Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konspirasi di Balik Kasus Narkoba Akil Mochtar

9 Oktober 2013   12:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:46 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa Ketua Mahkamah Konstitusi nonaktif Akil Mochtar (AM) tidak terbukti menggunakan narkoba. Pernyataan itu terkait dengan temuan KPK soal ganja dan pil metamphetamin di ruang kerja AM.

“Ternyata uji urine dan rambut AM keduanya negatif”," kata Humas BNN Sumirat Dwiyanto di kantornya.

Meski negatif, masih ada cara lain untuk membuktikan apakah mantan anggota DPR dari Partai Golkar itu pernah mengonsumsi narkoba atau tidak. Yakni dengan cara tes DNA. BNN, lanjut Sumirat, juga tetap akan mencari siapa pemilik narkoba tersebut dan dari mana narkoba itu berasal.

Pernyataan BNN tersebut segera memperoleh reaksi spontan bahwa dibalik tertangkapnya AM ada grand design untuk menjatuhkan kelompok atau partai tertentu. “Jadi kalau cuma kasus suap pilkada saja dianggap tak cukup, lalu dimasukkanlah soal narkoba di dalamnya. Agar lebih kena,” kata politisi Partai Golkar, Bambang Soesatyo dalam acara Kabar Pagi di Tvone, Rabu (9/10).

Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi PKS, Almuzzammil Yusuf juga mempertanyakan siapa pemilik narkoba yang ada di ruang kerja AM. “Jika Pak Akil negatif, siapa pemilik narkoba itu? Apakah BNN sudah meneliti sidik jari di narkoba tersebut? Pihak Kepolisian dan BNN harus segera melakukan penyidikan kepemilikan narkoba yang ditemukan di ruangan Pak Akil. Jangan sampai ada pihak ketiga yang menunggangi proses penegakkan hukum ini,” kata Muzammil.

Menurut Muzzammil, jika penyidikan Kepolisian dan BNN tidak dapat membuktikan bahwa AM bukan pemilik dan bukan pengguna narkoba maka diduga ada pihak tertentu yang menyusupkan barang bukti itu ke ruang kerja Pak Akil. “Modus penyusupan barang haram ini bisa menimpa siapapun dan sangat efektif menjadi alat pembunuhan karakter. Bisa jadi ada pihak tertentu yang menyusupkan narkoba saat mengetahui adanya penangkapan,”imbuhnya.

Bambang bahkan menyebut kemungkinan adanya teori konspirasi dalam kasus itu. Teori konsiprasi atau conspiracy theory adalah teori yang berusaha menjelaskan penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa. Teori ini lazimnya mengklaim bahwa peristiwa besar dalam sejarah didominasi oleh para konspirator belakang layar dengan memanipulasi kejadian-kejadian di masyarakat.

“Jadi bisa saja sebelum penggeledahan oleh KPK diruang Pak Akil, ada orang yang masuk lalu menaruh barang itu (narkoba) di ruangannya dengan maksud tertentu. Begitulah teori konsiprasi berjalan,” ucap Bambang.

Memang menjadi tanda tanya besar mengapa ada narkoba dan obat kuat di ruangan AM. Sebab, dari rekam jejak sebelumnya, AM bukanlah tipe yang doyan dugem.Sedang narkoba selalu diidentikan dengan dunia gemerlap alias dugem. Namun menyebut adanya konspirasi adalah terlalu dini.

Meski demikian, reaksi Bambang dari Partai Golkar dan Almuzzammil Yusuf dari PKS bisa dipahami. Keduanya berasal dari kubu yang merasa menjadi korban dari adanya konspirasi tersebut. Kubu PKS dengan kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) Ahmad Fathanah yang kemudian melibatkan Presiden PKS Lufthi Hasan. Sedang Golkar ya terkait dengan OTT AM, meski Bambang menyatakan itu tak ada kaitannya.

Kedua kubu itu tentu sangat berharap bahwa narkoba itu benar-benar bukan milik AM, tapi milik pihak ketiga yang sengaja menjatuhkan AM. Jika itu terjadi, masalah suap Pilkada pun akan bergeser, bahkan mungkin dianggap tak lagi serius dibandingkan kasus konspirasi itu sendiri. Padahal suap dalam kasus sengketa Pilkada itu sangat menjatuhkan citra bangsa karena terjadi di lembaga tinggi negara dalam hal ini MK. Jika dibiarkan, bukan saja korban jual beli sengketa pilkada akan terus berjatuhan, tapi rakyat takkan percaya lagi pada lembaga negara.

Bambang sendiri, dalam acara di TVone tersebut, menyatakan berterimakasih pada BNN yang terbukti independen dan tak menjadi bagian dari konspirasi. Sebab, sebelum-sebelumnya, banyak lembaga pemerintah yang terpaksa pembuat konspirasi. Lembaga itu biasanya membuat kesimpulan sesuai pesanan, bukan kenyataan. “Sekarang ternyata tidak, saya berterimakasih pada BNN,” ujar Bambang percaya diri.

Penulis sendiri merasa geli dengan pernyataan Bambang Soesatyo tersebut. Betapa tidak, lembaga yang tak independen disebut konspirasi, eh kala lembaga seperti BNN sudah independen, ia tetap saja melontarkan dugaan konspirasi pada lembaga lainnya. Hadeuh!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun