Tanpa disadari mungkin kita sering sekali mengeluh. Mengeluhkan pekerjaan, mengeluhkan keuangan, mengeluhkan apa saja, sampai hal-hal kecil yang mungkin saja tak pantas dikeluhkan.
Contohnya ketika pergi ke kantor mendapatkan pekerjaan menumpuk, membuat kita mengeluhkan pekerjaan, membayangkan pekerjaan yang lebih baik, yang terhindar dari beban kerja yang berat, dengan gaji yang tinggi.Â
Pada jam makan siang saat ada yang membuka bekal, atau membeli makan di luar, kadang terdengar juga keluhan " tiap hari ini saja yang kita makan, sekali-kali mau makan di tempat lain yang lebih enak". Â Sekali lagi tanpa disadari keluhan terucap dari mulut kita.
Melihat orang menggunakan pakaian yang lebih bagus, mahal, branded pun kadang keluar keluhan lagi, kapan kita bisa menggunakan baju seperti itu. Dan ketika saatnya pulang kita harus mencari kendaraan umum dan mengantri, kita membayangkan sebuah kendaraan yang nyaman sebagai alat transportasi. Atau yang telah memiliki kendaraan pribadi malah mengeluhkan kendaraannya yang sudah tua, ingin menggantinya dengan yang baru.
Lalu setelah pulang dari kantor, ketika badan sangat letih, anak-anak yang diharapkan menyambut dengan ceria ternyata membuat kegaduhan, bertengkar dengan saudaranya, meminta untuk diajarkan PR ada yang meminta uang untuk membeli bakso yang kebetulan depan rumah.
Bahkan setelah waktunya beristirahat masih saja ada yang mengelukan sikap pasangan, atau membicarakan rumah yang terlalu sempit, membicarakan penghasilan yang kurang, berencana membaginya agar bisa digunakan untuk digunakan untuk keperluan dapur, bekal anak, biaya transport ke kantor, bayar cicilan, bayar listrik, air, dan lain-lain. Dan itu pun dengan keluhan-keluhan.
Mungkin saja di tengah liburan keluarga pun, kadang masih ada keluhan, ketika kita membandingkan liburan orang lain yang bisa berkeliling ke lima benua, sedang kita hanya bisa berwisata di tempat yang dekat, kapan kita bisa mengajak keluarga pergi ke luar negeri ?
Dari semua keluhan yang sering terucap tanpa kita sadari itu, dan jika kita mencoba melihat orang lain, mungkin keluhan-keluhan kita adalah mimpi bagi mereka.
Bagi mereka yang mengeluhkan pekerjaannya, sadarkah kita banyak pengangguran yang bermimpi memiliki pekerjaan kita. Ketika kita mengeluhkan makanan, ternyata ada banyak orang yang tidak makan, bukan hanya karena mereka tidak mampu, bahkan yang mampu membeli makanan pun kadang tidak bisa menikmati makanannya karena kondisi sakit tertentu, begitu pula saat kita mengeluhkan baju, celana, alas kaki, ternyata banyak orang menginginkan memiliki pakaian seperti kita, mungkin bukan karena tidak mampu membeli,tapi mereka tidak memiliki kaki, sehingga mereka tidak bisa memakai alas kaki seperti kita.Â
Di saat kita mengeluhkan keributan anak-anak, ternyata di luar sana ada seorang ibu yang mendambakan anak seperti kita, karena mungkin berpuluh-puluh tahun dia tidak dikaruniai anak seperti kita, saat kita mengeluh mengenai pasangan, penghasilannya, rumah yang sempit, ternyata ada pula yang memimpikan memiliki pasangan seperti kita, memiliki penghasilan, dan juga memiliki rumah karena mereka tidak memilikinya sama sekali.
Mungkin kita harus berhenti mengeluh, dan harus pandai-pandai bersyukur, karena masih banyak orang lain yang kurang beruntung dibandingkan kita.Â