Mohon tunggu...
Wisnu Rajasa
Wisnu Rajasa Mohon Tunggu... Penulis - Penyaksi Diri

menjadi saksi terus menerus akan pikiran dan perasaan memang dapat menyebabkan diam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kita Bukan Sesuatu

20 Juni 2023   05:00 Diperbarui: 20 Juni 2023   05:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelum kita lahir kedunia ini kita tidak tau apa apa. Kita benar benar sunyi, seperti halnya ketika jasad tertidur pulas. Ketika jasad tertidur pulas, itu disebabkan karena pikiran dan perasaan benar benar tidak aktif. Jadi ketika tidur itu sebenarnya yang tidak aktif ialah pikiran dan perasaan. Jasad tetap aktif sebagaimana adanya, bedanya, ia tidak lagi di kendalikan oleh pikiran, perasaan dan keinginan. Itulah yang pikiran namai dengan tidur.

Melalui tidur yang setiap hari dilakukan oleh tubuh ini, tubuh kita pada dasarnya mengenalkan kita kepada hakikat kita, bahwa kita bukan sesuatu. kita adalah keheningan, ketenangan, kesunyian, kekosongan. Kita bukanlah pikiran yang setiap saat menciptakan gagasan, ide, atau rencana. Kita bukan perasaan yang setiap saat menampilkan kesedihan, kegembiraan, ketenangan, dan berbagai bentuk perasaan lainnya. Kita juga bukan tulang yang dibalut daging. Kita juga bukan nyawa, bukan Jiwa, bukan Roh. Kita bukan apa apa dan bukan siapa siapa.

Apa yang pikiran sangka sebagai AKU dan DIRI selama ini, pada dasarnya hanyalah anggapan pikiran saja. Karena rasanya memang begitu nyata, bahwa kita adalah pemilik tubuh ini, bahkan ketika tubuh ini dihadapkan cermin, cermin itu seolah olah berkata "inilah aku". Padahal, ketika kita cermati secara serius, pikiran akan berkata "ini tubuh-ku". perhatikan keanehan dari kalimat tersebut. "ini tubuh-ku". kalimat ini menandakan ada obyek dan adanya subyek. ada yang mem-perhatikan dan ada yang di-perhatikan. Tubuh ialah obyek yang di anggap sebagai "milik" dan ada "si Aku" sebagai subyek yang menjadi pemilik. 

Si Aku yang kita saksikan ini tidak lain ialah gabungan dari pikiran, perasaan, keinginan, ingatan, kesadaran yang saling kait mengait sehingga terbentuklah anggapan adanya Aku. Ibarat bangunan yang terbentuk dari penyatuan berbagai jenis bahan yang berbeda begitu juga Aku kita ini terbentuk.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun