Ringkasan sebelumnya: Persembunyian Ramon akhirnya diketahui Jaka. Melalui orang kepercayaannya, Gofar, Ramon dijemput paksa. Ia menduga, ibu kos terlibat atas bocornya persembunyian di kamar Arni. Selengkapnya...
Kita tak bisa memilih apakah ingin dilahirkan oleh orangtua yang baik atau orangtua galak. Oleh keluarga miskin atau keluarga kaya.
Kita juga tak bisa memilih apakah ingin menjadi manusia berwajah cantik, tampan atau jelek. Menjadi pria perkasa, wanita anggun, atau setengah-setengah alias banci.
Sebab jika setiap manusia bisa memilih, maka semuanya akan memilih jadi anak orang kaya, jadi wanita cantik, dan pria ganteng. Nah, jika itu semua terjadi maka hidup jadi monoton, membosankan.
Padahal takkan pernah ada orang kaya jika tak ada orang miskin, tak ada lagi manusia tampan jika tak ada pembandingnya yang jelek. Buat apa kehidupan jika semuanya seragam.
"Jadi kamu jangan pernah mengeluh dengan keadaanmu. Hidup harus disyukuri." Begitu nasihat terakhir ibu Ramon sebelum dia meninggal dunia karena sakit.
Nasihat itu kembali dikenang Ramon saat dirinya merasa kesepian karena disekap di sebuah tempat oleh Jaka dan kawan-kawannya. Saat disekap, tangannya diborgol, mulutnya dibekap lakban.
Ramon sudah menebak, begitu persembunyiannya diketahui Gofar, ia segera akan diserahkan kepada Jaka, bosnya. Tentu saja Jaka marah sekali saat kembali melihat Ramon.
Pria berpenampilan lembut namun berjiwa sadis itu sempat menampar wajahnya. Jaka lantas menegaskan bahwa ancaman akan membunuh Ramon adalah bukan main-main.
Ramon yakin ancaman itu pasti dilakukannya. Hanya saja, belum sekarang. Kenapa? Karena Ramon masih dibutuhkan Jaka, bukan hanya sebagai orang yang tahu sejumlah rahasianya, tapi juga sebagai pemuas nafsu seksnya.
"Tapi nak, meski kamu tak bisa memilih dimana kamu harus dilahirkan, kamu tak boleh putus asa. Kamu tetap bisa mengubah dunia, paling tidak mengubah dunia di sekitarmu." Begitu pesan ibunya lagi,