Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Untuk Pak Mayar

26 Agustus 2010   00:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:43 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

sambil menunggu kiandra sekolah di taman kanak-kanak yang lokasinya di samping rumpun bambu yang memesona, saya mendapat pesan dari mas heru lelono. ya, mas heru yang membaut heboh istana yang ditinggali pak beye periode pertama minimal karena dua perkara. anda pasti masih ingat. rencananya memang tiga perkara yang disiapkannya. namun karena dua perkara pertama lebih dahulu membuat heboh, perkara ketiga batal dibawanya ke istana. kalau anda lupa, untuk dua perkara pertama itu adalah blue energy dan supertoy hl-2. di postingan sebelumnya yang kemudian dibukukan kang pepih dan pbk, saya sudah bercerita. tidak perlu sepertinya saya ulang untuk mencegah bosan anda. kembali ke mas heru yang sosoknya terakhir saya lihat di web metrotv saat diwawancarai reporter sekaligus presenter yang menggemaskan. mbak prita laura namanya. ya, kemarin pagi, mas heru menyapa saya di twitter. twitter baru yang saya buat agustus ini karena karena twitter lama @contrengaja, saya sudah lupa passwordnya. tidak penting sapaan mas heru untuk anda. namun, untuk saya, sapaan mas heru menghadirkan gelisah. bersamaan dengan sapaan itu, bel tanda sekolah usai memecah gelisah saya. saya bergegas menyambut kiandra yang sejak pagi minta dikuncir dua. di tengah perjalanan pulang ke krikilan, gelisah karena sapaan mas heru hadir lagi menyergap saya. di tepi jalan yang aman, saya lantas meminggirkan kendaraan. kiandra bertanya kenapa, lalu saya jawab ingin membalas sapa teman. kiandra yang cemberut kalau saya memegang blackberry lantas memberi kesempatan: buruan ya pa! sejenak, saya balas sapaan mas heru. gelisah saya mereda. yang kemarin pagi menghadirkan gelisah adalah sapaan mas heru di @her_alone yang berisi: @pakmayar boleh tersenyum nu... tapi jangan lupa doa untuk pak mayar, agar arwahnya bahagia disisi tuhan... puasa ora? saya gelisah bukan kerena tidak puasa. tetapi karena mas heru mengingatkan saya pada pak mayar. sudah meninggal memang pak mayar, namun, dari sosoknya yang sederhana, tekun, teguh, setia, dan tulus, saya mendapat banyak inspirasi. saya yakin, mas heru juga mendapatkan inspirasi. setahu saya, karena mas heru lah, pak mayar bersanding dengan pak beye. karena mas heru lah, pak mayar yang tetap setia meskipun dilupa karena banyaknya perkara negara, tetap tersapa. suatu kali misalnya. setelah saya bagikan kisah pak mayar di kompas cetak, putri bungsu pak mayar bercerita tentang datangnya orang istana ke cikeas udik kampungnya. tidak lama setelah cerita itu, mas heru tanpa saya tanya bercerita tentang kedatangannya menemui keluarga pak mayar di cikeas udik. hal ini tidak hanya sekali. yang mengejutkan saya tentu cerita pak mayar yang mendadak didatangi pak beye dan rombongan besarnya. pak mayar bercerita, sehari sebelum pak beye datang, listrik di rumah biliknya di bawah saluran udara ekstra tinggi dipasang. pak mayar kaget. tidak hanya karena dipasangnya listrik dan kehadiran pak beye, tetapi karena berpikir bagaimana membayar tagihan listrik bulanan. saya rutin ke cikeas udik menjelang lebaran dan kerap kalau acara di istana terasa menjemukan. dari pertemuan-pertemuan itu, saya mendapati kesederhanaan, ketekunan, keteguhan, kesetiaan, dan ketulusan pak mayar dan keluarganya untuk apa saja termasuk untuk indonesia dan para pemimpinnya yang bahkan mudah lupa. mengharukan buat saya yang kerap mudah cengeng dan lebih banyak menuntut kepada negara. sapaan mas heru di twitter kemarin pagi membuat pikiran saya melayang ke cikeas udik yang terakhir saya datangi menjelang lebaran 2009, sebelum pindah tugas ke jogja . saat itu, pak mayar memang sudah tidak ada lebih dari dua tahun lamanya. namun, entah kenapa, saya selalu ingin datang ke sana. saya tengok makam pak mayar yang disandingkan dengan makam mak enti isterinya di belakang rumah biliknya. setelah itu, saya diterima anak-anak dan cucu-cucunya yang pulang dari ladang garapannya. kini, lebaran akan datang lagi. setelah lebaran-lebaran sebelumnya saya ke cikeas udik, saya ingin kembali datang ke sana lebaran kali ini. terima kasih mas heru yang menyapa saja. dan, seperti kebetulan, kantor minta saya ke jakarta. dengan adanya kesempatan ke jakarta, tidak hanya pikiran saya yang melayang ke cikeas udik. senin atau selasa depan, di sela-sela acara kantor, raga saya semoga hadir di cikeas udik. tidak jauh tempanya karena hanya sekitar lima kilometer saja dari kediaman pribadi pak beye dan keluarganya. rindu saya bersua dan mendapati kesederhanaan, ketekunan, keteguhan, kesetiaan, dan ketulusan akan mendapat jawabnya. salam rindu. [caption id="attachment_238937" align="alignnone" width="500" caption="pak mayar di ladang garapan yang bukan lagi miliknya di cikeas udik. pak mayar menatap perubahan yang hadir di desanya, tetapi tidak untuk dirinya, keluarga, dan tetangganya. (2005.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun