Sudah beberapa tahun saya tak pernah melihat lagi loper koran. Tak pernah melihat lagi kios-kios yang menjajakan koran dan majalah.
Pedagang koran yang biasa menjajakan media cetak di perempatan jalan, terminal bus dan stasiun kereta, kini seperti hilang ditelan bumi tanpa bekas.
Media cetak sudah digilas media online? Sudah tamat? Loper koran punah? Pertanyaan itu melinas pikiran saya.
Ah ternyata tidak, di depan pintu pengunjung RSCM yang selalu ramai, seorang loper koran dengan setia menjajakannya.
Saya pun membeli dua langsung karena kangen dengan isinya. Yakni satu koran Kompas seharga Rp 6.000 satu lagi koran Warta Kota Rp 3.000 per eksemplar.
Karena sedang melakukan pengobatan, koran itu belum bisa saya baca. Saya pikir nanti dibaca di rumah.
Saya hanya membuka sepintas bahwa koran-koran itu kini tipis sekitar 12 halaman.
Bukan itu saja, di koran yang saya beli tak ada lagi iklan. Padahal pada masa jayanya selalu penuh iklan.
Eh sampai rumah tiba-tiba anak perempuan menanyakan apakah saya punya kertas koran untuk alas prakarya. Maka pikiran saya langsung tertuju pada koran yang baru saya beli di RSCM.
"Ada," jawab saya penuh percaya diri.