Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (21)

16 Agustus 2012   05:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ringkasan Sebelumnya:Jaka akhirnya menemukan Ramon dan Arni di kapal pesiar itu melalui anak buah kapal yang sudah disuapnya. Ternyata aksi suap menyuapnya tak terlalu mempan.Sebaliknya Jaka terperangkap dalam skenario yang dimainkan Jarot.Selengkapnya…

Sebelum tiba di Marina Bay, Singapura, Ramon, Arni dan kakaknya Jarot minta diturunkan di sekitar Batam. Mereka lalu diantar dengan motor boat ke Palabuhan Sekupang.

Kapten kapal telah mengizinkan Jarot mudik ke rumah orangtuanya. Ia tahu persis selama ini kesempatan itu tak pernah diambil Jarot. Ia sempat heran ada orang Indonesia punya semangat kerja sedemikian hebat seperti wakilnya itu.

Meski demikian, kapal pesiar akan singgah lama di Marina Bay, menunggu kembalinya Jarot.

Dari pelabuhan Sekupang, mereka meluncur menuju bandara Hang Nadim. Di bandara itu semua tiket pesawat ke kota-kota di Jawa ternyata sudah ludes. Musim mudik Lebaran menyebabkan banyak orang berpergian, termasuk menggunakan pesawat terbang.

Namun tak lama kemudian seseorang menghampiri dengan menawarkan tiket pesawat tujuan Jakarta, termasuk Surabaya. Tentu saja harganya jauh lebih mahal dibanding harga resmi. Ramon segera menyanggupinya. Setelah memperoleh tiket dari si calo, Ramon minta izin mengambil uang di ATM untuk jaga-jaga.

Dari Batam mereka memilih terbang ke Surabaya. Ramon ingin menunjukkan apartemen tempat tinggalnya kepada Jarot dan Arni. Ramon hendak menunjukkan bahwa secara materi ia siap menghidupi Arni sampai akhir hayatnya.

Jarot dan Arni setuju. Penerbangan ke Surabaya merupakan penerbangan terdekat menuju kampung halamannya di Ngawi, Jawa Timur. Lebih dari itu, mereka memang ingin tahu dari dekat keseharian Ramon selama ini.

Apartemen yang ditinggali Ramon cukup mewah. Berlokasi di pusat kota Surabaya, isi apartemen itu cukup lengkap. Hanya saja penataannya agak berantakan. Ingin sekali Arni segera menatanya dan membayangkan apartemen yang juga akan menjadi miliknya itu menjadi rapih.

Namun Arni segera menepis bayangannya. Ia belum bisa menghapus kekhawatiran akan kemunculan Jaka dan membuatnya kembali menjadi orang buruan. Ia masih khawatir Jaka selamat dari sekoci yang ditumpanginya di Perairan Sumatera.

Setelah buka puasa bersama dan ngobrol seperlunya, mereka sepakat meluncur ke Ngawi mengendarai mobil BMW merah milik Ramon. Setelah dicek kondisi mobil, lalu dipanasi mesinnya, mereka bertiga menembus malam menuju kampung halaman Arni.

Di sebuah mal terdekat, di pinggiran Surabaya, mereka mampir untuk belanja pakaian muslim dan kelengkapan shalat. Ini karena besok paginya mereka akan menjalani shalat ied. Gema takbir sudah terdengar sepanjang perjalanan.

Di tengah kepadatan pengunjung, Arni dan Jarot berkesempatan membelikan oleh-oleh buat orangtua dan Raihan, anaknya. Ramon yang teringat Ustadz Mahfudz segera melakukan aksi serupa seperti Jarot dan Arni. Ia bahkan membelikan seperangkat alat shalat untuk istri dan para santri di tempat pengajian guru agamanya.

Bagasi mobil yang tadinya kosong langsung penuh, termasuk bangku belakang, yang tinggal menyisakan satu tempat kosong untuk Arni.

***

Ustadz Mahfudz dan istri terkejut menyaksikan Ramon berada di depan rumahnya. Kehadiran Ramon seperti mengulangi kehadiran sebelumnya yang datang malam-malam.

Bedanya, kala itu, ia sendirian. Kini bersama dua orang kawan dan sejumlah paket oleh-oleh. Suasana haru tak terhindarkan. Ramon memperkenalkan Jarot sebagai calon kakak iparnya kepada Ustadz Mahfudz. Arni yang sudah dikenal sang Ustadz mendengarnya dengan takzim.

Karena tak punya waktu lama, Ramon pamit seraya mengundang Ustadz Mahfudz untuk hadir pada acara pernikahan yang tanggalnya akan diberitahukan kemudian. Ustadz Mahfudz sempat bertanya tentang status Arni yang sudah cerai atau belum dengan suaminya. Ramon jadi ingat Jarpul. Namun bayangan akan nasib pria itu gelap.

Mereka bertiga kemudian pamit. Ustadz Mahfudz berjanji akan datang ke pernikahan Ramon dan Arni. Mobil BMW kembali melesat, namun kemudian merambat dalam antrean arus mudik Lebaran.

Sampai kampung halaman Jarot dan Arni di Ngawi tengah malam. Suasana sudah senyap. Sebagian besar penduduknya sudah terlelap. Tinggal suara takbir yang tetap terdengar nyaring.

Suara itu begitu khas karena datangnya dua kali setahun. Yakni hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya idul Adha. Terlebih bagi Jarot. Ada kerinduan begitu dalam mendengar suara yang diakrabi semasa kecil itu. Sudah lama ia tak mendengarnya setelah sekian tahun selalu berada di atas perairan.

Orangtua Jarot menangis seraya memeluk Jarot yang hampir tak dikenalinya. Jarot yang gagah berani selama berada di atas kapal, tak kuasa menahan air mata. Ia bersujud di kaki bapak ibunya untuk meminta maaf.

Arni ikut menangis. Ramon berusaha tegar meski hatinya juga ingin menangis menahan keharuan di depan matanya.

Setelah melepas rindu, bapak dan ibu Jarot menyuruh anak-anak dan calon menantunya istirahat. Mereka harus menunaikan shalat ied di masjid desa keesokan paginya.

Karena lelah, ketiganya langsung tertidur. Namun baru beberapa jam tertidur, Ramon dibangunkan oleh suara telepon yang ternyata dari Jamila. Ramon terkejut dan segera minta maaf karena hampir melupakannya.

Ia segera memberi tahu posisinya sekaligus soal nasib Jaka.Suami Jaka sekarang sedang berada di tengah laut dengan sebuah sekoci. Menurut prediksi Jarot, calon kakak iparnya, Jaka tak mungkin selamat sampai daratan.

Jamila sempat kaget dengan informasi itu, namun segera bisa mengendalikan diri. Ia tampaknya lebih baik hidup tanpa Jaka daripada sebaliknya.

Tak lupa, Ramon juga memberitahukan rencana pernikahan dengan Arni. Jamila ikut bergembira mendengarnya. Hanya saja ia menyatakan tak bisa datang karena harus mempersiapkan diri menghadapi berbagai pertanyaan seputar Jaka. Terutama dari jaringan bisnis, termasuk kepolisian setempat.

"Maaf ya nggak bisa datang, padahal aku juga pengen nikah lagi loh, hahaha..." Jamila mengakhiri pembicaraan sambil tertawa. Ramon menganggapnya bercanda. (Bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun