Ringkasan sebelumnya: Arni curhat pada Icha, sesama PSK, tentang ajakan menikah dari Ramon. Arni menunjukkan uang dan dua kartu ATM sebagai tanda ke seriusannya. Icha memberikan lampu hijau. Tapi Ramon ternyata menghilang, dibawa pergi paksa seseorang. Selengkapnya...
Wanita itu selalu bicara dengan hatinya. Apalagi jika dihadapkan pada dua pria. Begitulah Arni melakukannya saat membandingkan antara Jarpul, suaminya, dengan Ramon, sahabatnya.
Sepintas orang menganggap Jarpulah yang akan didukung Arni karenaia suaminya. Faktanya, Jarpul tak pernah memposisikan sebagai suami. Ia minggat justru setelah Arni melahirkan anak keturunannya, yang kemudian diberi nama Raihan.
Parahnya ia minggat dengan seorang wanita nakal yang dikenal keluarga Arni. Kenyataan itu sungguh menyakitkan. Mempermalukan keluarga.
Sebenarnya orangtua Arni sudah memperingatkan agar tak berpacaran dengan Jarpul. Tapi Arni tak peduli. Ia sudah termakan rayuannya. Jarpul memang perayu ulung, playboy kampung.
Dia kakak kelas Arni saat SMA. Jarpul juga dikenal sebagai jagoan berkelahi di sekolah. Karena itu banyak disegani para siswa dan jadi idola para siswi. Arni termasuk siswi yang mengangguminya.
Tatkala Arni hamil karena perbuatan Jarpul, bapak ibunya segera menikahkan mereka. Tujuanya tentu saja menutupi aib, meski aib itu tetap saja dapat dibaca warga.
Keputusan itu dianggap lebih baik jika dibandingkan harus menghadapi pergunjingan soal Arni hamil tapi tak ketahuan bapaknya. Orang-orang desa akan mengkaitkannya macam-macam, ya dihamili jinlah, dihamili bapaknyalah, pokoknya serem.
Arni sempat menyesal karena telah menikah dengan Jarpul. Tapi penyesalan tak ada gunanya karena semuanya sudah terjadi, nasi sudah jadi bubur. Dan kini, lakinya itu tak ketahuan rimbanya.
Tapi kalaupun ketahuan posisinya, belum tentu Jarpul kembali untuk menunjukkan tanggung jawabnya. Bahkan mungkin malah malu dengan dirinya sendiri.
“Jadi biarin saja. Biar mampus saja. Mudah-mudahan sudah mati.” Arni bergumam sendiri saking kesalnya pada Jarpul.
Tatkala Arni ingin benar-benar menghapus si bedebah Jarpul itu dari lembaran hidupnya, tiba-tiba sadar bahwa ia sedang menjalani ibadah puasa. Sedang berada di tengah bulan Ramadhan, bulan penuh rahmat.
“Astagfirulloh,” ucapnya. Arni pun segera mendoakan agar Jarpul bahagia dengan wanita pilihannya.
Sebaliknya Ramon. Arni pun tersenyum membayangkannya. Dia bukan apa-apanya. Ramon juga bukan pria gagah seperti halnya Jarpul. Toh Arni yakin bahwa Ramon orang baik, jauh lebih baik dari Jagur. Ramon juga pria bertanggung jawab, jauh sekali bedanya dibanding Jagur.
Singkatnya, Ramon adalah sosok pria yang pantas untuk selalu dipikirkan dibanding Jagur. Sosok pria yang pantas merenda masa depan dengannya. Apalagi pria itu sudah menyampaikan keinginan untuk menjadikan Arni sebagai istrinya. Arni menyesal mengapa ia tak segera mengiyakannya.
Jika ia menjawab ya dari awal, mungkin Ramon tak akan menghilang seperti sekarang. Mungkin takkan sempat dibawa paksa oleh Jaka, teman bisnis sekaligus kekasih gelapnya. Jika Arni menjawab ya, mungkin mereka sudah berada jauh di luar pulau Jawa dan hidup berbahagia.
Ah, penyesalah selalu datang terlambat. Ramon kini tak tahu keberadaannya. Nomor handphonenya tak lagi bisa dikontak. SMS ke nomor milik Ramon pun tak pernah nyampai.
Meski begitu Arni selalu mendoakannya. Meminta Alloh menjaga keselamatannya. Arni yakin suatu saat Alloh akan mempertemukan kembali dirinya dengan Ramon, entah sampai kapan
***
Baiklah, Arni akan menceritakan bagaimana awalnya ia berkenalan dengan Ramon.
Sebagai penjaja cinta di ibukota, lima tahun lalu, Arnibutuh menjaga penampilan. Bukan hanya merawat bodi dan memilih pakaian yang dikenakan, tapi juga menata rambut.
Dari beberapa salon yang telah dicoba, Arni kemudian tertambat di RR Salon yang dikelola Ramon. RR adalah singkatan dari Ramon Rahardjo. Ia merasa cocok dengan cara pria itu memberi pilihan potongan rambut dengan model wajah dan tubuhnya.
Macicha atau Icha adalah teman sesama PSK yang terlebih dahulu mengenal Ramon dan memperkenalkan kepadanya. Lalu Arni ingat sapaan pertama Ramon kepadanya. “Rambutan yeiy bagus, yang punyanya apalagi,” katanya seraya menyentuh rambut Arni, seperti tak sabar untuk merapihkannya.
Arni tertawa dalam hati. Ia jadi ingat dengan beberapa sinetron yang pernah ia tonton dimana salah satunya memerankan sebagai tokoh bencong. Tokoh itu sekarang seperti sedang dimainkan Ramon.
Semakin lama mengenal Ramon, Arni baru tahu, bahwa dalam diri seperti ada dua hormon yang sama kuatnya. Yakni Hormon pria di satu sisi, dan hormon wanita di sisi lain. Hormon wanita itu menonjol saat ia berhadapan dengan pelanggan.
Tapi begitu sendirian, dan Arni kerap menemaninya, sisi pria Ramon jadi tampak. Misalnya, tiba-tiba saja ia menanyakan kapan Arni berhenti bekerja sebagai PSK. Ketika itu Arni menjawab sekenanya, yakni bila ada lelaki kaya raya dan bertanggung jawab yang mau mengawininya.
Jawaban itu membuat Ramon terdiam sejenak. “Kalau tukang potong rambut seperti aku nggak masuk kategori ya? Mustahilmembuatmu insyaf?,” tanya serius.
Setelah tertawa mendengar pertanyaan yang dianggapnya aneh itu, Arni kemudian berkata” “Udah ah Mon, kita kan teman. Gini-gini aku masih punya siami loh.”
Sejak itu Ramon tak pernah menyinggung-nyinggung soal itu lagi. Bahkan tak lama kemudian ia menutup usaha salonnya dan pergi tanpa memberi kabar pada pelanggannya, termasuk Icha dan Arni.
Lima tahun kemudian, Ramon muncul lagi dan tak menunjukkan sisi kebanciannya. Arni tak terkejut. Tapi ia mengingat-ingat apakah sisi perempuan Ramon sempat muncul saat lima hari terakhir bersamanya.
Oh ya ya, Arni ingat. Kala menerima telepon dari seseorang, Ramon berteriak seperti menghadapi pelanggan salonnya. Tapi tak lama kemudian dia serius dan marah. “Emang gilingan (gila) tuh manusia. Jijay murkijay (jijik) deh echie.”
Ah Ramon-Ramon. Arnie tertawa sendiri, namun kemudian mukanya berkabut, sedih, karena memikirkan nasibnya kini.
***
Suatu malam, Arni tak bisa tidur memikirkan Ramon. Ia membolak balik dua buah kartu ATM yang dititipkan Ramon kepadanya.
Ia membayangkan dua kartu ATM atas nama Ramon Rahardjo itu berisi uang ratusan juta rupiah. Dan ia diberi hak untuk membelanjakannya.
Tapi Arni tak melakukannya. Ia menganggap uang itu adalah uang untuk masa depan anak-anaknya. Untuk masa depan Raihan dan adik-adiknya yang terlahir setelah ia resmi menjadi istri Ramon.
Setiap pagi Arni membayangkan akan disibukan untuk menyiapkan sekolah Raihan dan adik-adiknya. Ia akan bergantian dengan Ramon untuk mengantar anak-anak mereka ke sekolah dan menjemputnya saat pulang sekolah.
Lalu malam harinya ia akan mendongeng untuk mengantar anak-anaknya ke paraduan.
Anak-anak yang sehat dan lucu itu akan memanggil dirinya mama, dan memanggil papa kepada Ramon. Mereka tinggal di sebuah rumah mungil. Ramon punya beberapa usaha salon dan sejumlah karyawan tentunya. Arni ikut mengelola salah satu salon yang berlokasi tak jauh dari rumah.
Pada satu malam salah anaknya yang paling kecil tak bisa tidur meski Arni sudah mendongeng beberapa kali. Arni lalu bertanya mengapa si bungsu tak bisa tidur?
“Laper ma, echie ingin makarena (makan)” katanya.
Jawaban itu membuat Arni tersentak dan segera bangun dari tidurnya. Rupanya ia baru saja bermimpi telah berumah tangga dengan Ramon yang memberinya sepasang anak, adik-adik Raihan, anak pertamanya.
Salah satu anaknya, mirip dengan Ramon, termasuk kelakuannya. Arni segera beristighfar. Ia melihat jam dinding, ternyata waktu imsak masih lama, masih terlalu malam untuk makan sahur.
Karena tak bisa tidur lagi. Arni memilih mengambil air wudlu dan melakukan shalat tahajud seperti diajarkan Ramon saat terakhir dengannya. (bersambung)
PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (4)
Kisah-kisah lain di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H