Meluruskan pemberitaan yang sudah terlanjur viral mungkin adalah suatu hal yang sulit, sama seperti istilah menegakkan benang basah. Mengapa saya bilang begitu?
Kemarin di WAG khusus alumni SMA tempat saya belajar dulu, dikirim lagi video Aiman di pedalaman Kalimantan, dengan diketikkan lagi judul oleh teman saya "Obat Kanker Sudah ditemukan".Â
Berita tersebut menjadi topik yang hangat dan semua bergembira menyambutnya, padahal menurut saya itu adalah berita yang sudah lama, toh ternyata diantara teman-teman saya tetap heboh, mungkin jarang nonton televisi ada saja yang terlewatkan berita tersebut.
Lalu saya kirim link berita dengan judul, lain, masih sama tentang Bajakah, namun berita tersebut mengenai pendapat-pendapat ahli, yang menyatakan masih perlu diteliti lagi.Â
Bagaimana hasilnya? Tidak ada yang menanggapi, walaupun dibaca. Jadi saya berpikir ada dua kemungkinan mereka percaya Bajakah penyembuh Kanker atau percaya berita dari ahli.
Mungkin itulah yang namanya the power of "media sosial". Setelah berita muncul di televisi dan masuk ke ranah internet akan cepat menjadi viral, kita tidak mudah membendungnya. Bahkan saya benar-benar heran, ketika tiba-tiba banyak penjual bajakah online, dan masyarakat tanpa mendengar berita yang pasti langsung berburu bajakah.
Saya sangat tahu, betapa banyaknya penderita kanker yang ingin sembuh dari penyakitnya. Bahkan saya sendiri saat mengikuti tes IVA massal yang diadakan kabupaten Tabanan, didiagnosa prekanker.Â
Saat itu saya terpukul, dan menjadi orang yang divonis dengan kata kanker ( walaupun baru tahap prekanker) itu sangat menyedihkan, merasakan kematian sangat dekat.
Walaupun akhirnya saat itu saya langsung menemui dokter kandungan dan memastikan dengan metode yang akurat menggunakan metode papsmear. Dinyatakan cervik saya hanya mengalami peradangan, memang betul jika dibiarkan tanpa pengobatan akan mengarah ke kanker.Â
Tentu saja saya sangat bersyukur karena saya tahu lebih awal. Saat itu saya mendapat penanganan cryoterapi gratis dari kabupaten, karena sudah terdeteksi ada lesi prekanker. Selanjutnya saya lebih memilih berkonsultasi dengan dokter, sampai saat ini masih papsmear setiap setahun sekali.
Karena hal tersebutlah saya sangat mengerti bagaimana kondisi penderita maupun keluarga pasien, pasti mereka akan melakukan apa saja demi kesembuhan. Namun bukan berarti harus langsung percaya berita mengenai tanaman-tanaman herbal. Kita boleh mengkonsumsinya sebagai tambahan, misalnya dalam bentuk jamu untuk menangkal radikal bebas, menambah daya tahan tubuh, karena saya sendiripun dulu minum jamu kunyit, tapi bukan sebagai terapi penyembuhan. Karena hilang atau tidaknya kanker dari dalam tubuh kita harus dibuktikan secara medis.