Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kakek ke Istana

16 Februari 2010   15:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

ini bukan soal pohon, tetapi pohan. lebih tepatnya, pak aulia pohan. seperti pak beye, saya menduga dan mencoba mengira-ira bagaimana tersiksanya batin pak pohan saat ini di penjara. saya yakin, meskipun secara strata lebih hebat dari mbak ayin, apa yang di dapat pak pohan di penjara tidak berbeda dengan maling ayam misalnya. kalau ternyata perlakuan untuk pak pohan di penjara istimewa, pasti tim yang diikuti pak denny indrayana pasti melakukan sidak ke sana. karena itu, saya percaya, pak pohan tidak mendapatkan perlakuan istimewa. sebagai manusia yang bebas kodratnya dan dijaman haknya oleh konstitusi dan diakui dunia, penjara adalah perampasan paling hakiki atas kodrat manusia. karena itu, dengan perlakuan seistimewa apa pun juga, dengan ruang karaoke misalnya, penjara tetap tidak mengembalikan kodrat manusia yang bebas merdeka. secara fisik setidaknya. karena itu pula, saya merasa, siksaan yang kini dijalani hari demi hari oleh pak pohan terasa berat pula. tiga tahun setelah menikahkan anak perempuannya yang cantik jelita, pak pohan harus masuk penjara di kelapa dua, depok. tiga bulan sebelum masuk penjara, pak pohan baru saja merasakan kenikmatan dan kebahagiaan luar biasa sebagai seorang kakek untuk pertama kalinya. anda yang baru saja atau telah menjadi kakek bisa membagikan bagaimana rasa nikmat dan bahagianya melihat lahirnya generasi kedua anda. kebahagiaan yang sama dirasakan juga oleh kakek mbak aira yaitu pak beye. namun, seperti dialami pak pohan, kebahagiaan pak beye pun tidak berlangung lama. tidak lama setelah pak pohan masuk penjara, mbak aira dibawa mas agus dan mbak annisa ke amerika. hampir sama siksaan kerinduan yang dialami dua kakek ini atas cucunya. namun, siksaan lebih hebat saya kira dirasakan pak pohan. selain karena waktu perjumpaannya dengan mbak aira lebih singkat dari perjumpaan mbak aira dengan pak beye, pak pohan mengalami siksaan akan kerinduan itu di dalam penjara. saya yakin, saat pak beye bisa kerap menelepon anak, mantu, dan cucunya, pak pohan tidak bisa melakukannya. untuk mengurangi siksaan ini, pak pohan pasti mengingat-ingat betul kenangan-kenangan manis yang singkat bersama cucu kesayangannya. tidak heran jika saat datang memenuhi panggilan pansus bank century, pak pohan membawa foto besar cucunya dalam tampilan muka tasnya. anda pasti masih mengingatnya. saya yang belum jadi kakek, bisa merasakan siksaan kerinduan itu seperti apa. untuk bisa berempati dengan siksaan yang dialami pak pohan di dalam penjara, saya bagikan kepada anda foto-foto bahagia pak pohan saat menengok dan menimang cucunya di istana kepresidenan jakarta. tentu saja, saat itu, pak pohan masih utuh kodratnya sebagai manusia merdeka. sambil berbagi kepada anda, saya berharap, siksaan untuk pak pohan tidak berlangsung lama. salam cinta. [caption id="attachment_75710" align="alignnone" width="500" caption="pak pohan diiringi isterinya masuk lewat pintu samping istana negara untuk bertemu cucu tercinta. (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_75719" align="alignnone" width="500" caption="pak pohan ikut dalam acara potong rambut cucunya di istana. setelah itu, cucunya diboyong dari istana ke markas mas agus (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_75720" align="alignnone" width="500" caption="pak pohan dan anggota keluarganya datang ke istana untuk berlebaran dengan pak beye dan keluarga termasuk mbak aira. (2009.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun