Mohon tunggu...
Wistari Gusti Ayu
Wistari Gusti Ayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru

Guru adalah profesi yang mulia, saya bangga menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bajakah Harus Terus Diteliti, Inilah Senyawa dari Tanaman yang Sudah Menjadi Bahan Obat

18 Agustus 2019   05:30 Diperbarui: 18 Agustus 2019   09:28 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meluruskan pemberitaan yang sudah terlanjur viral mungkin adalah suatu hal yang sulit, sama seperti istilah menegakkan benang basah. Mengapa saya bilang begitu?

Kemarin di WAG khusus alumni SMA tempat saya belajar dulu, dikirim lagi video Aiman di pedalaman Kalimantan, dengan diketikkan lagi judul oleh teman saya "Obat Kanker Sudah ditemukan". 

Berita tersebut menjadi topik yang hangat dan semua bergembira menyambutnya, padahal menurut saya itu adalah berita yang sudah lama, toh ternyata diantara teman-teman saya tetap heboh, mungkin jarang nonton televisi ada saja yang terlewatkan berita tersebut.

Lalu saya kirim link berita dengan judul, lain, masih sama tentang Bajakah, namun berita tersebut mengenai pendapat-pendapat ahli, yang menyatakan masih perlu diteliti lagi. 

Bagaimana hasilnya? Tidak ada yang menanggapi, walaupun dibaca. Jadi saya berpikir ada dua kemungkinan mereka percaya Bajakah penyembuh Kanker atau percaya berita dari ahli.

Mungkin itulah yang namanya the power of "media sosial". Setelah berita muncul di televisi dan masuk ke ranah internet akan cepat menjadi viral, kita tidak mudah membendungnya. Bahkan saya benar-benar heran, ketika tiba-tiba banyak penjual bajakah online, dan masyarakat tanpa mendengar berita yang pasti langsung berburu bajakah.

Saya sangat tahu, betapa banyaknya penderita kanker yang ingin sembuh dari penyakitnya. Bahkan saya sendiri saat mengikuti tes IVA massal yang diadakan kabupaten Tabanan, didiagnosa prekanker. 

Saat itu saya terpukul, dan menjadi orang yang divonis dengan kata kanker ( walaupun baru tahap prekanker) itu sangat menyedihkan, merasakan kematian sangat dekat.

Walaupun akhirnya saat itu saya langsung menemui dokter kandungan dan memastikan dengan metode yang akurat menggunakan metode papsmear. Dinyatakan cervik saya hanya mengalami peradangan, memang betul jika dibiarkan tanpa pengobatan akan mengarah ke kanker. 

Tentu saja saya sangat bersyukur karena saya tahu lebih awal. Saat itu saya mendapat penanganan cryoterapi gratis dari kabupaten, karena sudah terdeteksi ada lesi prekanker. Selanjutnya saya lebih memilih berkonsultasi dengan dokter, sampai saat ini masih papsmear setiap setahun sekali.

Karena hal tersebutlah saya sangat mengerti bagaimana kondisi penderita maupun keluarga pasien, pasti mereka akan melakukan apa saja demi kesembuhan. Namun bukan berarti harus langsung percaya berita mengenai tanaman-tanaman herbal. Kita boleh mengkonsumsinya sebagai tambahan, misalnya dalam bentuk jamu untuk menangkal radikal bebas, menambah daya tahan tubuh, karena saya sendiripun dulu minum jamu kunyit, tapi bukan sebagai terapi penyembuhan. Karena hilang atau tidaknya kanker dari dalam tubuh kita harus dibuktikan secara medis.

Tidak salah jika disebutkan tanaman adalah obat kanker. Lalu tanaman apa itu dan bagaimana bentuknya, apakah jamu, serbuk, atau obat tersertifikasi yang sudah digunakan di dunia medis, kita juga harus cerdas. Sejak jaman dahulu memang tanaman sudah digunakan sebagai obat yang saya kutip dari generasibiologi.com senyawa tanaman tersebut antara lain :

  1. Aspirin didapatkan dari pemanasan kayu pohon willow putih (Salix alba). Sebagai pereda rasa sakit
  2. Senyawa antimalaria quinine (kina) diisolasi dari kulit kayu tanaman kina Chinchona officinalis.
  3. Digoxin adalah senyawa aktif yang diperoleh dari tanaman Digitalis lanata. Digoxin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan gagal jantung/congestive heart failure (CHF).
  4. Morfin adalah senyawa yang berasal dari getah bunga opium, Papaver somnifera. Berfungsi sebagai obat penenang.
  5. Artemisinin diekstrak dari tumbuhan Artemisia annua. Berfungsi sebagai obat malaria.
  6. Atropin adalah alkaloid yang sebagian besar diekstrak dari tanaman anggota keluarga Solanaceae, antara lain Atropa belladona, Datura stramonium, Datura metel, dan Mandragora officinarum.
  7. Codein adalah saudara morfin, bersama- sama ditemukan dalam bunga Papaver bracteatum. Efeknya bersifat analgesik, antitussive, dan antidiarrheal.
  8. Nikotin berasal dari tanaman Nicotiana tabaccum. Di dalam tubuh ia bekerja sebagai stimulan, mengaktifkan simpul-simpul saraf pusat. Nikotin beredar dengan cepat melalui peredaran darah. Tubuh akan dipicu untuk mengeluarkan glukosa dan adrenalin. Sementara itu serangkaian neurotransmitter dan hormon juga dilepas oleh otak, yakni acetylcholine, norepinephrine, epinephrine vasopressin,  arginine, dopamine,  dan beta-endorphin. Lepasnya senyawa-senyawa ini memberikan efek relaksasi dan menenangkan bagi tubuh. Nikotin pertama kali diisolasi dari tanaman tembakau pada tahun 1828 oleh Posselt dan Reimann, dua ahli kimia dari Jerman.

Selain beberapa tanaman tersebut ada dua tanaman bahkan tumbuh di Indonesia merupakan tanaman yang senyawanya digunakan sebagai obat Kanker yakni :

  1. Tapak dara (Catharanthus roseus) mengandung senyawa aktif untuk melawan kanker. Tapak dara mengandung vincristine dan vinblastine,  dua senyawa alkaloid tersebut digunakan untuk mengobati leukemia pada anak anak. Semuanya berawal di suatu negara bernama Madagaskar pada tahun 1950- an.  Dua ahli botani,  yakni Berr dan Noble tertarik pada satu tanaman yang digunakan masyarakat lokal untuk mengobati diabetes. Mereka lalu melakukan penelitian dan berhasil mengisolasi satu senyawa alkaloid bernama vincaleukoblastine (vinblastine) selanjutnya senyawa kedua ditemukan Svoboda dan timnya pada tahun 1957. Svoboda lalu melakukan uji coba. Mencit yang sudah diinjeksi P-1534 sel leukimia diberi ekstrak alkaloid dari tapak dara. Ekstrak Catharanthus roseus diberikan pada tikus yang sudah terinfeksi leukimia. Ternyata pemberian vincristine dan vinblastine bisa memperpanjang angka harapan hidup tikus hingga 60-80%.  Pembelahan sel kanker berhasil ditekan.  Maka naiklah kepopuleran vincristine dan vinblastine sejak saat itu. Dari 1 ton tapak dara bisa didapat 3 gram vincristine dan vinblastine.  Kedua bahan aktif ini bekerja dengan jalan menghambat pembelahan mitosis sel kanker. Pemakaian dosis harus benar benar diperhatikan,  karena seperti alkaloid lain keduanya bersifat sangat racun. Hingga saat ini kedua senyawa aktif ini masih diisolasi dari alamnya. Struktur molekul senyawa tersebut sangat rumit untuk dibuat sintesisnya.
  2. Taxol merupakan senyawa aktif pelawan sel kanker ovarium yang diisolasi dari kulit pohon tanaman Taxus brevifolia. Senyawa ini berhasil diisolasi pada tahun 1980. Jumlah taxol dalam tanaman induknya sangatlah kecil,  hanya 0,001%  setara 0,7 g dari sebuah tanaman yang cukup umur. Untunglah telah ditemukan senyawa semi sintetisnya yang dibuat dari daun Taxus brevifolia. Dilansir dari forda.mof.id kelompok tanaman genus Taxus menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti. Diyakini semua bagian tanaman ini, baik daun, cabang, ranting dan akarnya merupakan sumber Taxane atau paclitaxel yang dapat diekstraksi sebagai obat yang sangat mujarab untuk kemoterapi berbagai jenis kanker. Paclitaxel kemudian dipasarkan dengan nama di dagang Taxol Dan hak Pemasaran dipegang Oleh Bristol-Myers Squibb (BMS) Mulai Tahun 1991. Menurut Dr Asep Hidayat, S.Hut., M.Agr, Peneliti Badan Litbang Kehutanan, Taxol ini hanya dihasilkan dari genus Taxus, termasuk Taxus sumatrana. Dalam penelitiannya, Asep menemukan bahwa kulit batang T . sumatrana yang diambil dari Gunung Kerinci, Jambi-Sumatera mengadung 10- deacetylbaccatin III dan baccatin III. Kedua senyawa tersebut memperlengkapi aktivitas biologis dalam melawan sel kanker. Kedua komposisi tersebut dapat diubah menjadi paclitaxelmelalui prosedur empat langkah yang ditemukan oleh Robert A. Holton yang merupakan peneliti pasca doktoral di Universitas Stanford pada bidang produk sintesis alami. Dia mampu mengubah bahan aktif antikanker yang tidak lengkap pada berbagai jenis Taxus menjadi paclitaxel   (Taxol ) yang dapat melawan kanker. Dan tumbuhan ini keberadaannya di alam sudah semakin berkurang.

Dari uraian mengenai senyawa-senyawa yang berasal dari tanaman yang menjadi bahan obat tersebut, sudah jelas kiranya memang bukan hoax jika tanaman mampu menjadi obat.

Namun setiap tanaman harus dibuktikan dulu khasiatnya secara ilmiah dengan prosedur yang tepat untuk benar-benar menjadi bahan obat. Memang banyak pengobatan herbal seperti herbal tiongkok dan lain sebagainya, namun jika kita mengolahnya sendiri, tanpa dosis yang tepat mungkin saja mengakibatkan keracunan atau bahaya lainnya. Sebaiknya mengkonsumsi herbal harus dikonsultasikan dengan orang yang berkompeten.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun