Mohon tunggu...
St.Wisnu Wijaya
St.Wisnu Wijaya Mohon Tunggu... Dosen - Love to learn user experience and big data to solve business and social issues.

Wisnu graduated from School of Information Systems, QUT, Australia. He has various research experience in the issues of user experience, big data conversation and learning in the digital space. He is program coordinator of in2food project funded by the European Union and Director or Research and Innovation at Universitas Prasetiya Mulya. He has served as international speaker at many reputable international and national conferences or events. He love to share and discuss about the emerging digital technologies and how business can adopt this technology for their competitive advantage.

Selanjutnya

Tutup

Raket

(Analisis terhadap Tagar #KPAIkurangkerjaan) Akhirnya Audisi Bulutangkis Itu Berjalan Lagi

18 September 2019   11:23 Diperbarui: 18 September 2019   15:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebaran tweets dari seluruh dunia #KPAIkurangkerjaan (diambil dari www.stewarttravelmanagement.com)

Sekali lagi, suara netizen di Indonesia mampu mempengaruhi kebijakan publik. Keperkasaan netizen Indonesia ditunjukkan semenjak  "koin untuk prita" yang mampu mencuri perhatian masyarakat umum akan keadilan, kemudian tagar #save_KPK dan diikuti dengan beberapa kasus yang lain, suara netizen melalui media sosial telah menunjukkan kehebatannya.  Suara netizen mampu secara perkasa mempengaruhi kebijakan yang dianggap tidak pro-terhadap kepentingan nasional.

Dalam kasus KPSI dan PB Djarum, dimulai dengan kritik KPAI terhadap audisi bulutangkis oleh PB Djarum yang dianggap eksploitasi terhadap anak, dan akhirnya terjadi polemik yang menyita perhatian masyarakat luas. 

PB Djarum memutuskan untuk menghentikan audisi bulutangkis untuk tahun 2020. Hal ini  menyulut respon kemarahan publik yang disalurkan melalui cuitan di Twitter  yang mencapai lebih dari 7000 cuitan dari seluruh dunia (data diunduh terakhir pada 10 September 2019 pukul 15.45).

Dan akhirnya, satu hari kemudian pada Kamis 12 September 2019, KPAI dan PB Djarum mencapai kesepakatan untuk tetap melanjutkan audisi bulutangkis. Bravo netizen Indonesia!

Sebaran tweets dari seluruh dunia  #KPAIkurangkerjaan

Sebaran cuitan diatas menunjukkan bahwa perseteruan KPAi dan PB Djarum telah dengan cepat tersebar ke seluruh dunia. Netizen dari berbagai benua telah menyuarakan dukungannya terhadap PB Djarum agar meneruskan audisi bulutangkis demi keberlanjutan bibit bibit unggul bulutangkis Indonesia.

Jumlah cuitan dari benua Amerika mencapai 43 cuitan yang mendukung audisi bulutangkis. Salah satu cuitan dari benua Amerika mempertanyakan mengapa sudah 50 tahun audis ini berlangusng namun baru sekarang dipertanyaka. 

Netizen dari benua Afrika pun turut serta dalam mengkritik KPAI. Netizen yang mendukung audisi bulutangkis juga berasal dari Eropa dan Australia.  Sebaran netizen yang berasal dari seluruh benua menunjukkan bahwa sebuah isu sosial dengan cepat akan tersebar melalui media sosial. Disinilah masyarakat menunjukkan kekuatannya atau dalam istilah yang lebih popular disebut sebagai proses keterlibatan public dalam penentuan kebijakan.

Statistik cuitan perhari (screenshoot pribadi)
Statistik cuitan perhari (screenshoot pribadi)
Jika melihat hasil statistil cuitan perhari, maka dapat dikatakan bahwa isu KPAI dan PB Djarum ini sangat menarik perhatian masyarakat. Jumlah cuitan pada tanggal 08 September 2019 hanyalah 2 cuitan, dan meningkat pesat menjadi 973 cuitan pada 09 September 2019. 

Pada 10 September 2019 jumlah cuitan mencapai 6033 cuitan. Peningkatan data cuitan yang luar biasa ini yang mendorong Pemerintah Indonesia melalui kementrian Pemuda dan Olahraga memediasi kedua belah pihak, dan akhirnya audisi bulu tangkis tetap dilanjutkan.

Feenberg, A. (2012) menegaskan dalam makalahnya yang berjudul " Introduction:towards critical theory of the Internet." Menegaskan bahwa internet menyediakan ruang bagi pemberdayan masyarakat melalui kanal kanal yang menyediakan kesempatan aspirasi public didengar, khususnya oleh pengambil kebijakan. Respon Pemerintah Indonesia yang cepat untuk menyelesaikan polemik ini membutikan bahwa media sosial mampu memfasilitasi saluran aspirasi masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun