Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Debt Collector Paling Apes di Dunia

16 Februari 2012   03:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:35 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dua orang debt collector marah-marah. Bukan hal aneh sih. Tapi kali ini keduanya marah karena tertipu oleh orang yang sama untuk ketiga kalinya.

"Kalau ketemu gua hancurin kepalanya. Sumpah!," kata Sangar, salah seorang debt collector.

"Gua juga mau tuh meremukkan kemaluannya. Biar impoten seumur hidup. Dikiranya kita main-main. Brengsek!," ucap Galak, kawan Sangar, sambil meludahi pintu rumah Yoyok, orang yang paling dicari keduanya.

Sangar dan Galak memang belum lama bertugas sebagai debt collector. Hanya dengan ijazah SMA, pekerjaan apalah yang cocok untuk mereka di Jakarta. Untung keduanya punya wajah yang menakutkan dan didukung tato. Maka, tawaran pekerjaan sebagai penagih utang pun mereka sambut.

Ternyata tak mudah menjadi juru tagih. Nasabah bank yang mereka datangi umumnya selain sudah jatuh miskin, juga karena memang bandel seperti nama Yoyok di atas.

Apalagi keduanya tak memperoleh uang transpor dari bosnya, tak ada pilihan lain kecuali mengandalkan uang sogokan dari nasabah yang ketakutan.

Biasalah, nasabah yang ketakutan ditagih utangnya namun belum punya uang, cenderung memilih memberikan sogokan. Sogokan itu persisnya dimaksudkan agar dua penagih utang bertampang dan tingkah laku buruk itu segera pergi.

Galak dan Sangar tentu saja akan lebih senang memilih cepat pergi, apalagi jika uang tip yang diberikan besar. Pernah sih ada yang bilang model penagihan seperti itu masuk kategori KKN di tingkat akar rumput? Tapi apa peduli mereka.

"Tahu apa sih orang-orang tentang kita? Emang dikira enak melakoninya? Emang dikira semua debt collector dapat dana yang cukup dalam menjalankan pekerjaan yang penuh risiko ini?" Galak berkata sendiri, Sangar mengamini.

Karena itu terhadap nasabah seperti Yoyok, kemarahan keduanya bisa dipahami. Nasabah yang satu ini kerap pindah rumah. Padahal untuk mencari rumahnya sungguh tak gampang dan memerlukan ongkos. Ingat perlu ongkos!

Jadi kalau dihitung, mereka sudah tiga kali mendatangi rumah kontrakan Yoyok, dan mau tiga kalinya ke kantornya. Semuanya tak pernah ketemu. Tekor abis.

"Tapi nggak ada pilihan lain. Kita harus ke kantornya lagi. Kita dobrak saja pintu bosnya nanti. Biarin deh..berantem...berantem."Sangar berseru sambil mengepalkan tinjunya.

"Iya..di penjara juga gak masalah. Harga diri kita sudah direndahkan," jawab Galak yang tiba-tiba ia ingat harga diri. Harga diri debt collector, terdengar aneh memang.

Yoyok sendiri sebenarnya merasa tak nyaman hidupnya dikejar-kejar banyak debt collector. Berutang sesungguhnya bukan kegemarannya. Hanya saja ia merasa telah salah memilih istri.

Ternyata istrinya itu selain keras kepala, juga hobi mengutang. Masalahnya, ketika istrinya mengutang tersebut ia tak pernah diberitahu. Padahal semua tagihannya ditujukan kepada dia.

Kini istrinya pergi entah kemana dan membawa serta anak semata wayangnya. Yoyok harus menanggung utang sendirian. Pindah satu rumah kontrakan ke kontrakan adalah pekerjaan barunya.

Di kantor pun ia sudah sering mendapat peringatan karena utang-utangnya tadi. Termasuk tentunya seringnya debt collector mencari dia dan dianggap telah menganggu pekerjaan rekan-rekan lainnya. Sayangnya pihak kantor tak bisa memberikan solusi memuaskan.

Sampai di depan kantor Yoyok, Sangar dan Galak langsung memarkir sepeda motor di depan pintu. Seperti niat awal, keduanya seolah-olah merasa sudah siap mendobrak pintu atasan Yoyok agar menyerahkan anak buahnya. Tapi begitu membuka pintu kantor tersebut, keduanya tiba-tiba merasa ada yang aneh. Ya aneh...

Tak biasanya mereka bisa bebas memarkir sepeda motor seperti itu. Satpam kantor tersebut pastinya akan langsung beraksi menertibkannya. Begitu pintu dibuka, keduanya pun tak menemukan kesibukan sebuah kantor. Mereka segera menengok ke pos satpam, ternyata di sana juga tak lagi ada penghuni.

Sangar dan Galak segera membuka satu per satu ruangan, semua kosong melompong. Di lantai dua, kantor tersebut mereka akhirnya menemukan seorang lelaki sedang mengumpulkan barang bekas.

"Mana ruangan Yoyok?," bentak Sangar. Lelaki yang dibentak tampak bingung dan ketakutan.

"Maksudnya karyawan kantor ini pada kemana?," tambah Galak mencoba meluruskan. Barulah pertanyaan itu dijawab singkat oleh lelaki tersebut. "Sudah pindah pak."

"Pindah? Jangan bercanda kau!," tanya Sangar masih dengan tegangan tinggi.

Meski sudah dicengkeram leher bajunya, lelaki itu tetap menggelengkan kepala. Ia pun akhirnya mengaku sebagai pemulung yang diam-diam menyelinap masuk ke kantor tersebut.

Kedua debt collector tersebut rupanya tak pernah baca koran sehingga tak tahu bahwa kantor itu baru saja pindahan. Kepindahan kantor tempat Yoyok bekerja sudah diiklankan di media massa.

Keduanya kembali tertipu dan kian bingung kemana gerangan bisa menemukan si jahanam Yoyok.

Sangar dan Galak akhirnya meninggalkan bekas kantor Yoyok dengan perasaan tak menentu. Marah sekali tapi tak berdaya.

Apalagi sekitar 100 meteran dari kantor tersebut, sepeda motornya mogok. Ketika diperiksa, waduh, ternyata bensinnya tandas, padahal uang di kantong mereka juga habis.

Hari itu Galak dan Sangar merasa menjadi debt collector paling apes di dunia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun