Aku memang tak pandai menghalangi syaraf-syaraf dalam otakku untuk mengumpulkan data2 yang ku inginkan' paling tidak untuk menetapkan kisahku selanjutnya.
Ada yang ganjil dari rutinitas yang kau bangun, banyak kemungkinan yang hadir. Kemungkinan yang bisa jadi alasan, yang sengaja tak kusimpulkan. Tapi akhirnya kesimpulan itu berproses. Suara click mouse bersahut-sahutan dan ber-rebut  seakan tak sabar untuk segera menyimpulkan. Aku menemukan jawabannya.Yang seharusnya tidak aku lihat menjadi terlihat, yang seharusnya tidak aku dengar menjadi terdengar. Semuanya seakan tidak mau lepas dari memoriku. Sangat memalukan ! melihatmu ikut beradu di dalam frame itu layaknya suatu seni lekuk balutan busana kulit yang menggiurkan. Nikmat bukan?
Semua orang punya kesalahan, bahkan mungkin lebih dari yang kau lakukan. Termasuk aku.
Kali ini aku kategori-kan kau sangat parah.
Memaafkan mu? Untuk memaafkan diriku sendiripun aku sulit
Memaafkan diri sendiri tak mudah. Tapi setidaknya aku patut mencoba. Lalu mencoba memaafkanmu dan melupakannya. Karena bukan orang lain yang bisa mengerti diriku sepenuhnya melainkan aku sendiri. Tak ada orang lain yang mengerti dirimu lebih dari kau mengerti dirimu sendiri.
Untuk musibah yang ada disekitarmu, jangan kau kaitkan dengan rasa bersalahmu kepadaku dan tidak usah kau takut, dokumen mu itu sudah lenyap.
Ada banyak kebaikan, meskipun kecil, istimewa. Entah aku tak menyadarinya atau aku menolak menyadarinya. Aku percaya perubahan selalu terjadi. Perubahan itu abadi. Waktu tak pernah ingkar mengabarkan kenyataan. Apakah perubahan kali ini menumbuhkan lalu menguatkan, atau mungkin berlalu kemudian menghilang? mengeluh tak mengubah hidup jadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H