Selain mendapat pujian, mundurnya Gita Wirjawan sebagai Menteri Perdagangan memunculkan tanggapan dan komentar sinis, bahkan koplak. Koplak itu lucu, gokil, dan sedikit bego gitu.
Seperti diketahui Gita mundur sebagai Menteri Perdagangan karena ingin fokus berkampanye dalam konvensi calon presiden (capres) dari Partai Demokrat. Ia khawatir adanya konflik kepentingan jika dia tetap menjadi Menteri Perdagangan sedang pada saat yang sama terlibat penuh dalam proses politik, khususnya dalam konvensi Partai Demokrat.
Sudah sejak setahun lalu Gita menyampaikan keinginan mundur dari jabatannya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun baru diberi izin belakangan ini. Gita resmi tak jadi menteri sejak 1 Februari.
Namun begitulah keputusan Gita membuat saingan politiknya, para peserta konvensi Partai Demokrat seperti tersengat. "Tugas seorang Presiden itu banyak sekali, dan ikut konvensi adalah uji kemampuan. Mampu enggak kita jadi presiden yang tugasnya 1001 macam. Ini baru merangkap dua sisi saja sudah enggak bisa, ya kita juga dipertanyakan nanti," kata Marzuki Alie, salah seorang peserta konvensi.
Ketua DPR itu selanjutnya memutuskan takkan mengikuti jejak Gita. Tapi di satu pihak ia menyebut pilihannya itu sebagai tantangan, di pihak lain Marzuki mengklaim menjadi anggota dewan berbeda dengan peserta dari pemerintahan. Pekerjaannya cenderung lebih ringan.
“Kalau eksekutif kewenangannya banyak, tidak hanya satu. Dia pegang anggaran, dia pegang tender izin, dia evaluasi juga,” ujar Marzukie. “Sedangkerja di DPR adalah kerja politik bisa sekaligus dilakukan saat dia berkampanye sebagai capres Konvensi Demokrat,” imbuhnya. Marzuki sepertinya tengah membuat logika terbalik. Yang merugikan di mata Gita malah menguntungkan dimatanya. Koplak kan?
Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa juga mengaku tidak akan mengikuti langkah Gita Wirjawan. Alasannya lebih koplak."Kalau saya mundur justru nanti siapa yang akan memeriksa kisruh beras yang ada? Saya akan secepatnya melakukan pemeriksaan," katanya. Padahal kasusnya masih dalam penyelidikan polisi, lagi pula BPK anggotanya kan bukan hanya dia doang.
Pada saat Gita mundur memang sedang muncul kisruh beras impor. Beras impor jenis tertentu itu dianggap illegal, yang kemudian dikaitkan dengan kemungkinan isu dana Pemilu 2014. Kemendag yang dipimpin Gita menjadi pihak yang dituding paling bertanggung jawab.
"Berdasarkan temuan BPK, sebenarnya untuk pengadaan beras impor pada tahun 2012 para importir tidak membayar bea masuk Rp 97,9 miliar. Agar kasus ini segera transparan, kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih mendalam. Jangan sampai masyarakat khususnya petani merasa bahwa mereka terus dibohongi,” urai Ali Masykur Musa lagi. Tuh kan malah merambat kemana-mana. Kepo juga nih orang.
Dahlan Iskan juga menolak mundur sebagai Menteri Negara BUMN, kecuali jika ia telah memenangkan konvensi dan menjadi capres demokrat. “Kalau saya masih bersikap bahwa status saya ini belum capres dan belum tentu jadi capres," katanya saat ditanya kemungkinan mengikuti jejak Gita.
Dahlan memang tak sekoplak Ali Maskur dan Marzuki Alie, tapi yang koplak justru media miliknya, JPNN. com. Meski Dahlan memuji langkah Gita sebagai sebagai sosok yang sudah siap 100% jadi politisi, hampir semua berita yang diupload JPNN tentang Gita bernada miring. JPNN tampak sekali hendak menggiring opini bahwa Gita telah membuat keputusan salah dan Menteri yang tak bertanggung jawab.
Judul-judul yang dibuat JPNN misalnya, 1.Gita Mundur atau Kabur? 2.Gita Mundur Kasus Beras tetap Diusut, 3.Politisi Golkar: Ada tangan Setan di Kemendag, 4.Gita Menteri Gagal dan hanya Tebar Iklan, ada juga berita tentang kecurigaan Gita Mundur sebagai bagian dari strategi Partai Demokrat.
Pada tulisan berjudul Gita Mundur atau Kabur, redaksi JPNN sengaja mengambil reaksi di dunia maya khususnya twitter. Tulisan itu diawali dengan sikap Gita yang mengundang komentar dari pujian hingga cercaan. Tapi yang dimuat semaunya cercaan tanpa pujian, seolah tak ada nilai positif seorang Gita.
Salah satu tulisan berjudul PAN Apresiasi Langkah Politik Gita terkesan sebagai berita positif. Namun petinggi PAN Drajad Wibowo yang diwawancarai berita itu menyimpulkan bahwa Gita tak mungkin memenangi konvensi capres apalagi menjadi presiden. Artinya langkah Gita dianggap mubazir.
Nah paling koplak adalah berita JPNN yang menanggapi reaksi petinggi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf yang mendesak agar semua anggota Konvensi Capres Demokrat mundur seperti Gita Wirjawan. Dengan menggunakan Pengamat Hukum Tata Negara dari Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf,JPNN mengritik pernyataan Nurhayati. “Kenapa gak nyuruh SBY saja sekalian mundur agar fokus mengurus partai demokrat yang sedang dirundung masalah…”
SBY memang gagal mengurus partai demokrat bahkan mungkin pemerintahan. Banyak orang bilang SBY seharusnya mundur sebagai Presiden. Tapi mengaitkannya dengan mundurnya Gita sungguh bikin orang yang membacanya tepok jidat. Capek deh...
Sumber acaan: Kompas.com, JPNN, BBCIndonesia, Tribunnews
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H