Sekali lagi, suara netizen di Indonesia mampu mempengaruhi kebijakan publik. Keperkasaan netizen Indonesia ditunjukkan semenjak  "koin untuk prita" yang mampu mencuri perhatian masyarakat umum akan keadilan, kemudian tagar #save_KPK dan diikuti dengan beberapa kasus yang lain, suara netizen melalui media sosial telah menunjukkan kehebatannya.  Suara netizen mampu secara perkasa mempengaruhi kebijakan yang dianggap tidak pro-terhadap kepentingan nasional.
Dalam kasus KPSI dan PB Djarum, dimulai dengan kritik KPAI terhadap audisi bulutangkis oleh PB Djarum yang dianggap eksploitasi terhadap anak, dan akhirnya terjadi polemik yang menyita perhatian masyarakat luas.Â
PB Djarum memutuskan untuk menghentikan audisi bulutangkis untuk tahun 2020. Hal ini  menyulut respon kemarahan publik yang disalurkan melalui cuitan di Twitter  yang mencapai lebih dari 7000 cuitan dari seluruh dunia (data diunduh terakhir pada 10 September 2019 pukul 15.45).
Dan akhirnya, satu hari kemudian pada Kamis 12 September 2019, KPAI dan PB Djarum mencapai kesepakatan untuk tetap melanjutkan audisi bulutangkis. Bravo netizen Indonesia!
Sebaran tweets dari seluruh dunia  #KPAIkurangkerjaan
Sebaran cuitan diatas menunjukkan bahwa perseteruan KPAi dan PB Djarum telah dengan cepat tersebar ke seluruh dunia. Netizen dari berbagai benua telah menyuarakan dukungannya terhadap PB Djarum agar meneruskan audisi bulutangkis demi keberlanjutan bibit bibit unggul bulutangkis Indonesia.
Jumlah cuitan dari benua Amerika mencapai 43 cuitan yang mendukung audisi bulutangkis. Salah satu cuitan dari benua Amerika mempertanyakan mengapa sudah 50 tahun audis ini berlangusng namun baru sekarang dipertanyaka.Â
Netizen dari benua Afrika pun turut serta dalam mengkritik KPAI. Netizen yang mendukung audisi bulutangkis juga berasal dari Eropa dan Australia. Â Sebaran netizen yang berasal dari seluruh benua menunjukkan bahwa sebuah isu sosial dengan cepat akan tersebar melalui media sosial. Disinilah masyarakat menunjukkan kekuatannya atau dalam istilah yang lebih popular disebut sebagai proses keterlibatan public dalam penentuan kebijakan.
Pada 10 September 2019 jumlah cuitan mencapai 6033 cuitan. Peningkatan data cuitan yang luar biasa ini yang mendorong Pemerintah Indonesia melalui kementrian Pemuda dan Olahraga memediasi kedua belah pihak, dan akhirnya audisi bulu tangkis tetap dilanjutkan.
Feenberg, A. (2012) menegaskan dalam makalahnya yang berjudul " Introduction:towards critical theory of the Internet." Menegaskan bahwa internet menyediakan ruang bagi pemberdayan masyarakat melalui kanal kanal yang menyediakan kesempatan aspirasi public didengar, khususnya oleh pengambil kebijakan. Respon Pemerintah Indonesia yang cepat untuk menyelesaikan polemik ini membutikan bahwa media sosial mampu memfasilitasi saluran aspirasi masyarakat.