Mohon tunggu...
Juwita fortuna
Juwita fortuna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup untuk bahagia :v

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Candumu Menjadi Canduku

12 Desember 2019   00:30 Diperbarui: 12 Desember 2019   00:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagaimana kalau kubeli candumu itu. Bersama pahit manisnya kopi di malam hari. Agar aku bisa berseni dg asap pelebur penat yg pernah kau mainkan itu. 

Jo,  malam ini indah ya?
Lenteranya saling gemerlap di awan hitam yang mulai memadu kasih dan kisah.
Apakah asapmu habis?
Bisakah aku membantu menyalakan asap barumu?
Berharap semua lelahku terbawa oleh asapmu dan juga lelahmu.

Asap dan pahit ini sudah menjadi canduku setelah aku bercerita panjang antara aku dan pecandu pertama.
Terimakasih atas partikel-partikel dunia yang belum pernah aku gali, dan malam ini kau mengajariku bagaimana cara menetralkan rasa dari apa yg ku seduh saat ini. 

Jo, aku ingin merantau tanpa membawa beban dari sini, aku akan tinggalkan malam ini juga. Disatu sisi sosok sepertimu takut akan tergantikan saat di tanah perantauan.
Alaahh., dermaga ku di rantauan jauh lebih kubutuhkan dari pada semua rasa dalam gelas putih ini.

Akan tetap ku simpan,  tenang.
Tapi untukmu boleh tak menyimpanya.
Sampai jumpa dalam angan jo,
Menyelami dalam dan luasnya samudra tak semudah menyalakan asap puntungmu. Ini aku dan itu kamu.. Ayo menyelam dan semoga di pertemukan kembali di dermaga kesucian dengan penuh rasa yg lebih dari malam ini.

Jangan bertanya pada senja akan kabarku, tapi bertanyalah pada setiap doa yang kau punya. Karena senja hanya bisa mengukir kenangan namun tak bisa meyampaikan pesan.
Dan benar jo,  sekarang hati ini mulai tak bisa ku kuasai.  entah, aku pun dilema, dilema dalam sebuah ruang realita yang kosong dan butuh penghuni. Akan Ku coba menetralkan tapi aku tak kuasa dengan rasa saat ini. 

Apakah aku telah membeli pecandu lain selain dirimu? Ah sudahlah..! Rasa sayang, cinta, dan kagum ini masih sulit untuk ku pilah karena memang aku tak pandai dalam memilah perasaan. Buktinya minuman hitam dalam cangkir yang pahit pun masih tetap ku minum. Tapi entah lah, sedikit umpatan baik ku titipkan pada asap yang baru agar rasa  manis dan pahit ini bisa menyatu dalam se cangkir kopi yang kelak akan kita nikmati bersama dan bahkan para kaum pecandu lainya.

'Salam dari senja untuk kalian para pecandu'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun