Â
Dear Diary,
Malam ini aku ingin bercurah kata kepadamu. Tentang kecewaku, tentang lukaku dan tentang ketiadaadilan padaku.
Diary, aku tak mau menjadi seorang durhaka. Tapi... Aku juga punya mimpi dan inginkan bahagia serta kebanggaan untuk papa dan mama. Sayangnya, mimpiku tak pernah diinginkan oleh mereka, dan bagaimana bisa itu membuat mereka bahagia serta bangga? Baru diangan saja sudah mereka tolak?
Mana adalah diary, orang tua yang berharap anaknya menjadi penulis ataupun blogger? Makanan apa itu? Pekerjaan apa? Bergengsi? Tidak juga, kan? Meskipun kita semua juga tak buta, ada penulis serta blogger yang berpengahasilan puluhan juta perbulan. Tapi lagi-lagi, pekerjaan itu dianggap papa dan mama tak lebih hebat dari seorang dokter. Ya, jelas sajalah kalau anak TK ditanya cita-cita pasti kalau gede ingin jadi dokter, mana mungkin mau jadi blogger atau penulis.
Tapi bagaimana jika aku ingin menjadi blogger atau penulis, diary? Sementara papa sebenarnya lebih suka aku menjadi seorang dokter, dengan jas berwarna putih dan menolong orang sakit. Di mana kita semua tahu, pekerjaan bergengsi dan diangkap sebagai pekerjaan yang mulia.
Argh, entahlah... sama darah saja aku takut, bagaimana bisa aku menjadi seorang dokter? Tapi melawan kehendak papa dan berjuang demi mimpi? Sama saja mengantarkan aku pada kedurhakaan. Sumpah serapah pasti akan kuperdengarkan? Secara kau tahu diaryku, sebagai seorang anak, aku belum bisa membanggakan papa dan mama. Mungkin mengikuti kehendaknya, begitulah caraku menjadi seorang anak yang berbakti...
Â
Tapi...
Bagaimana dengan hatiku? Bagaimana dengan inginku dan bagaimana dengan kehendakku, diary? Kenapa kau hanya diam saja dan tak menjejalkan nasehatmu kepadaku? Kau itu kawan setia yang selalu perdengarkan setiap keluhku, namun mengapa kau membisu disaat aku sedang butuh nasehatmu?
Argh... terkadang aku ingin marah pada diriku sendiri. Terkadang aku benci pada keaadaan ini? Kenapa kehendak papa harus berbeda dengan inginku? Kenapa papa dan mama tak mau mengerti aku? Dan masih banyak kenapa, kenapa dan kenapa hingga kadang aku berfikir ingin kembali ke alam kandungan dan tak ingin terlahir dari rahim mama.