. (Sepertinya SBY mulai agak bingung, 2 orang atau 3 orang aja tidak bisa menentukan, sehingga hal ini membingungkan pihak istana yang dituduh secara khusus, dan pemirsa secara umum.)
Menjadi pertanyaan di kepala banyak orang jika memang curhatan sang mantan (SBY) benar, siapakah sosok yang bisa memberi masukan ke presiden Jokowi sehingga tidak mau menemui SBY? Tebak-tebak buah manggis, mereka nebak saya manis, munculah beberapa nama yang menjadi tertuduh.
Ada si anu, si itu dan si polan. Tapi nama nama ini hanya beredar di bawah tanah. Pihak istana melalui Juru bicara sudah memberi respon agar SBY langsung sebut nama saja supaya clear dan gentleman, tapi SBY tidak merespon balik dan membiarkan curhatannya di konpers menjadi teka teki teko.
Terkait dengan curhat SBY yang ingin bertemu Jokowi tapi belum kesampaian. Saya sendiri punya pandangan : untuk menjaga tali silaturahmi, di mana hal ini disunahkan dalam islam, Tidak ada salahnya presiden Jokowi meluangkan sedikit waktunya dari kegiatannya yang super sibuk untuk menemui SBY, dengan catatan nanti saat ketemu dibatasi waktu pertemuannya, SBY dilarang curhat panjang lebar, apalagi sampai nangis sesenggukan karena (katanya) sering menjadi korban fitnah, salah satunya sebagai motor penggerak demo 4 november 2016. Soalnya presiden Jokowi kan super sibuk, waktunya sangat sedikit sehingga harus dimaksimalkan untuk kegiatan-kegiatan positif.
Saya berpendapat jika presiden Jokowi bertemu presiden lebih dari 1 jam, maka akan lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, mending melakukan kunjungan ke panti asuhan dan dengarkan curhat mereka, daripada mendengarkan curhatan SBY yang ga jelas, yang dulu sewaktu menjabat presiden sering katakan perang terhadap narkoba, eh ternyata memberikan GRASI ke bandar narkoba CORBY dan OLLA. Dulu bilang katakan tidak pada korupsi, eh kader-kader terbaiknya justru berlomba-lomba memperkaya diri sendiri melalui berbagai korupsi lintas departemen, yang paling fenomenal adalah korupsi di proyek wisma atlet dan hambalang.
Kepada pak presiden Jokowi, supaya SBY gak meradang lama-lama, dan gak melemparkan tuduhan ada kolega Bapak yang menghalangi pertemuan kalian, mohon luangkan waktu bapak yang super sibuk, cukup 1 jam untuk bertemu pak mantan presiden SBY.
Nyenengin orang tua kan ibadah juga pak. Siapa tahu setelah bertemu pak presiden Jokowi, pak SBY gak galau lagi kaya ABG di tolak cintanya.
Oh ya pak, supaya pertemuan dengan pak SBY tidak kikuk dan garing, bapak Jokowi mesti ajak bu Mega dan pak Antasari, kayanya bakal seru dan bakal banyak cerita dari mereka-mereka yang dulunya teman dekat ini.
Cempaka Putih, 2 Februari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H