Mohon tunggu...
Wisnu Pambudi
Wisnu Pambudi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

an average joe lives in the value of curiosity

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sosial Utopia

5 Februari 2015   02:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:49 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bagaimana kiranya jika kita membuat platform media sosial dengan mengesampingkan impresi kebanggaan terhadap diri sendiri. Sebuah sosial media dalam dunia maya dimana kata “berbagi”  tidak berubah menjadi pamer kekayaan duniawi. Sebuah platform yang dapat memfilter niat untuk populer.

Saya memimpikan jaringan media sosial dimana informasi, baik pribadi maupun keadaan sosial terkini, dibagikan secara apa adanya tanpa campur aduk kepentingan apapun. Keberadaan sosial media ini tentunya dapat mengisi kekosongan medsos yang tidak ada dipasaran saat ini.

Saat ini media sosial sudah dikendalikan atas dasar kebanggaan diri yang dipamerkan (padahal di medsos tersebut tertulis kata share bukan pamer) di laman media sosial.  Tentunya saya bukanlah orang yang munafik. Saya tidak memungkiri jika saya terkadang adalah pengguna sosial media yang seperti itu. Narsistik memang ada pada setiap jiwa manusia bukan? Tapi apakah harus selalu dilebih lebihkan?

Apakah kita tidak lelah menyombongkan diri sendiri?  Ingin kelihatan berkelas sedang check in di tempat istimewa atau menonton film drama eropa. Atau mungkin anda yang seorang biasa berganti selera untuk menjadi seorang hipster? Dengan playlist lagu atau buku yang tidak sedang mainstream dipasaran mungkin?

Apakah pandangan ini adalah refleksi sosial kita atau refleksi diri saya? Entahlah tapi saya tidak begitu peduli persepsi orang terhadap diri saya. Atau bahkan mungkin kalian para pengguna media sosial yang belum sadar akan pandangan ini?

Tak dapat dipungkiri tentunya jika pengakuan diri adalah sebuah kebutuhan bahkan motivasi bagi sebagian pribadi. Namun janganlah hal tersebut dilebih-lebihkan. Saya menganggap huruf P besar pada sosmed berlatarbelakang warna merah itu adalah kata Pamer yang ditonjolkan.

Jika kita mampu membuat media sosial dimana isinya pengguna yang benar ingin berbagi tanpa ingin terlihat populis atau membanggakan diri, saya dengan sederhana menyebutnya: media sosial utopia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun