masih terkait dengan rokok. masih terkait juga dengan dji sam soe meskipun judulnya dji ro lu. kesempatan langka bagi saya yang tidak suka dengan bau rokok apalagi asap beracunnya bisa masuk ke pabrik rokok yang menjadi juara se indonesia raya. ya, sampoerna. tidak hanya di pabrik ke-31 yang didatangi pak beye saja. sebelumnya, sebagai wartawan, saya masuk ke pusatnya sampoerna di pasuruan, jawa timur. anda mungkin akan kaget. atau mungkin juga tidak. namun, sebagai orang desa, saya kaget bukan kepalang saat bisa masuk ke pusatnya sampoerna di pasuruan. di areal yang berhawa sejuk dengan luas berhektar-hektar, sampoerna tidak hanya membangun kantor bebas asap rokok, mewah, dan modern untuk ukuran saya. sampoerna juga memiliki perkebunan tembakau percontohan yang daunnya lebar-lebar selebar daun telinga gajah dewasa di dekat pintu gerbangnya. selian itu, sampoerna juga memiliki gudang penyimpangan tembakau terbaik untuk keperluan beberapa bulan lamanya. dan, tentu saja gudang cengkeh terbaik dari seluruh indonesia. jumlahnya luar biasa. tidak heran jika kemudian pemilik perusahaan itu disebut sebagai yang kaya raya. melihat aset dan simpanannya saja, saya geleng-geleng kepala karena sulit membuat kalkulasi angkanya. apalagi kalau mengetahui berapa untung yang didapatnya dengan menjual candu dalam bentuk lintingan rokok ke seluruh indonesia. saya juga jadi paham bagaimana pemilik perusahaan itu menjadi kaya raya ketika suatu ketika ada kesempatan lain mendatangi pabrik atau istilah teknisnya mitra produksi sigaret sampoerna. keheranan saya atas buruh perempuannya sudah reda. namun, ketika hendak pulang, keheranan saya berikutnya menyergap isi kepala. kenapa hampir semua satpamnya perempuan juga ya? tidak tega saya bertanya kepada satpam perempuan yang tetap ayu meskipun menenteng pentungan di samping pahanya dengan wajah penuh waspada. sampai akhirnya, tiba saatnya buruh selesai bekerja. bel sebagai tandanya berbunyi keras memekakkan telingga. beruntung saya belum meninggalkan pabrik itu karena masih menunggu teman yang mengambil gambar di dalam. saat bel itu berbunyi, keheranan yang menyergap isi kepala saya tentang hampir semua perempuan satpamnya mendapatkan jawabannya. sesaat setelah bel itu berbunyi, para buruh melakukan aktivitas yang kurang lebih sama. dji alias sidji, melepas penutup rambut kepala. ro alias dua, melapas penutup saluran pernafasan. lu alias tiga, berbaris di dekat pintu keluar satu-satunya tempat beberapa satpam perempuan dengan pentungan berjaga. setelah para buruh perempuan itu berbaris, keheranan saya menemukan jawabannya. dji alias sidji, satpam perempuan meminta satu-satu buruh perempuan merentangkan tangannya. ro alias dua, satpam perempuan meraba seluruh permukaan tubuh buruh perempuan berbalut pakaian terutama celah-celahnya. lu alias tiga, mempersilahkan buruh perempuan yang tidak kedapatan membawa lintingan dji sam soe untuk pulang. hmmm, saya bersyukur. tanpa bertanya, saya mendapatkan jawab kenapa hampir semua satpam di pabrik rokok adalah perempuan. coba bayangkan kalau satpam di sana laki-laki. sambil bersyukur saya pulang. namun, pikiran saya masih disergap pertanyaan. betapa jahat pemilik perusahaan itu karena mengaggap semua buruh perempuannya adalah pencuri sampai tidak terbukti demikian. kenapa hal seperti ini tidak diterapkan untuk semua pejabat kita saja sekalian. kenapa hanya rakyat lemah yang boleh dianggap sebagai pencuri sebelum akhirnya terbukti tidak demikian? tapi, sudahlah. setidaknya satu dari pertanyaan saya terjawab sudah. bukankah orang jahat memang selalu berpikir bahwa semua orang juga jahat? beda kalau anda mengaggap para pemilik pabrik rokok yang meracuni berbagai generasi sebagai orang mulia yang pantas disambut di istana. salam pembuktian terbalik. [caption id="attachment_97702" align="alignnone" width="500" caption="lintingan dji sam soe hasil ketekunan buruh yang hampir semua perempuan yang dianggap sebagai pencuri sampai akhirnya tidak terbukti demikain. jahat memang. (2006.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H