Setelah melakukan kunjungan kenegaraan di Republik India pada 12 hingga 13 Desember 2016 kemarin, Presiden Jokowi kembali melanjutkan kunjungan negaranya ke Republik Islam Iran tanggal 14 Desember 2016.
Namun siapa sangka, di sela-sela kunjungan bilateral Presiden Jokowi ke Iran yang konon merupakan negara yang menganut aliran Islam Syia’h, tak ayal hal tersebut kini menuai kontroversi di kalangan masyarakat tertentu.
Balasan Kunjungan Kenegaraan
Alasan pertama lawatan Presiden Jokowi ke negara Iran merupakan bentuk kunjungan kenegaraan balasan Presiden Iran ke Indonesia pada April 2015 silam. Hal yang wajar dan lumrah untuk ilmu Hubungan Internasional, apabila sebuah kunjungan kenegaraan dibalas dengan kunjungan kenegaraan serupa.
Selain dari pada untuk mempererat hubungan bilateral kedua negara, kunjungan kenegaraan oleh seorang kepala negara ke negara lain juga dapat dimanfaatkan untuk menjalin kerja sama di bidang lain seperti halnya ekonomi. Hal ini tergambar dari beberapa menteri yang menyertai kunjungan kerja Presiden Jokowi di antaranya: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Kepala BKPM Thomas Lembong.
Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA)
Iran, selaku negara yang memiliki cadangan energi yang cukup besar di dunia, alasan Presiden Jokowi mengunjungi Teheran adalah untuk membangun diversifikasi mitra kerjasama energi. Mengingat seiring perkembangannya waktu, di tengah-tengah jumlah penduduk yang terus bertambah dan rencana kenaikan harga minyak dunia tahun depan, memang logis apabila mantan Wali Kota Solo ini berupaya untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
Selain itu, masih banyaknya blok minyak dan gas Indonesia baik darat dan lepas pantai yang belum diproduksi, membuat Presiden Jokowi dan Presiden Iran untuk bekerja sama dalam pengelolaan ladang minyak di Iran dan investasi kilang minyak di Indonesia. Bukankah ini sebuah win-win solution?
Memperkuat Kerja Sama IORA
Indian Ocean Rim Association (IORA) merupakan satu-satunya organisasi regional di wilayah Samudera Hindia. Pengembangan kerja sama negara yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan di semua anggotanya dilakukan dengan pendekatan konsensus.
Perlu diketahui bahwa IORA merupakan organisasi yang lahir pada tahun 1997 ini didirikan atas dasar ekonomi, keamanan dan keselamatan maritim, pendidikan dan kebudayaan. Sementara itu keberadaan IORA ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan seimbang bagi seluruh negara anggota dan menciptakan landasan yang kuat bagi kerja sama ekonomi regional melalui upaya-upaya fasilitas perdagangan dan menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan. Selain itu, di dalam IORA Indonesia merupakan negara yang memiliki perananan besar mengingat dari periode 2015 hingga 2017 nanti, Indonesia dipercaya menjadi ketua IORA dan Afrika Selatan sebagai wakil ketuanya.
Bertemu dengan Staf KBRI Teheran
Selain membangun fokus kerja sama kenegaraan, kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Iran juga diagendakan untuk menghadiri acara ramah tamah dan santap malam dengan Staf KBRI Teheran dan masyarakat Indonesia di Wisma Indonesia, Teheran. Agenda pertemuan ini dijadwalkan oleh Presiden Jokowi segera setelah usainya pertemuan antara dirinya dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Ketua Parlemen Iran Ali Larijani, dan Pemimpin Agung (Supreme Leader) Iran Ayatollah Seyed Ali Khameine (sumber).
Kadang, untuk melakukan resistensi dan sebuah kritik yang matang, diperlukan sumber referensi yang dewasa dan analisis yang valid. Bukan menebar isu apalagi sebuah kebencian. Kapan Indonesia akan maju jikalau kita belum bersatu padu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H