[caption id="attachment_109133" align="alignnone" width="800" caption="Solihin dan uang kertas hasil buruannya. Warta Kota/Soewidia Henaldi"][/caption]
Seorang pria mengenakan kemeja batik warna hijau berjalan pelan menghampiri sebuah pagar pintu besi rumah seorang warga. Sejurus kemudian, pria yang memakai topi hitam itu mengucapkan salam . “Assalamualaikum.” Dari dalam rumah, seorang wanita tampak bergegas, menjawab salam. ”Silahkan masuk pak,” ucapnya.
Beberapa menit kemudian, pria itu duduk di teras rumah sambil mengeluarkan beberapa lembar uang rupiah dari dalam tas hitam yang diselempangkan di pundaknya. Saat bersamaan, pemilik rumah menyodorkan beberapa lembar uang kertas sudah lusuh bahkan ada beberapa diantaranya sudah robek.
“Kalau yang ini saya hargain Rp 5.000, dan ni saya bayar Rp 3.000,” ucapnya.
Transaksi pun berjalan tanpa tawar menawar. Pria tua tadi lalu mengucapkan ”Terimaksih bu,” dan pergi dengan senyum mengembang.
Siapa pria itu? Dia memperkenalkan diri bernama Solihin, asli Majalengka, Jawa Barat. Usia Solihin 61 tahun. Berburu uang kertas, uang sudah rusak, dan sobek termasuk memburu uang logam jaman dulu kini menjadi mata pencaharian utamanya.
Pekerjaan yang dilakoni Solihin cukup unik. Di saat yang lain membuang uang yang dianggap tak berharga itu, Solihin malah mengumpulkan dan menghargainya. Oleh Solihin, uang kertas yang sudah tidak utuh lagi kemudian dibawa ke Bank Indonesia (BI) untuk ditukarkan.
“Kalau uang yang sudah rusak ini saya bawa ke BI, dibayar utuh sesuai nominal nilai uang itu,” ucap Solihin memulai ceritanya.
BI memang memberi kesempatan siapa saja untuk menukarkan uang rusak. Namun kesempatan itu hampir tak pernah digunakan banyak orang karena dianggap hanya buang-buang waktu. Ongkos menuju BI dengan uang rusak yang dipunyai bisanya tak sebanding.
Tapi bagi Solihin, kemalasan banyak orang itu ia ubah menjadi peluang. Berkat keuletannya banyak warga terbantu khususnya para pedagang. Solihin pun bisa membayar kontrak rumah di daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur dan membiayai kesehariannya.
”Banyak pedagang yang lumayan terbantu dengan pekerjaan saya ini. Kalau tadinya uang rusak itu cuma disimpan jadi barang rongsokan dan tidak bisa digunakan, sekarang lewat saya uang itu bisa dimanfaatkan untuk ditukarkan menjadi uang yang masih utuh,” katanya.