Ingat Purwakarta ingat "simping", sejenis makanan ringan asli Purwakarta. Ingat simping, ingat seorang sahabat yang rumahnya di Purwakarta.Â
Persahabatan kami dimulai saat sama-sama diterima di sebuah PTN khusus kependidikan. Karena rumahnya di Purwakarta, sahabatku "ngekos" di Jakarta. Setiap Jum'at sore Ia pulang ke Purwakarta, dan Senin pagi sudah sampai lagi di kampus. Ketika kembali dari Purwakarta, ia selalu membawa oleh-oleh berupa simping. Dari situlah aku mulai mengenal dan menyukai simping.
Beberapa kali aku ikut ke rumahnya di libur weekend, merasakan suasana kota kecil (saat itu) yang nyaman. Bercengkrama dengan keluarganya yang ramah, dan berjalan-jalan sekitaran kota.Selain mengenalkan simping, ia juga mengenalkan colenak (panganan dari tape yang dibakar) saat aku menginap. Â
Sudah lama sekali aku tidak pernah makan simping. Kemarin, saat "ngebolang" ke Purwakarta, barulah aku menemukan simping di toko oleh-oleh. Dengan bentuk dan kemasan yang sama. Hanya rasa lebih bervariasi daripada simping jaman dahulu. Varian yang paling kusuka adalah rasa kencur. Untunglah varian itu masih dipertahankan. Entah kenapa aku suka sensasi kencur, yang menurutku agak aneh, tapi jadi enak saat dimakan. Gurih dan krispy. Akhirnya kubeli simping rasa kencur dan rasa lainnya.
Dari kemasannya, kutahu komposisi simping terdiri dari: Tepung terigu, tepung tapioka,santan, garam dan bahan sesuai rasa (kencur, keju, dsb). Bentuk simping tergantung cetakannya, umumnya bulat dan terdapat ornamen bunga. Cara mematangkan simping dengan dibakar. Jadi tanpa minyak. Simping bisa menjadi cemilan yang aman bagi orang yang menjaga kadar koresterol.
Semoga simping tetap ada penggemarnya, agar terus eksis sebagai makanan jadul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H