Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (9)

31 Juli 2012   21:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:23 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ringkasan sebelumnya: Bodyguard yang mengambil celana dalam Arni itu ternyata bernama Jarpul, suaminya. Ramon berhasil mengelabui pria yang tengah memendam rindu kepada Arni yang juga calon istrinya itu. Selengkapnya

Arni memastikan akan menghabiskan bulan Ramadhan di kampung halaman. Kakaknya, Jarot, telah mewanti-wanti agar ia tak kembali melacur. Uang pemberiannya lebih dari cukup untuk keperluan hidup hingga Lebaran.

Lagipula lebih banyak waktu sia-sia jika ngotot mencari mangsa di Jakarta pada bulan-bulan seperti itu. Ramon telah terlebih dahulu melarangnya. Ramon meminta Arni agar bertaubat dan lebih fokus menjalankan ajaran agama di bulan penuh rahmat itu.

Ah, lagi-lagi Ramon...

Entah mengapa Arni jadi kembali teringat priayang tiba-tiba mengajaknya menikah, meski ia sudah mengenalnya cukup lama. Ramon kini tak jelas nasibnya, namun ia yakin pria itu selamat dan akan meneleponnya kembali.

Selama di kampung halaman, Arni rajin ke mushola untuk salat berjamaah. Ia juga rajin mendengarkan pengajian dan tauziah yang kerap diadakan di kampungnya selama bulan Ramadhan

Para tetangga sempat bertanya-tanya mengapa Yati pulang lebih awal, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Apakah restoran tempatnya bekerja bangkrut atau Yati yang mengundurkan diri?

Yati pun berterus terang bahwa kali ini ia sedang cuti di luar tanggungan alias tak digaji. Cuti itu diajukan setelah ia bertemu Jarot. Untuk meyakinkan bahwa ia telah bertemu sang kakak, Arni alias Yati menunjukkan foto sang kakak di handphonennya.

“Wah, tambah ganteng yo”

“Tambah resik kulite, tambah mriyayeni”

“Tambah keren lah pokoke.”

“Yeee, ket mbiyen kan wis keren. Dari dulu emang sudah ganteng.”

Hahaha…

Yati membiarkan para tetangganya mengomentari foto Jarot dan menertawakannya.

“Kapan pulangnya mas Jarot? Anake wis piro, sudah berapa?” Seorang tetangga melontarkan dua pertanyaan sekaligus dalam bahasa Indonesia campur Jawa.

“Katanya sih pulang Lebaran ini. Anake siji, tapi digowo bojone, wong Filipina,” jawab Yati, ikutan berbahasa campur-campur.

“Kok iso koyok ngono, Yat?”

"Wah, saya nggak ngerti. Katanya mas Jarot ia sudah pisah sama istrinya, sudah cerai. Tapi cerai baik-baik."

“Wah jadi duren dong. Duda keren.”

Hahaha….

Para wanita tetangga itu tertawa lagi. Mereka seolah punya peluang untuk mengisi kekosongan pasangan yang tengah dialami Jarot.

***

Dari para tetangga tersebut Arni juga memperoleh kabar bahwa Jarpul sebenarnya sempat pulang dan mencarinya tahun lalu. Bahkan pria itu sempat bertemu Raihan namun tak berani mendekatinya.

“Suamimu rindu kamu Yat, tapi nyalinya ciut. Dasar lelaki pengecut.” Begitu komentar tetangga yang menceritakannya dalam bahasa Indonesia.

Jarpul memang memberikan kesan negatif kepada warga di kampungnya. Bukan saja karena ia kabur meninggalkan Yati dan anaknya, terutama karena ia kabur bersama janda kaya yang sangai dimusuhi warga.

“Kalau ke sini jitak aja jidatnya. Jangan mau memberinya maaf.”

“Kalau kamu menerimanya Yat. Kami akan melaporkan kepada Pak RT, Pak RW, Pak Lurah bila perlu ke Komnas HAM , biar kalian diusir dari kampung ini.”

Yati tersenyum mendengar ancaman setengah bercanda itu. Ia mengangguk seolah setuju padahal ogah menanggapinya.

Sebenarnya ia sudah memaafkan apa yang pernah dilakukan Jarpul terhadapnya. Tapi maaf yang dimaksud bukan berarti ia bakal menerimanya kembali.

Ia memaafkan justru karena Yati tak mungkin menerima kehadirannya kembali. Ia sudah ikhlas hidup tanpa suami seperti Jarpul.

Apalagi sekarang ia punya Ramon.

***

Keesokan harinya, ketika menyiapkan makanan buka puasa, Arni terkejut sekaligus senang menerima telepon dari Ramon. Ia bilang kangen sekali, demikian sebaliknya.

Tapi Ramon sadar, saat itu bukan waktunya kangen-kangenan. Saat itu ia butuh uang, butuh kehadiran Arni disampingnya.

Setelah menyuruh Arni mencatat nomor PIN kedua kartu ATM yang dititipkannya, Ramon meminta Arni mengambil uang secukupnya. Uang itu nanti buat ongkos sang pujaan hati menemuinya.

Tugas itu cukup berat bagi Arni. Bukan karena ia tak mau menemui Ramon, tapi karena ia tak terbiasa mengambil uang melalui ATM. Selama ini ia membawa uang secara cash alias kontan. Maklum para tamunya juga memberi uang secara kontanbukan via ATM.

Untungnya Arni punya akal, dengan alasan takut ketahuan orang lain jika mengambil uang di ATM, ia mengusulkan untuk menggunakan uang pemberian kakaknya dulu. Usul itu langsung disetujui Ramon. Malam itu Arni diam-diam pergi ke terminal dan mencarter mobil yang akan mengantarnya ke tempat persembunyian Ramon.

Arni membayangkan, babak baru kini sedang dimulai. Ia menjalaninya penuh optimis.

“Ya Alloh jika ini jalan yang kau berikan untukku, berilah kekuatan kepada kami berdua…” (bersambung)

PSK Galau di Bulan Penuh Rakmat (10)

Kisah-kisah lain di sini


Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun