Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gitar Itu

31 Mei 2010   04:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:51 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

mas har membuat saya tersenyum di teras rumah krikilan pagi tadi. di temani dua emprit yang membangun sarang dengan riangnya di pohon mangga yang mulai berbunga di teras, saya lanjutkan membaca oleh-olah mas har dari oslo, norwegia. mas har adalah tandem saya liputan di istana kepresidenan di periode partama pak beye. sampai sekarang, mas har masih bertugas di istana. seperti lima tahun lalu juga, mas har sekaligus meliput kegiatan istana kepresidenan dan istana wakil presiden. di banding saya, pengalaman mas har lebih banyak terkait istana. mas har bahkan telah meliput kegiatan istana sejak bu mega. kembali ke pokok yang membuat saya tersenyum. ya. apa lagi kalau bukan oleh-oleh dari oslo yang dibagikan mas har ke pembaca kompas cetak hari ini. selain foto, cerita mas har membuat saya makin tersenyum. senin pagi yang sempurna buat saya. bangun tidur diajak tersenyum di teras yang riuh oleh dua emprit yang tengah membangun sarang untuk anak cucu mereka. foto seperti yang ada di kompas cetak hari ini saya lihat pertama kali dari halaman facebook mas baz. saya sudah menduga foto pak beye bermain gitar dan bernyanyi adalah foto kunjungan pak beye ke luar negeri. dari oleh-oleh mas har, saya menjadi yakin tentang dugaan saya. pak beye memang tidak berubah. itu kalimat yang muncul di benak saya setelah senyum di senin pagi yang sempurna. sah saja mendapati pak beye yang tidak berubah meskipun telah banyak perubahan terjadi di sekitarnya. menyebut misal, pak andi mallarangeng yang berduet bersamanya untuk lagu barunya telah berubah. kongres partai demokrat kedua di kota baru parahyangan adalah pokok terakhir yang mengubah pak andi. misal lain ada di tanah air. saat pak beye menyiapkan lagu untuk dinyanyikan di oslo, mbak ani, pembantu terbaiknya meninggalkan indonesia yang dicintainya. banyak penyesalan atas kepergiannya. tidak sedikit juga yang berkaca-kaca atau bahkan menitikkan air mata. tidak hanya di jakarta, bahkan juga di jogja perubahan ini terasa saat mendapati mbak ani benar-benar telah ada di amerika. soal tidak berubahnya pak beye di tengah banyaknya perubahan memang sah-sah saja. bukankah jargon perubahan yang diusungnya bersama pak kalla dalam pilpres 2004 sudah habis masa berlakunya pada oktober 2009. sah kan jika pak beye tidak berubah? lagi pula, apa yang salah dengan bermain gitar. terlebih gitar itu dipakai untuk mengiringi lagu-lagu ciptaan sendiri. untuk urusan gitar ini, jargon yang tepat memang lanjutkan bukan perubahan. kalau berubah misalnya tidak bermain gitar lagi, kasihan juga pak beye karena tidak lagi punya pelarian positif di tengah ruwetnya mengurus negeri ini. mengenai yang tidak berubah dari pak beye bahkan saat berada di oslo, saya jadi teringat yang tidak berubah lainnya di tanah air. saat pak beye pergi ke luar negeri dengan rombongan tim horenya, empat tahun korban lumpur lapindo merana. tidak hanya korban yang langsung kehilangan tanah leluhur dan sejarah mereka karena rendaman lumpur yang menyebur empat lalu. pelintas yang menggunakan ruas jalan di porong pun merana. coba tanyakan mereka yang bermukim di malang atau mereka yang merantau dari malang dan hendak kembali ke tanah leluhurnya. dampak nyata di alami mereka. tidak usah membuat kalkulasi ekonomi soal kerugian yang sudah pasti banyak sekali jumlahnya dari empat tahun lumpur lapindo menyembur. aktivis lingkungan melihat sudah berteriak-teriak di mana-mana. namun, perubahan tidak kunjung juga tiba. untuk yang tidak berubah itu, saya sedang menunggu pak beye yang tidak berubah juga dengan gitarnya menciptakan lagu. tidak usah terlalu jauh untuk dunia yang lebih banyak musisi sebagai pesaingnya. saya menunggu pak beye menciptakan lagu dengan gitarnya untuk korban lumpur lapindo yang dekat dengan kampung halamannya. agar mood-nya muncul sehingga lagu tercipta, seperti di oslo, pak beye perlu terlebih dahulu melakukan kunjungan kerja ke porong. tidak usah lama-lama, sehari semalam saja. saya yakin, tidak hanya satu lagu yang diciptakannya. untuk lagu yang akan tercipta itu, dengan siapa sebaiknya pak beye berduet? pak andi yang riang ceria saya kira kurang tepat berduet dengannya menyanyikan lagu untuk korban lumpur lapindo. ngomong-ngomong, siapa usulan anda? salam lanjutkan. [caption id="attachment_154157" align="alignnone" width="500" caption="paspampres mengamankan gitar yang selalu dibawa pak beye dalam kunjungan kerja terutama ke luar negeri. oslo adalah salah satunya. dari gitar ini, banyak lagu tercipta. (2006.wisnunugroho)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun