Saat kampanye terakhirnya di Papua, saya agak terkejut dengan kesan bombasitis Jokowi soal Papua. Dalam orasinya di Lapangan Papua Trade Center, Entrop, Jayapura, Papua, Sabtu (5/4) siang, ia menyindir mengapa tak ada calon presiden parpol lain yang berkunjung ke Papua.
“Kenapa calon-calon lain tidak ada yang datang ke Papua? Saya datang karena apa, karena matahari terbit itu dari timur,” ujar Jokowi di depan ribuan simpatisan partai. “Saya juga yakin bahwa persoalan-persoalan di Papua, juga akan bisa diselesaikan hanya dengan hati,” imbuh Jokowi seperti ditulis kompas.com.
Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Papua Khomarudin Watubun memang mengklaim, tak ada calon presiden lain yang mengunjungi Papua seperti Jokowi. Dia menilai, hal itu merupakan bukti kecintaan partainya pada bumi Papua.
Memang benar Jokowi menjadi satu-satunya Capres yang berkunjung ke Papua selama masa kampanye melalui rapat umum selama 16 Maret – 5 April 2014. Tapi mengklaim seolah-olah hanya Jokowi dan PDIP yang cinta Papua terlalu bombasitis, bahkan mungkin gegabah.
Jauh hari, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pernah berkunjung ke Papua dengan pesawat jet pribadinya. Bahkan dalam kunjungan terakhir, 29 Oktober 2013 lalu, nama Surya Paloh sudah diabadikan menjadi nama sebuah desa di Raja Ampat, Papua Barat.
Wakil Ketua 1 DPW Nasdem Papua Barat, Saul Rantelembang mengklaim walaupun masih berusia muda kepopuleran Partai NasDem telah menyamai partai-partai besar lain di Papua Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat. “Kader dan simpatisan kami telah banyak jumlahnya,” kata Saul ketika itu.
Capres dari Partai Hanura Wiranto juga sudah berkunjung ke Papua 22 Januari 2014 lalu. Ia bersama Hary Tanoesudibyo (Cawapres) dalam rangka pembekalan para Calon Legislatif (Caleg) DPR dan DPRD di Papua.
Dalam jumpa pers dengan wartawan di Hotel Aston Jayapura, Wiranto mengklaim bahwa saat dirinya menjabat sebagai Panglima ABRI tahun 1998-1999 tak ada pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua.
Papua juga bukan tempat yang asing bagi Capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Saat menjadi Danjen Kopassus, Prabowo dianggap ikut berperan aktif dalam pembebasan dua Sandra berwarga negaraan Belanda, Martha Klein dan Mark van der Wal di Mapenduma, Papua. Keduanya disandra Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1996 silam. Kisah pembebasan sandra di Mapenduma telah menjadi film dokumenter dengan judul Gegijzeld in Indonesie.
Bagaimana dengan Capres Golkar Aburizal Bakrie (ARB)? Selama masa kampanye ia memang belum sempat berkunjung ke Papua. Namun pada 4 Maret lalu, ARB menerima rombongan sebelas anggota Dewan Perwakilan Daerah, termasuk asal Papua. Para senator yang dipimpin Bambang Soeroso, senator asal Bengkulu itu menemui ARB untuk membahas usulan DPD tentang Amandemen Kelima Undang-Undang Dasar 1945.
Salah satu di antara mereka adalah Herlina Murib, senator asal Papua. Kepada ARB, Herlina menjelaskan salah satu butir usulan amandemen, yakni memperkuat otonomi daerah, yang tentu berkaitan dengan nasib Papua. Ia pun meminta dukungan ARB dan Partai Golkar agar usulan perubahan UUD 1945 dapat diwujudkan dan Papua menjadi lebih maju.
“Ibu (Herlina Murib), hati saya Papua. Bahkan, nama kontak BBM (Blackberry Messenger) saya adalah `Yahukimo’.” Kata Yahukimo yang ia maksud ialah nama Kabupaten Yahukimo, sebuah kabupaten di Provinsi Papua. Kabupaten itu merupakan kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Jayawijaya.
Ibarat sebuah berita di media massa, klaim Jokowi dan PDIP soal Papua memang menarik. Judul itu membuat orang ingin tahu. Sayang isinya tak menggambarkan judul yang dipampang. Berita semacam ini berbahaya. Bisa mengecewakan pembacanya. Dianggap berita kurang bermutu.
Dan imej bombastis seperti itu berlawanan dengan imej Jokowi yang dikenal cool dan berhati-hati. Mengedepankan aksi daripada basa-basi.
Bacaan: Liputan6.com, Kompas.com, viva.co.id, majalanselangkah.com, Okezone.com
Baca pula: Jokowi Harus Berhati-hati Bikin Klaim Soal Papua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H