Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bintang yang Belum Disematkan

21 Juni 2010   17:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:23 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

apa yang terjadi dengan anak presiden ketika masuk sebagai pengurus partai yang dibina bapaknya? jawabannya bisa macam-macam tergantung negara rujukannya. namun, dengan fakta yang tertulis di dalam sejarah negeri kita tercinta, jawabannya memang mengenaskan. belum terhapus dari ingatan pendek kita tentang peristiwa 12-15 tahun lalu. ya, saat itu, saya dan mungkin sebagian dari anda masih di jalan dengan tangan kiri mengepal menuntut perubahan. anda masih ingat kan, siapa presiden indonesia tercinta? anda pasti juga masih ingat apa peran presiden kita itu selain menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan di golongan karya? anda juga masih ingat kan puteri sulungnya? ya. pak harto. selain menjadi presiden, the smiling general ini juga menjadi pembina atau penasihat golkar. saat golkar tengah meraup semua kuasa yang didapat lewat pemilu penuh rekayasa, putri sulung pak harto yang manis senyumnya didudukkan sebagai salah satu ketua dewan pimpinan pusat golkar. kalau anda lupa, tahunnya adalah 1993. anda tentu masih ingat juga akhir kisah pak harto lima tahun setelah 1993 saat putri sulungnya duduk di partai yang dibinanya. anda masih ingat kan putri sulung pak harto itu? ya. mbak tutut panggilannya. selama menjabat sebagai pimpinan golkar, mbak tutut mendapat gelar bintang mahaputra pratama. sekadar mengingatkan saja, gelar presitisius itu diterima mbak tutut di akhir masa paling mengenaskan pemerintahan bapaknya tercinta. ya, tahun 1997. dengan sepenggal cerita yang saya pilah ini, anda mungkin berupaya membandingkan dengan kekininan. silahkan saja membandingkan. namun, sebelum membuat kesimpulan, lebih baik anda mempertimbangkan faktor lain yang membuat sejarah di indonesia tercinta mungkin tidak terulang. misalnya saja, senyum pak harto tentu tidak ada padanannya. penggantinya memang gemar menyanyi dan dijuluki the singing general, namun tetap tidak bisa dipadankan. lagi pula, meskipun posisi pengganti pak harto sama-sama menjadi pembina partai penguasa, nama partai dan warna kebesarannya berbeda. situasi politik saat ini mungkin mirip-mirip dengan belasan tahun lalu karena minimnya kepercayaan kepada pemerintah dan pemegang kekuasaan. namun, harap diingat, anak presiden yang saat ini masuk ke partai bapaknya bukan perempuan. tidak ada maksud merendahkan perempuan. pembedaan ini hanya untuk melihat perbedaan yang bisa membuat berbeda jalan sejarah ke depan. tambahan lagi, anak presiden yang saat ini duduk sebagai pimpinan partai yang dibina bapaknya belum mendapat bintang mahaputra pratama. kita tentu saja berharap sejarah di indonesia tidak terus berulang. kalau terus berulang, kasihan juga akhir kisah anak presiden dan bapaknya yang saat ini sama-sama kita saksikan. lagi pula, saya yakin, mas ibas bukan titipan atau karbitan tetapi punya kemampuan. juara se-indonesia raya saat pemilu 2009 adalah prestasi yang layak mendapat bintang. soal bintangnya apakah bintang mahaputra pratama atau bintang lainnya, anda bisa mengusulkan agar disematkan. toh, anda tidak ingin sejarah berulang. salam bintang. [caption id="attachment_173587" align="alignnone" width="500" caption="mas ibas bertepuk tangan dan bernyanyi saat pak beye (the singing general) dan bu ani menyanyikan lagu-lagu kampanye partai demokrat. (2009.wisnunugroho)"][/caption] alam sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun