A. Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Kinerja
Penyerapan Anggaran selalu menjadi issue utama setiap tahunnya. Dapat kita lihat juga di media cetak maupun elektronik, optimalisasi penyerapan anggaran sering dibahas karena berkaitan dengan pertumbuhan perekonomian negara kita saat ini. Hal ini disebabkan karena belanja pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan perekonomian negara Indonesia, mengapa demikian? Karena variabel dominan pendorong pertumbuhan perekonomian negara Indonesia saat ini adalah faktor konsumsi.
Menurut teori pertumbuhan endogen yang dipelopori oleh Paul M Romer pada tahun 1986 dan Robert Lucas pada tahun 1988, pengeluaran pemerintah memiliki peran didalam pertumbuhan perekonomian dengan asumsi implikasi pengeluaran pemerintah adalah untuk kegiatan produktif misalnya belanja infrastruktur yang mana bersentuhan langsung dengan kepentingan publik yang dalam hal ini dapat menstimulus perekonomian. Contohnya pembangunan infrastruktur dapat mendorong investasi, dengan adanya investasi maka keadaan perekonomian akan berkembang karena dapat menciptakan lapangan kerja baru dan menyerap tenaga kerja. Namun hal yang menjadi pertanyaan, perlukah tingkat penyerapan anggaran tersebut didalam suatu Kementerian Lembaga atau Satuan Kerja dijadikan sebuah pencapaian atau target?
Seringkali muncul anekdot “bodoh jika tidak bisa menghabiskan uang” dikalangan aparatur pemerintah. Anekdot ini muncul karena apabila dana yang telah dialokasikan ternyata tidak dapat digunakan semuanya pada saat tahun anggaran berakhir, maka akan terdapat pemotongan atau pengurangan anggaran pada tahun anggaran berikutnya sebagai “sanksi” . Dana sisa itu dianggap sebagai ketidakefisiennya pengakolasian anggaran. Dana sisa itu dianggap bisa mendanai kegiatan strategis lainnya sehingga alokasi anggaran dianggap kurang optimal. Hal ini berdampak pada tingkat penyerapan anggaran tiap tahunnya, yang dikatakan lambat diawal namun cepat diakhir. Cepat diakhir dalam rangka menghindari sanksi pemotongan atau pengurangan anggaran pada tahun berikutnya. Kegiatan-kegiatan mendekati akhir tahun anggaran yang bisa dikatakan tidak perlu sering terjadi dan bisa dikatakan sebagai suatu pemborosan. Hal ini sering terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyerapan anggaran tidak disejajarkan dengan suatu hal yang paling penting dalam organisasi : pencapaian kinerja.
Hal terpenting dalam suatu organisasi adalah pencapaian kinerja atas rencana kerja yang telah disusun untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila tingkat pencapaian kinerja juga diperhatikan dan disejajarkan, maka kegiatan-kegiatan yang tidak perlu pada akhir tahun anggaran yang dapat dikatakan pemborosan dengan mengatasnamakan penyerapan anggaran tidak akan terjadi. Pencapaian kinerja 100% dengan penyerapan anggaran 80% tidaklah dikatakan “Bodoh”. Persentase tersebut menjadi bukti bahwa Kementerian Lembaga atau Satuan Kerja dapat mengefisien dan mengefektifkan anggaran dari yang telah dialokasikan sebelumnya. Hal ini bisa dikatakan bahwa Kementerian Lembaga atau Satuan Kerja telah melakukan penghematan anggaran. Jadi jelas bahwa penyerapan anggaran bukanlah sebuah pencapaian jika disejajarkan dengan pencapaian kinerja. Lalu bagaimana kita melihat dana sisa tersebut dari sisi penganggaran?
Warren Buffet, seorang investor dan pengusaha sukses asal Amerika Serikat yang merupakan orang terkaya di dunia versi majalah Forbes ( http://id.wikipedia.org/wiki/Warren_Buffett) dalam sebuah wawancara dengan CNBC (Consumer News and Business Channel) salah satu televisi kabel bisnis di Amerika Serikat mengatakan 2 peraturan kepada para CEO-nya : Satu, Jangan pernah sekalipun menghabiskan uang para pemilik saham dan Dua, Jangan melupakan peraturan nomor satu. Ia juga berpesan kepada para CEO-nya untuk membuat tujuan yang jelas dan meyakinkan para pegawai bawahannya untuk fokus ke tujuan. Dari kutipan wawancara tersebut dapat saya katakan bahwa penghematan anggaran adalah sesuatu hal yang penting dalam mencapai tujuan organisasi bukan merupakan sesuatu hal yang bodoh. Hal ini berarti fungsi efisiensi dan efektivitas tidak hanya ditekankan pada saat pengalokasian anggaran saja, namun juga dalam hal penggunaan anggaran sehingga pengeluaran yang tidak perlu dan tidak sesuai tujuan organisasi dapat dicegah.
Kenapa seorang pemilik perusahaan seperti Warren Buffet menekankan perlunya dalam hal efisiensi dan efektitas penggunaan anggaran? Hal itu tak lain adalah untuk mengembangkan usaha yang mereka miliki. Sama halnya juga dengan sebuah Kementerian Lembaga atau Satuan Kerja, dana sisa atas efisiensi dan efektitas penggunaan anggaran yang dilakukan dapat dialokasikan kembali pada kegiatan yang akan dilakukan pada tahun berikutnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Akhir-akhir ini terjadi pemotongan anggaran khususnya di Lingkungan Kementerian Lembaga dan Satuan Kerja dalam rangka penghematan. Kegiatan-kegiatan yang seharusnya dapat diselesaikan tahun ini terpaksa ditunda karena keterbatasan dana. Inilah yang terjadi apabila penyerapan anggaran selalu menjadi tolak ukur pada tiap tahun dan tidak disejajarkan dengan kinerja. Dengan menekankan efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran, maka pemotongan anggaran seyogyanya tidak terjadi karena kita dapat mengalokasikan dana tahun sebelumnya jika penghematan anggaran sedari dulu telah kita lakukan sehingga tidak perlu mengorbankan kegiatan – kegiatan yang dalam hal pencapaian kinerja suatu organisasi. Hal ini dapat dilustrasikan sebagi berikut:
Tabel diatas menjelaskan bahwa Kebutuhan Tahun Anggaran A+1 sebesar 2.000 dapat terpenuhi dengan pengalokasian dana sebesar 2.000 yang terdiri dari sisa dari penghematan tahun sebelumnya sebesar 200 ditambah 1.800. Dapat dikatakan bahwa sisa Tahun A mengurangi beban anggaran Tahun Anggaran A+1 sebesar 200. Bila sistem ini dapat diterapkan, berapa banyak beban anggaran yang dapat dikurangi untuk tahun berikutnya sehingga anggaran yang tersedia bisa dialokasikan pada sektor-sektor startegis secara optimal dan pertumbuhan perekonomian negara pun dapat dicapai. Dapatkah tingkat efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran diukur dan dibandingkan dengan pencapaian kinerja? Tingkat Efisiensi dan Efektifitas dalam hal penggunaan anggaran dapat dirumuskan dengan persamaan:
Dengan berpatokan pada nilai EF dan ES maka penggunaan anggaran masing-masing Kementerian Lembaga dan atau Satuan Kerja dapat dipantau dan juga bisa dijadikan dasar untuk kebijakan pengalokasian anggaran pada tahun yang akan datang.
Dari uraian panjang diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa penyerapan anggaran bukan merupakan pencapaian target atau indikator kinerja suatu organisasi namun merupakan komponen yang diperhitungkan dalam menentukan apakah penggunaan anggaran telah dilakukan secara efektif dan efisien oleh Kementerian Lembaga dan atau Satuan Kerja.
Ditulis oleh:
Wisnu Yogaswara
-Kritik tanpa solusi ibarat meludahi muka saudaranya sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H