Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Lima Perintah Kedua

1 Maret 2010   11:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:40 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

ijinkan saya tersenyum dulu sebelum melepas lima perintah pak beye untuk melengkapi sepuluh perintahnya. saya tersenyum karena lantas ingat bu menteri yang malu-malu kucing. ajudannya yang gagah perkasa dan agak kotak wajahnya lantas menutup tas kulit louis vuitton milik bu menteri yang ditentengnya. saya tidak tahu kenapa. mungkin kode dari bu menteri yang menggerakkannya. kejadiannya masih sama, di kantor pak hatta rajasa yang mendapatkan jabatan barunya sebagai menteri sekretaris negara. tanggalnya, 6 oktober 2008. ya, sekitar satu bulan sebelum proses talangan untuk bank century dikucurkan dan membuat heboh kita semua belakangan ini. setelah lima perintah pertama pak beye saya sampaikan, berikut ini lima perintah kedua pelengkap sepuluh perintahnya. keenam, mari kita lakukan (lagi) kampanye besar-besaran untuk mengkonsumsi produk dalam negeri.  agar netto ekspor-impor positif; dan agar neraca pembayaran tidak terancam defisit. pasar domestik kita makin kuat dan tumbuh (visi 2005). menteri terkait berikan insentif/disinsentif agar kita benar-benar lebih mengkonsumsi produksi dalam negeri.  instruksi kepada jajaran pemerintah agar dalam "procurement" mengutamakan produk industri nasional (hentikan budaya fee yang tidak masuk akal). cegah dumping barang luar negeri (tidak tembus ke pasar amerika serikat belok ke pasar "emerging markets" ketujuh, mari kita perkokoh sinergi dan kemitraan (partnership) di antara pemerintah, bank indonesia, jajaran perbankan,  pihak swasta/dunia usaha.  cegah dan hilangkan "mistrust dan prejudice". semua perperan, semua penting. kalau ada masalah "pecahkan dengan baik" cegah tindakan unilateral sepanjang bukan merupakan tindakan yang melanggar hukum. ingat pengalaman pahit krisis 1998: tidak ada saling kepercayaan, tidak ada kebersamaan, strategi "sdm". sikap mental: "perusahaan boleh bangkrut, tetapi saya pribagi harus tetap jaya". sikap mental: "sambil ngurusi, cari rejeki" (alias korupsi).  kedelapan, hentikan dan ubah sikap ego-sektoral dan business as usual.  konflik yang tidak terselesaikan di antara lembaga pemerintah, lembaga negara, atau antara pemerintah dan swasta menghambat momentum, merusak kepercayaan. betapapun penting dan kuatnya sebuah institusi, tidak akan pernah bisa bekerja sendiri. kesembilan, tahun 2008-2009 adalah tahun politik dan tahun pemilu. mari kita lakukan politik yang lebih "non partisan" (untuk kepentingan rakyat). dalam menghadapi dan mengatasi dampak krisis keuangan global ini. mari kita "nomor dua" kan kepentingan kelompok. saya berharap: pemerintah, bank indonesia, dpr, dpd, dunia usaha, dan pelaku lainnya, sungguh dapat berperan positif dan konstruktif. kesepuluh,  mari kita lakukan komunikasi yang tepat dan bijak kepada rakyat. jujur. jangan beri angin surga namun tetap positif dan optimis tidak menimbulkan kepanikan, cegah statement yang bukan kewenangannya aupun yang tidak perlu. peran pers dan media massa sangat penting, saya percayakan penuh. mentup postingan ini, saya hanya ingin mengutip apa yang diminta pak beye: "mari kita bawa memori kita ke akhir tahun 2008." salam memori [caption id="attachment_83951" align="alignnone" width="500" caption="pak beye masih dari jogja. membelakangi keraton, menatap merapi, menyampaikan janji-janji kampanye. (2009.wisnunugroho)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun