Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mirip 2010

28 Desember 2010   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:17 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12935449371565949973

dalam hitungan hari, tahun 2010 akan tinggal di masa lalu. meskipun sebagian dari kita  senang tinggal di masa lalu, tahun tetap akan berjalan maju. kesenangan atau ketidaksenangan kita tidak akan mengurangi gerak tahun untuk maju. dia tidak akan menunggu dan tidak akan terganggu dengan kesenangan atau ketidaksenangan kita. itu sudah barang tentu. bagi saya, tahun atau waktu hadir begitu saja. tidak peduli bagaimana sikap kita terhadapnya. persis seperti yang dilakukan ki hujan di halaman tengah antara istana merdeka dan istana negara di jakarta. ki hujan yang ditanam sejak 1870 itu tetap berdiri kukuh dan memberi kesegaran kepada yang hendak memupuk atau yang hendak memangkas. kesegaran yang diberikannya tidak berkurang sedikitpun kepada yang berniat baik atau bahkan yang berniat jahat. ki hujan hadir memberi begitu saja. bagitu juga waktu menurut saya. untuk waktu yang akan segera akan tinggal di masa lalu itu, apa kenangan anda?  kenangan anda pasti unik dan berbeda satu sama lainnya. tidak mengapa, cara dan kemampuan indera kita mencerna memang berbeda. saya sendiri mengenang tahun yang akan segera menjadi masa lalu ini sebagai tahun mirip. ya mirip. banyak kasus mirip yang membuat kita geleng-geleng kepala. kasus pertama terheboh adalah kasus video mirip artis dan terakhir kasus foto mirip gayus. namun, dari semua kasus yang muncul dan menghebohkan kita seperti biasanya itu, kasus mirip negara paling nyata. ya, indonesia memang mirip negara bagi saya. ada orang yang dipilih dalam pemilihan langsung dengan dana triliunan dan memimpin kita yang mirip sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. maaf untuk berkata demikian karena ini yang lebih terasa. tengok saja, berapa persoalan krusial yang tidak pernah tertangani dengan semestinya oleh negara yang punya begitu besar sumber daya. tidak usah jauh-jauh dan berpikir soal hal-hal yang tidak nyata seperti keadilan yang harus dihadirkan negara karena memang menjadi tugasnya. soal penanganan bencana yang nyata di depan mata saja kita bisa berkaca tentang kehadiran negara. soal pemenuhan janji membeli sapi warga korban merapi misalnya. untuk urusan dagang sapi saja, negara tidak sanggup memenuhi kewajibannya. karena absennya negara untuk sekian lama, tengkulak hadir dan disambut korban yang memang sudah tidak punya apa-apa. sementara pemerintah sibuk dengan janji-janji dangang sapi di mulutnya, tengkulak hadir dengan lembar-lembar rupiah di genggamannya. korban yang terdesak kebutuhan sehari-hari merelakan diri merugi dengan menjual sapi ke tengkulak yang nyata. masih banyak menurut saya kasus absennya negara yang justru gemar menggembar-gemborkan motto "state that never sleep". anda bisa menyebutnya sendiri. namun, untuk absennya negara, kita kita tidak perlu berkecil hati karena seperti hidup kebanyakan dari kita tetap berjalan. karena itu, untuk tahun yang akan menjadi masa lalu ini, saya mengenangnya dengan menatap potret mural di tembok di utara pasar beringharjo. apa yang ditulis di tembok tua itu mirip dengan kegelisahan saya. untung saya sempat memotretnya. karena, mural itu saat ini sudah tidak ada. semoga, apa yang tertulis di tembok tua itu mirip juga dengan kegelisahan anda. mari kita terus bekerja karenanya. salam absen. [caption id="attachment_80635" align="alignnone" width="550" caption="mural di utara pasar beringharjo yang kini sudah tidak ada. mirip dengan kegelisahan saya. (2010.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun