anda yang melihat gambar pak beye terkini di televisi atau di media lainnya mungkin membatin. kenapa begitu gemuk pak beye saat ini? saat pak beye muncul besama pak teka di acara kahmi, minggu lalu, batin saya yang biasanya diam karena telah lama memakluminya, tiba-tiba ikut berbunyi. berapa banyak tahu sumedang kegemaran yang menemani malam-malam larutnya saat ini di istana negara? itu bunyi pertanyaan saya. bu budi, juru masak istana yang murah senyum dan selalu belanja di pasar tradisional mungkin harus bekerja ekstra. tentu saja dengan tambahan menyediakan cabe rawit segar pedas penambah selera. seperti kebanyakan dari kita, selera makan pak beye memang tidak aneh-aneh. lahir dan tumbuh sebagai remaja di pacitan pasti membuat pak beye sulit melupakan cecapan-cecapan awalnya soal masakan dan makanan kampung. karena itulah, pak beye cocok memakai bu budi sebagai juru masak istana negara. bu budi dibawa pak beye dari semarang. anda tahu bagaimana bentuk dan rasa aneka masakan dan makanan khas semarang atau jawa pada umumnya. sebagian besarnya menjadi kegemaran pak beye seperti dimasak bu budi setiap hari. sebut misalnya soto bening, gulai kikil, urap, tahu-tempe-empal bacem, dan rempeyek atau karak. kalau tidak ada rempeyek atau karak, pak beye punya persediaan kerupuk udang atau kerupuk rp 500-an. sambal kerap tak ketinggalan terhidang di meja makan. anda yang berasal dari jawa atau pernah hidup di lingkungan orang-orang jawa, pasti tidak asing dengan aneka masakan dan makanan kegemaran pak beye itu. nyaris sama dengan apa yang dimakan kebanyakan rakyat indonesia. bedanya mungkin terletak pada proses hingga masakan atau makanan itu dicerna pak beye. ada juru cicip berseragam pasukan pengamanan presiden di sana. soal pak beye yang bertambah bobotnya, kita maklumi saja. di tengah banyaknya soal yang menyita pikiran dan waktunya, pasti aktivitas fisiknya berkurang juga. apalagi, sejak tiga tahun lalu, pak beye tidak lagi diperbolehkan bermain bolavoli yang menjadi kegemarannya sejak remaja. kalau pun ada aktivitas fisiknya, paling bermain golf yang saya yakini tidak banyak menguras tenaga. apalagi kalau banyak caddy yang ikut serta. anda para penggemar golf bisa bercerita. selain soal bertambah gemuknya pak beye, batin saya juga bertanya tentang bertambah banyaknya uban di kepalanya. usia memang tidak bisa disembunyikan meskipun kita kerap menghindari mengisi kolom tahun kelahiran. uban itu makin terlihat banyak saat pak beye cukup lama tidak memotong rambutnya. tentu saja, ubannya masih kalah banyak jika dibandingkan orang kepercayaannya yaitu pak hatta rajasa atau orang yang pernah dipercayainya yaitu pak adnan buyung nasution. soal uban itu, pak beye memang tidak hendak menutup-nutupinya. dengan semir penghitam rambut misalnya. soal uban itu, pak beye hanya mencukurnya. tidak bisa sendiri tentunya seperti hampir semua dari kita. untuk urusan rambut ini, telah cukup lama pak beye mempercayakan sepenuhnya kepada pak agus. pak agus ini tentu saja bukan pak agus yang saat ini memberi pak beye cucu dan sedang disekolahkan di harvard amerika serikat. untuk anda yang tidak tahu, pak agus adalah tukang cukur yang sehari-hari bekerja di kios cukurnya di plasa senayan, jakarta. karena bekerja di plasa senayan, anda tidak perlu bertanya berapa tarifnya. meskipun cara kerja pak agus tidak banyak berbeda dengan tukang cukur pinggir jalan lainnya, plaza senayan membuat harga cukurannya jauh berbeda. apalagi, untuk mencukuk rambut kepala pak beye, pak agus harus dipanggil secara khusus ke istana atau cikeas. keputusan bijak sebenarnya dibandingkan tiba-tiba pak beye ke plasa senayan untuk mencukur rambutnya. ngomong-ngomong soal pak agus. saya tidak tahu apakah ini kebetulan saja namanya karena setelah saya mencermati, pak agus pula yang mencukur rambut saya. tentu saja bukan oleh pak agus yang sama karena tidak mungkin dan tidak mampu saya memanggilnya ke jogja. pak agus yang saya maksud adalah pemilik bengkel rambut di dekat rumah mertua saya di sekitar pakualaman, jogja. saya terdampar di bengkel rambut pak agus juga karena hujan tidak juga reda. saat berteduh diterasnya bersama seli, saya tergoda untuk masuk ke dalam bengkel rambut yang semula tidak saya sadari namanya. sambil melihat antrean, saya kumpulkan keikhlasan untuk menyerahkan rambut saya. setelah melihat tarifnya, saya relakan rambut di kepala saya. rp 5.000 saya berikan sebagai bayaran atas jasanya. terima kasih pak agus yang menawari saya potongan rambut model tentara. tapi maaf, saya menolaknya. terlalu tipis buat saya. salam dari jogja. [caption id="attachment_61852" align="alignnone" width="500" caption="pak agus harimurti yudhoyono berpamitan dengan isteri disaksikan ibunya sebelum berangkat ke lebanon sebagai anggota pasukan garuda. (2006.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H