saya tidak tahu nasib apa yang kini menimpa anggota satuan patroli dan pengawalan rombongan kendaraan kepresidenan. setelah surat mas hendra dan anaknya yang trauma dimuat di kompas, saya yakin komandan patwal meresponnya. anggota yang bersalah pasti dicari dan diberi hukuman tentu saja agar menjadi efek penjera untuk anggota lainnya. begitu memang seharusnya. sambil membayangkan bagaimana hukuman untuk anggota patwal yang terbukti menghadirkan trauma dan membuat pak beye tercoreng citranya, mari kita coba pahami bagaimana kerja anggota satuan patwal di lapangan. tentu saja, satuan patwal yang kita coba pahami adalah satuan patwal untuk penghuni istana. anda tentu masih ingat bagaimana satuan patwal disorot ketika pak beye masih baru menghuni istana merdeka bersama anggota keluarganya. ya, saat itu, belum genap sebulan pak beye tinggal di istana merdeka. tepatnya 17 november 2004. untuk membantu mengeluarkan ingatan anda, berikut ini berita ringkas yang saya buat bersama teman-teman di kompas: "enam orang tewas dan sejumlah orang harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat tabrakan beruntun di jalan tol jagorawi pada kilometer 13.600 arah Jakarta, rabu (17/11) sekitar pukul 07.45. tabrakan beruntun itu melibatkan tujuh kendaraan. peristiwa terjadi lima menit menjelang iring-iringan rombongan pak beye dari cikeas, cibubur, memasuki tol jagorawi dalam pengawalan dan pengamanan jalur very important person. dari enam korban tewas tersebut, empat di antaranya merupakan keluarga besar yusuf dan ondo sukmana. mereka adalah penumpang angkutan kota (angkot) f 1987 bs yang hendak berekreasi ke kebun binatang ragunan. mereka adalah diki ahmad fauzi (6), santi (8, saudara sepupu diki), lalu siti rohimat (30), dan asna hasanah (45), keduanya tante diki. angkot ini berpenumpang 13 orang termasuk sopir. dua korban tewas lainnya adalah hidayat (40), sopir mobil suzuki bak terbuka bernomor polisi b 9465 ah, serta kernetnya, jaenal (40). kedua warga babakan rt 04 rw 03 cilebut, bogor, ini menurut rencana akan mengirim jambu yang mereka bawa ke daerah kota, jakarta. menurut keterangan yang diperoleh, musibah melibatkan tujuh kendaraan, yakni bus garuda nomor polisi b 7707 ad, suzuki bak terbuka b 9465 ah, angkot f 1987 bs, angkot f 1984 dm, toyota kijang d 7044 fa, toyota kijang b 8546 bo, dan minibus b 2834 cd. menurut penuturan restu, penumpang toyota kijang, tabrakan bermula ketika polisi menghentikan kendaraan yang melintas di tol jagorawi. "polisi melambai-lambaikan tangan untuk menghentikan mobil kami. sedangkan mobil patroli jalan raya polisi berhenti melintang di lajur paling kiri," tutur restu. karena dirasakan agak mendadak dan tanpa peringatan sebelumnya, mobil yang ditumpangi restu dan lima temannya hanya dapat berhenti antara lajur nomor satu dan dua. "setelah berhenti, dari belakang tiba-tiba sebuah angkot f 1987 bs menyeruduk mobil kami," kata restu. sementara itu, agus, salah seorang penumpang angkot, menuturkan, ilyas, sopir angkot f 1987 bs yang sedang melaju di lajur tiga, tiba-tiba mengerem kendaraannya. "saya sempat bilang, mobil jalan terus saja karena berbahaya berhenti di tengah jalan tol. namun, sopir angkot itu tetap menghentikan mobil karena di sana ada polisi. jika terus berjalan, takut kena masalah lebih berat," ujarnya. belum sempat angkot bernomor polisi f 1987 bs itu berhenti sempurna, tiba-tiba kendaraan itu diseruduk dari belakang bagian kanan hingga terpental. menurut iwan (48), sopir bus garuda, waktu itu dia ingin menghindari tabrakan. Sebelum busnya menabrak kijang biru, kijang merah b 7044 ba sudah lebih dulu menghantam carry f 1987 bs. sedangkan tiga mobil lainnya juga sudah lebih dulu bertabrakan. nurcahyo irawan, pengemudi bak terbuka, menyatakan tahu-tahu mobilnya ditabrak dari belakang. ia tidak tahu mobil apa yang menyeruduk." tentu saja, atas dugaan penyebab ini, juru bicara kepresidenan, pak andi mallarangeng membantah. menurutnya, kecelakaan tidak diakibatkan adanya iring-iringan kendaraan presiden. siang setelah tewasnya warga di jalan tol lima menit sebelum iring-iringan kendaraan presiden lewat, pak andi yang belum masuk partai demokrat berujar, "perlu diklarifikasi bahwa kecelakaan itu bukan terjadi antara iring-iringan mobil presiden dan mobil itu. iring-iringan mobil presiden sama sekali tak bertabrakan dengan kendaraan yang ditabrak itu." saya tersenyum mendengar permintaan klarifikasi dari pak andi. anda pasti tersenyum juga. tetapi sudahlah, faktanya memang kecelakaan bukan terjadi antara iring-iringan mobil presiden dengan mobil lain yang menewaskan enam warga. setelah kejadian ini, banyak perubahan dilakukan untuk memberi kesempatan rangkaian kendaraan kepresidenan melintas di jalan-jalan. salah satunya adalah jeda menghentikan kendaraan lain lebih lama dari biasanya. karena perubahan ini, anda yang di jalan dan kebetulan dihentikan pasti akan tertahan lebih lama. namun, ini dilakukan setelah evaluasi atas kecelakaan yang menewaskan enam orang di jalan tol jagorawi. selain menghentikan lebih lama kendaraan lain untuk memberi kesempatan rangkaian kendaraan kepresidenan melintas tanpa hambatan, ketika ancaman teror kepada presiden meningkat, ruas jalan yang berlawanan pun sempat dihentikan arus kendaraannya. kemacetan dan keluhan warga karena terhambat perjalanananya sudah dapat dipastikan bertambah. namun, kita maklumi saja karena ini semua demi keselamatan orang yang memakai nomor 1 pada kendaraannya. sayangnya, tuntutan tinggi untuk keselamatan kepala negara dan kepala pemerintahan ini tidak diikuti peningkatan kemampuan ruas-ruas jalan menampung kendaraan. meskipun sudah sejak lama dikeluhkan, perbaikan dan pemambahan ruas jalan tidak dilakukan. akibatnya, kemacetan di jalan-jalan terutama di jakarta membuat pening kepala. apalagi, jika harus berbagi dengan iringan kendaraan kepresidenan yang jumlahnya kerap belasan. belum jika ada rombongan tim hore yang menyertai juga. bisa dibayangkan bagaimana peningnya kepala warga jakarta khususnya yang harus berbagi ruas jalan dengan pak beye yang lebih kerap ke cikeas akhir-akhir ini. mas hendra mungkin salah satu wakil dari pemilik kepala yang pening karenanya. namun, untuk urusan pening di kepala karena semua ini, sebetulnya bukan milik mas hendra yang sependeritaan dengannya. bayangan saya, anggota satuan patwal mungkin lebih pening kepalanya. apalagi, kondisi di jalan-jalan jakarta yang dipimpin ahlinya tidak kunjung membaik. karena itu, bisa dibayangkan bagaimana emosi mereka saat menghalau mobil mas hendra karena pak beye dan pengirinya akan melitas segera. untuk membayangkan bagaimana peningnya anggota patwal yang turut bertangung jawab atas keselematan kepala negara dan kepala pemerintahan, saya bagikan foto mereka untuk anda. foto saya ambil dari jembatan di jalan tol jagorawi menuju bogor. tepatnya di kilometer 30.100. waktunya, 12 februari 2006. harinya minggu, puku 14.15. bisa dibayangkan peningnya saat matahari ada di atas kepala. melihat peningnya patwal dan upaya mereka mengurai kemacetan di jalan yang akan dilewati pak beye dan rombongannya, saya jadi teringat kisah musa membelah laut merah. salam pening. [caption id="attachment_197512" align="alignnone" width="500" caption="salah satu kendaraan patwal yang mendahului dan membelah jalan untuk penghuni istana. untuk tugas mereka, pening selalu ada karena mereka rakyat juga seperti kita. (2007.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_197513" align="alignnone" width="500" caption="beginilah penampakan tugas patwal untuk pak beye. saat itu, jalan tol tidak bisa dibelah dan dihentikan karena kemacetan parah. resiko untuk keselamatan pak beye dijawab dengan anggota paspampres yang berjalan kaki di sisi sedannya. (2006.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H