Mohon tunggu...
Wita Moulitia Hasibuan
Wita Moulitia Hasibuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Andalas University

English Department

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekerabatan Sosial di Suku Minangkabau

13 Mei 2021   14:45 Diperbarui: 13 Mei 2021   15:01 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Minangkabau merupakan suku yang masih eksis hingga sekarang ini, mereka dapat melestarikan suku mereka hingga dikenal oleh banyak orang di pejuru Indonesia, namun banyak yang belum kita ketahui mengnai suku yang telah ada sejak jaman dahulu kala ini. Setiap suku pasti memiliki ciri khas nya masing masing dan membuat suku tersebut unik atau berbeda dari yang lainnya, hal ini dapat kita temui dalam suku Minangkabau dimana ada yang unik. Seperti yang kita ketahui di setiap suku kita pada umumnya mendengar bahwa garis keturunan itu ditentukan atau diambil dari keturunan ayah, bahkan di luar negeri mereka juga menggunakan nama belakang anak mereka dengan nama belakang ayah anak tersebut, hal ini berarti setiap kelahiran anak akan mengikuti nama belakang ayahnya.

Akan tetapi hal ini berbeda dalam suku Minangkabau, dimana mereka menggunakan sistem matrilinieal yaitu sistem dimana kekerabatan menurut garis ibu, keturunannya diambil dari garis keturunan ibu, dalam sistemmnya terdiri bebrapa struktur dari yang terkecil hingga yang terbesar dimulai dari yang terkecil adalah samande atau disebut juga sainduak, dalam keluarga samande terdiri dari tiga generasi yaitu seorang nenek, para ibu dan anak-anak mereka. Dalam sebuah rumah juga keluarga dipimpin oleh saudara laki-laki yang berasal dari ibu, yang dipanggil oleh anak-anak ibu sebagai sebutan mamak, dan anak-anak itu disebut kemenakan oleh mamaknya.

Selanjutnya yang kedua adalah saparuik, saparuik sendiri adalah himpunan dari beberapa keluarga samande. Dalam saparuik terdapat empat generasi yaitu terdiri atas seorang ninik yang mana adalah ibu dari nenek, beberapa orang yang nenek seibu, para ibu yang merupakan anak para nenek yang seibu, dan para cucu dari nenek. Di dalam saparuik dipimpin seorang mamak tertua, yang mana mereka menyebutnya sebagai Tungganai.

Setelah saparuik ada tingkatan di atasnya yaitu bernama sakaum yang merupakan himpunan dari beberapa keluarga saparuik yang masih satu keturunan. Di dalam satuan satuan sakaum terdiri dari lima generasi, yang merupakan keturunan dari ibu dari ninik. di Keluarga sakaum dipimpin oleh seorang yang disebut primus interpares di antara para tungganai, yang mana disebut mamak kaum. Bila dibuatkan tingkatan pohonnya maka akan tampak bahwa di tingkatan paling tinggi itu yang dinamakan kaum setelah itu dibawahnya ada ninik, dibawah kaum juga terdapat mamak kaum yang bersifat tentatif dimana tentative berarti belum jelas dan masih bisa dirubah.

Kumpulan dari beberapa keluarga sakaum disebut sasuku. Yang dimana keluarga sasuku terdiri dari enam generasi dipimpin oleh seorang yang bernama pengulu. Seorang pangulu ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat di antara kaum yang sekerabat, baik dalam format kalarasan Koto Piliang (sistem aristokratis) maupun kalarasan Bodi Caniago (sistem demokratis) Seorang pangulu menyandang prediket sebagai Datuk, dengan gelar kehormatan khusus suku yang disebut sako. Sako tersebut diwariskan turun temurun sejak beberapa generasi sebelumnya. Dalam sasuku yang tertinggi adalah suku dan turunannya kaum, dibawah kaum terdapat ninik, dibawah ninik terdapat nenek dan tungganai dan ada juga mamak kaum dan pengulu dimana pengulu ini masih bersifat tentatif.

Maka himpunan dari keluarga sasuku disebut sapayuang yang berada dalam satu nagari yaitu satuan sosial politik di suku Minangkabau, yang mana di antaranya diangkat seorang pemimpin di dalam nagari tersebut, pemimpinnhya dinamakan datuk/pengulu pacuak. Para pangulu selain Datuk/ Pangulu Pucuk disebut Pangulu Andiko.
Dan tingkatan yang paling atas dinamakan saindu yang merupakan himpunan paying yang masih dalam keturunan yang sama, relasi indu biasanya melampui territorial di dalam nagari. Dan itulah tingkatan-tingkatan keluarga matrilineal dalam suku Minangkabau dimana tingakatan bawah adalah dimulai dari samande, sapaurik, sakaum, sasuku, sapayuang dan tingkatan paling atas dinamakan saindu.

Dan itulah mengenai sistem kekerabatan dalam suku Minangkabau, semoga dapat bermanfaat kepada pembaca semua, saya ucapkan terimakasih banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun