Mohon tunggu...
Wiwid Dolianto
Wiwid Dolianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka Travelling

Menulis, berbagi dan diskusi mengenai banyak hal untuk kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Imajinasi Anak, Apakah Sudah Terbentuk atau Orang Tua yang Mengarahkan?

22 Oktober 2022   08:30 Diperbarui: 22 Oktober 2022   08:30 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering melihat anak bermain sendiri maupun berkelompok dengan teman seusia, membuat suatu permainan yang mereka buat dengan skenario sederhana, bahasa tubuh ala anak - anak, perlengkapan serta hal lainnya sebagai pendukung dalam permainan mereka. Sebagai contoh permainan anak dan orang tua, ada yang menjadi ibunya, ada yang ditunjuk menjadi anaknya. Ibunya diperankan berbelanja kemudian memasak dan anaknya asyik bermain. Sepintas sebuah 'drama' yang mereka mainkan nampak sederhana, dengan bahasa khas anak - anak yang terkadang diakhiri dengan salah satu ada yang menangis karena berebut mainan. Namun mereka bermain tanpa ada arahan sutradara sebelumnya, tanpa ada setting peran apa yang akan dilakukan, tanpa ada teks yang harus dihapalkan seperti layaknya sinetron. Ini keren lho! Karena mereka memainkan imajinasi sesuai peran yang mereka lakukan dan disepakati bersama. 

Saat bermain, masing - masing anak menghayati peran yang dilakukannya. Jika ada yang bertingkah laku tidak sesuai dengan peran yang sudah disepakati sebelumnya pasti ada yang protes dan ingin agar permainan tetap dilanjutkan sesuai skenario awal. 

Mengapa mereka bisa melakukan adegan tanpa berlatih sebelumnya seperti itu ? Seolah sudah terbiasa dan tanpa canggung lagi menjalankan peran yang disepakati bersama. Pasti ada sesuatu yang terekam di memory otak anak, seperti bagaimana ibu mereka ketika berbelanja, atau mereka melakukan peran lain misalnya sebagai seorang guru yang mengajari membaca murid - muridnya. Rekaman memory yang terus berulang itulah yang seolah memberi tahu si anak akan jalan cerita yang akan diperankannya. Wah keren dan menarik ya ...

Namun ada juga tipe anak yang mudah murung atau sering marah - marah, ada yang berpendapat bahwa hal itu karena anak terlalu sering dimarahi oleh orang tua. Atau bisa juga sering melihat orang tuanya bertengkar di depan anak - anak mereka. Bisa jadi anak seperti ini senangnya menyendiri, main sendiri, maunya menang sendiri dan jarang sekali terlihat 'bersosialisasi' atau diskusi dengan teman sebayanya. Pakar menyebutkan jika anak sering dimarahi maka akan mematikan sel otak yang siap tumbuh dan menyerap informasi. Warning bagi kita sebagai orang tua !!

Maka penting untuk memberikan 'asupan gizi' yang cukup bagi memory otak anak, agar apa yang dilakukan si anak akan menunjukkan hal yang selalu positif. Misalnya sering melihat orang tua pergi ke Masjid sholat berjamaah, memberi contoh banyak membaca buku pengetahuan, sering diskusi atau 'belajar kelompok' dengan keluarga. Hal sederhana yang bisa dilakukan namun sangat efektif membentuk dan memberikan memory positif bagi anak. 

Setelah memory otak anak sudah cukup baik dengan banyak hal yang dilihat, didengar serta dibaca, maka tibalah saatnya si anak akan berimajinasi guna melakukan hal yang lebih baik lagi. Bukankah pesawat terbang saat ini bisa tercipta karena adanya imajinasi dan mimpi seorang anak bernama William Edward Boeing dan juga Wright bersaudara ? Mimpi bisa terbang tinggi di angkasa dan bisa berpindah dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya. Tanpa perlu berpikir bagaimana mewujudkannya nanti. Imajinasi saja dulu, apa dan bagaimananya itu urusan nanti ! Terbukti usaha dan kerja keras mereka berhasil setelah gagal berulang kali. 

Mimpi dan berimajinasi bagi anak adalah hal yang sangat penting, dimana dunia anak adalah dunia bermain. Imajinasi positif dan terarah dimana ingin melakukan suatu hal yang belum pernah ada yang melakukan atau belum pernah ada yang membuat. Imajinasi seperti ini yang mesti terus dipupuk, dikembangkan bahkan jika perlu diberikan 'tambahan pelajaran' informal, seperti les piano, kursus komputer, robotik, olah raga beladiri atau kegiatan positif lainnya. 

Imajinasi negatif bisa terjadi jika ada 'asupan negatif' dari bacaan, tontonan atau bisa juga dari informasi teman saat bermain. Apalagi di jaman serba canggih seperti saat ini, semua informasi dengan mudah bisa didapat, mulai dari sampah hingga berlian ! Maka peran sebagai orang tua sangat besar dalam mengarahkan serta memberikan batasan terhadap apa - apa yang baik dan apa - apa yang tidak baik bagi perkembangan si anak. Anak juga diharapkan terbuka terhadap hal - hal baru yang di hadapinya.   

Terkadang orang tua tanpa sengaja mematahkan impian si anak, sebagai contoh dengan mengatakan "Mana bisa dik, itu nggak mungkin bisa dilakukan !". Dan tanpa disadari si anak akan mundur secara teratur dan akan sangat berhati - hati dalam 'bermimpi dan berimajinasi'. Padahal berani bermimpi dan mewujudkan mimpi itu merupakan hal yang sangat luar biasa. Ini yang sangat penting diberikan pengertian kepada anak secara terus - menerus.

Bagi anak usia remaja juga penting berimajinasi, misalnya dalam menyelesaikan soal pelajaran matematika atau fisika di sekolah. Bukan hanya dengan menghafalkan rumus - rumus rumit kemudian soal bisa diselesaikan secara langsung, namun bisa membaca secara lengkap permasalahan yang dihadapi serta penyelesaian yang diharapkan oleh soal matematika, fisika dan juga kimia. Akan lebih mudah dengan membayangkan soal tersebut kemudian penyelesaiannya menggunakan rumus - rumus yang sesuai.   

Banyak penemuan bermula dari sesuatu yang tidak disengaja dan kemudian berkembang menjadi ilmu baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Akankah sejarah akan mencatat salah satu dari anggota keluarga kita, teman sekolah atau teman bermain kita, atau juga warga negara kita yang menjadi penemu ilmu dan temuan itu sangat berguna bagi kehidupan manusia serta makhluk yang ada di bumi ini. Sungguh sangat membanggakan !!!

Semoga Bermanfaat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun