Mohon tunggu...
Dewi Haroen
Dewi Haroen Mohon Tunggu... Psikolog -

Psikolog Politik & Pakar Personal Branding, Penulis Buku "PERSONAL BRANDING Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik", Narasumber media cetak/online, Radio & TV, Pembicara Seminar & Trainer, https://www.youtube.com/watch?v=oW1vuHKJ4iI http://www.dewiharoen.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jangan Terlalu Serius Dengan Kompasiana!

13 Desember 2011   06:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:23 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai kompasianer ’on/off’alias tidak setiap hari membuka/posting di kompasiana, iseng-iseng saya melakukan pengamatan ’unyu-unyu’ terhadap berbagai issue hangat yang bergolak di jagad raya kompasiana menjelang ultahnya yang ke 3. Mulai darimasalah HL dan TER TER TER, Admin yang (katanya) pilih kasih, Maraknya Tulisan Esek-Esek, Tulisan HOAX (Bayi Mati Tertimpa Bantal Karena Sang Ibu Sibuk BBM), Akun Palsu/Kloningan, TITI dan dr Anugrah, Dwitasari, Tulisan Copy Paste/Plagiator, Komen OOT/tidak bermutu, pemilihan Kompasiner Ter favorit serta de el el, de es be.

Tahukah anda, (nah tuh...jangan kepancing serius ya!) jika masalah itu tidak menjadi masalah apabila kita tidak mempermasalahkan. Karena sebuah masalah akan menjadi masalah, jika kita (merasa) masalah itu adalah masalah., nah loh..pada bingung kan?

Dari analisa ’sotoy’ saya, semua masalah itu menjadi masalah karena kompasianers terlalu ’serius’ dengan kompasiana. Akibatnya jadi stress, susah makan, susah tidur, uring-uringan, berantem dengan anak istri/suami/teman kerja/kompasianers, lesu, lemah, malas kerja, senewen, bingung, sedih, tidak bersemangat, susah buang air dan lain-lain. Tuuuh..gak enak khan? Makanya, jangan terlalu serius dengan kompasiana. (Ingat! Baca tulisan ini juga jangan terlalu serius lho!)

Ada 4 alasan kenapa jangan terlalu serius dengan Kompasiana

1.Karena Gratisan

Tulisan yang kita posting sama sekali tidak dibayar. Namanya juga blog keroyokan. Jadi mau berapa kali HL dan TER TER TER tidak membuat kompasianers KAYA dan DAPET DUIT. Jika ingin ya mending MENULIS BUKU kayak mbak Mariska Lubis dan rekan kompasianers lainnya. Jika buku berhasil diterbitkan dan menjadi BEST SELLER, maka selain dapat royalty lumayan kita juga menjadi terkenal. Sehingga kita akan diundang menjadi narasumber/pembicara yang pastinya akan diberi bayaran gueedhee...kayak Pak Julianto Simanjuntak (bener kan pak? hehe!)

2.Karena (sekedar) Sharing and Connecting

Tuh, ngapain capek-capek bikin akun palsu atau kloningan untuk menvote tulisan sendiri agar tampil di TER TER TER karena ’kekeuh’ beranggapan bahwa tulisan yang bertengger lebih lama akan mampu meraup jumlah pembaca lebih banyak . Lha wong mottonya KOMPASIANA adalah SHARING n CONNETING yang artinya ’sekedar’ berbagi dan berhubungan/berteman dengan orang/kompasianers lain. Jika kecewa tulisan numpang lewat/jumlah pembacanya sedikit, ikuti resep dari mbak Ella Tapi jangan salahkan saya jika nanti anda bukannya makin pinter menulis, tapi justru jadi pinter ’ngakalin’...hehehe!

3.Karena Dunia Maya Bukan Realitas Dunia (Nyata)

Kehidupan kita yang sebenarnya adalah di dunia nyata. Artinya semua ’realitas’ kegiatan dan hajat hidup kita adalah dunia nyata. Dunia maya seperti kompasiana adalah alat/sarana untuk menyalurkan hobby dan kreasi kita dalam menulis. Lha wong kompasiana cuman ajang ’seneng2 bae’ kok dibikin susah tho....Gitu aja kok Repot kata Gus Dur. So jangan kecanduan/keranjingan dimana ’Tiada Detik Tanpa Kompasiana’ yang bisa merusak aktivitas di dunia nyata dimana kita berperan sebagai ayah/pencari nafkah, ibu rumah tangga, karyawan/pekerja, mahasiswa, pelajar dan lain sebagainya. Jangan sampai nanti ada berita (Hoax) Bayi Mati Karena Ibunya Sibuk Posting di Kompasiana atau Perceraian Akibat Suami/Istri Keranjingan Posting di Kompasiana (waduh...jangan sampai ya!).

4.Karena Admin cuma 6 orang

Kebayang kan bagaimana admin mempelototi tulisan dari ratusan ribu kompasianers yang publish permenitnya berjumlah puluhan (eh, bener ya?!)..pokoknya buanyaaaaak sekali perharinya. Pastinya mereka juga harus istirahat/tidur di malam hari (atau pakai shift ya?), padahal si kompasianers banyak yang ’ngalong/begadangan’ untuk buat postingan dimana mereka tidak kenal siang/malam karena jendela kamarnya selalu ditutupi korden (matahari tidak terlihat!).Nah, jika ada yang bertanya mengapa kompasiana sekarang (banyak) ditaburi tulisan esek-esek anggap saja tulisan itu (nyelonong) posting waktu malam saat adminnya lagi ’ngantuk’ atau ’capek’ kerja seharian suntuk pelototin tulisan kompasianers yang masuk. Ini ’logika ngawur’ dari saya yang kebenarannya tidak dapat dipertanggung jawabkan...hehehe!

Demikian analisa 'bebas' dari saya untuk mendukung opini...Jangan Terlalu Serius Dengan Kompasiana!

Sekian dan terima kasih sudah membacanya   :)

Pulomas, 13 Desember 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun