Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY-Boediono Pengkhianat Pancasila!

31 Mei 2011   02:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semalam terkirim rilis dari Gerakan Aksi Bersama Mahasiswa Indonesia. Isinya cukup bombastis, yakni mengajak rakyat bersatu untuk menurunkan pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono yang dianggap telah menjadi Pengkhianat Pancasila.

Gerakan yang terdiri dari sejumlah organisasi mahasiswa seperti LMND, HMI MPO, BEM Jakarta, Hamas-Unas, FAM-UMJ, dan KM-UBK itu lalu menjabarkan apa yang disebut Pengkhianat Pancasila tersebut dengan bukti-buktinya.

1 Mengkhianati Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Bukti: Tak melindungi kebebasan beragama dan pemeluknya agar menjalankan ibadah menurut kepercayaan masing-masing. Di bawah SBY-Boediono terbukti terjadi pembiaran kekerasan atas nama agama.

2 Mengkhianati Sila Kamanusiaan Yang Adil dan beradab

Bukti: SBY-Boediono terbukti tak berniat menuntaskan kasus-kasus pelanggaran berat HAM. Sebaliknya selama pemerintahannya justru semakin banyak korban praktek penegakan hukum tebang pilih. Kebijakan ekonomi neoliberal telah menyebabkan rakyat miskin mendekati 100 juta orang. SBY memasukkan pengasilan 2 dolar AS/hari sebagai kelas menengah.

3.Mengkhianati Sila Persatuan Indonesia.

Bukti: Neoliberal di bawah rezim SBY-Boediono telah menyebabkan dominasi asing dan golongan super kaya atas ekonomi Indonesia. Sementara mayoritas rakyat Indonesia hanya bertahan dengan kondisi di bawah garis kemiskinan.  Konflik perebutan kue ekonomi mengancam persatuan bangsa. Kemiskinan memunculan isu SARA. Kasus Century, Antasari, Mafia diredam sepihak. Rezim juga membiarkan kepala daerah korup berlindung di balik partai berkuasa, Partai Demokrat.

4. Mengkhianati Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.

Bukti: Setgab yang dipimpuin SBY menguasai 70 persen kursi DPR dan terus menerus melaksanakan demokrasi prosedural dan bahkan demokrasi kriminal dengan memanipulasi kedaulatan rakyat.  Sengaja mengajukan dan membuat RUU intelijen, UU ITE ancam pers, dan UU Kerahasiaan Negara.

5. Mengkhianati Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bukti: SBY tak bersedia melaksanaan UU SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional), menghambat UU BPJS (Badan Peaksana Jaminan Sosial) yang sekarang sedang diplintir agar jadi BUMN agar bisa jadi sapi perah kekuasaan. Garis ekonomi neoliberal memperlebar kesenjangan ekonomi.

Atas pengkhiatan Pancasila tersebut Gerakan Aksi Bersama Mahasiswa Indonesia mengajak bergabung berunjuk rasa selama dua hari Selasa-Rabu (31/5-1/6) mulai pukul 13.00. Aksi yang digelar di 15 kota itu sekaligus menyambut hari lahirnya Panca Sila 1 Juni 1945.

****

Tentu fakta-fakta yang disampaikan para mahasiswa itu tidak mengada-ada. Semua orang tahu begitulah wajah pemerintahan SBY-Boediono saat ini. Hanya saja mengkaitkan dengan Pancasila, apalagi dengan embel-embel “Pengkhianat” terkesan berlebihan.

Puncak kritik terhadap rezim SBY-Boediono sudah dilakukan saat tokoh lintas agama mempublish 9 jenis kebohongan pemerintahan SBY-Boediono, Januari lalu. Ibarat sebuah gempa, kritik tokoh lintas agama ketika itu langsung mengguncang istana.

Kuping sang presiden langsung merah. Ia kemudian mengundang sejumlah tokoh lintas agama untuk meluruskannya.

Hasilnya ternyata kurang memuaskan pihak yang diundang. Namun tatkala para tokoh lintas agama dan sejumlah komunitas merilis lagi kebohongan-kebohongan SBY-Boediono, seperti gempa susulan, getarannya tak seperti aksi pertama. Bahkan mungkin tak terasa.

Suara lantang Gerakan Aksi Bersama Mahasiswa Indonesia yang menyebut SBY-Boediono pengkhianat bangsa pun diyakini tak akan berarti apa-apa bagi istana. Rezim bahkan publik menganggap para mahasiswa itu telah kehabisan kata-kata yang pas dalam mengriktik pemerintahan SBY-Boediono.

Rezim sekarang sangat berbeda dengan rezim Soeharto dimana rakyat kecil lebih makmur, namun kebebasan bersuara terpasung. Jika mahasiswa menyebut Soeharto sebagai Pengkhianat Pancasila saat itu, justru mahasiswalah yang dicap pengkhianat bangsa dan di penjara.

Lagipula pers pun kini lebih tertarik mengikuti pusaran konflik internal Partai Demokrat yang meletup lewat tokoh Bendaharawan Partai tersebut, M Nazaruddin. Partai milik SBY itu seolah tengah diuji dan menguji diri untuk menghadapi Pilpres 2014 dimana ikon mereka tak boleh lagi mencalonkan diri.

Sayangnya SBY seperti tak pernah mau belajar dari kesalahan sebelumnya. Ia masih saja bertahan dengan jurus lamanya yang menjadikan serangan dan guncangan terhadap dirinya sebagai modal pencitraan. Yakni citra sebagai presiden teraniaya. Bukti terbaru adalah SMS gelap terkait kasus Nazaruddin yang disebutnya sebagai bukti bahwa dirinya kerap difitnah.

Padahal fitnah dalam politik, apalagi terhadap seorang presiden adalah hal yang lumrah. Setiap presiden pernah difitnah. (Lihat semua presiden merasa pernah difitnah)

Nah, cap bahwa rezim SBY-Boediono pengkhianat Pancasila pun bisa jadi dianggap sebagai bagian fitnah terhadap dirinya.

Puas…Puas….Puas…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun