Ada suatu masa dimana seorang bocah begitu tergila-gila pada sesuatu. Jika Ado, kakak Atun, seperti terobsesi dengan kereta api sehingga bercita-cita menjadi masinis dan punya rumah dekat stasiun, Atun tergila-gila dengan rokok. Rokok? Begitulah, papa dan mamanya sempat cemas dengan perilaku bocah yang kini duduk di TK kecil itu. Sang kakak pun ikut heran. "Kok bisa sih Atun suka banget sama rokok. Padahal papa dan mama kan tidak merokok?," Sejak kecil Ado memang anti rokok. Pernah papanya merokok setelah menemukan sebungkus rokok dari temannya yang tertinggal di rumah. Dengan spontan ia menggambar tanda larangan merokok di dinding rumah. Terpaksalah rokok yang baru dua hisapan langsung dimatikan Juga begitu menemukan rokok di tas mamanya, langsung dibuang. Rumah Atun benar-benar bebas rokok. Lalu bagaimana Atun bisa tergila-gila pada rokok? Ceritanya, baru beberapa meter melaju dari rumahnya pada suatu akhir pekan, tiba-tiba Atun berteriak dan menunjuk iklan rokok Djarum Coklat dengan gambar grup band Padi di sebuah billboard raksasa. Ia pun seolah hafal dengan tulisan yang menyertai iklan tersebut. Iklan rokok tersebut ketika itu memang sedang gencar mengubah image sebagai rokok yang biasa dikonsumsi orangtua menjadi rokok untuk kalangan muda. Sejumlah grup band ternama digaet untuk menyanyikan jingle rokok itu. Selain Padi, ada Gigi, Nidji, dan Nugie. Iklan itu cukup berhasil dengan misinya mengubah image. Atun salah satu korbannya. Ado sempat bertanya. Memang Atun sudah bisa baca? Sebetulnya bukan bisa baca, tapi Atun hafal dengan gambar dan hal-hal yang menyertai. Betapa tidak, saat itu kan Atun masih 3,5 tahun. Masih berada di Taman Bermain. Sepanjang perjalanan yang biasa ia lewati, hampir dipastikan Atun hafal betul posisi dan iklan rokok apa saja. Jumlahnya ternyata luar biasa. Hampir setiap 50 meter di jalanan menuju Kota Depok ada iklan rokok. Iklan produk yang membahayakan kesehatan hadir paling dominan dibanding iklan produk lainnya. Atun bukan hanya hafal iklan rokok di jalanan, tapi juga televisi. Bahkan patut diduga Atun mengenal lebih dulu iklan rokok melalui tayangan TV. Ini karena beberapa kali ia tidur larut malam. Sebab, seperti diketahui, setelah pukul 22.00 iklan TV akan didominasi iklan rokok. Maka patut dipertanyakan, apakah tayangan iklan rokok sebaiknya diatur lebih malam lagi?. Pada kehidupan di perkotaan, terutama Jakarta dan sekitarnya, bocah belum tidur hingga pukul 22.00 bukan hal aneh. Kian hari Atun kian terobsesi dengan iklan rokok. Bahkan kadang-kadang ia baru bisa tidur setelah menyaksikan tayangan iklan rokok di TV. Ia pun mulai tahu bahwa iklan-iklan rokok bisa dicari dan disaksikan via Youtube. Lebih dari itu, Atun pernah minta dibelikan sebungkus rokok dibanding mainan atau makanan saat berada di sebuah toko dekat rumahnya. Satu dua kali bisa ditolak. Namun akhirnya dibelikan juga setelah ia menangis. Rokok yang dibeli itu selanjutnya ia buat mainan. Ia hisap aromanya. Lalu pada kesempatan berikutnya ia minta papanya menghisap rokok, Atun ingin menyaksikannya. Setelah sekian kali menolak akhirnya menuruti keinginan si anak bungsu tersebut. Namun sang papa tak kalah akal. Ia menyedot rokok di depan Atun hingga beberapa hisapan. Kemudian berpura-pura batuk hingga beberapa hari. Syukurlah, sejak itu Atun melupakan rokok. Ia menjadi lebih suka menonton film-film kartun di televisi dan VCD. Satu masa dimana ia pernah tergila-gila iklan rokok terlupakan sama sekali. "Kok bisa sih Atun lupa pada rokok," tanya sang kakak baru-baru ini. "Bisa saja. Kamu juga kan tak lagi bercita-cita jadi masinis?," jawab papanya. Ado mengangguk-angguk, mungkin membenarkannya. Begitukah dunia anak?
[caption id="attachment_109172" align="aligncenter" width="584" caption="atun dan rokok"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H