Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gelisah

11 Agustus 2010   11:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kembali ke jogja dari jakarta membuat saya gembira. bukan hanya karena absennya macet di ruas-ruas jalan di jogja. tetapi lebih karena saya bisa bersepeda seperti biasanya ke mana-mana. hahaha. jangan ngiri ya. kegembiraan saya bertambah karena saat kembali ke jogja sabtu pagi lalu, saya mendapat kabar dari beberapa teman yang menyimpan nomor telepon selular saya. teman yang menyimpan pin blackberry saya juga meberi kabar. tidak penting kabarnya, tetapi tetap saja membuat saya gembira yaitu tentang adanya pemberitaan di metrotv. beberapa teman juga memberi kabar atau bahkan melekatkan tautan di tembok facebook saya tentang apa yang terjadi di metrotv. saya gembira mendapatkan kabar yang bertubi-tubi datang sejak sabtu hingga minggu. kegembiraan itu saya syukuri karena sejak sabtu pagi hingga minggu petang saya memang tengah berada jauh dari jangkauan televisi. saya sedang ada di ujung gunung kidul, daerah istimewa yogyakarta satu jam setelah saya menginjakkan kaki di bandara adisutipto. untuk semua teman-teman dan terutama kabar yang diberikan, terima kasih yang tulus saya sampaikan. kegembiraan lain menambah rasa syukur saya. sejak sabtu petang, ada kabar dari jogja dan jakarta tentang habisnya pak beye dan istananya di beberapa toko buku gramedia. kabar lain saya dapat, 7.000 eksemplar cetakan pertama habis di hampir semua toko buku gramedia pada minggu malam. mendapati kabar ini di pelosok gunung kidul, saya gembira. bukan karena bayangan laba yang saya tidak tahu berapa jumlahnya karena tidak cukup jelas bagi saya. saya gembira terutama karena bisa berbagi gelisah tentang apa yang saya lihat dan potret di istana ke semakin banyak orang lewat buku itu. tentang laba, saya yakin, di indonesia, belum ada sejarahnya seorang penulis bisa kaya karena laba. lagi pula, untuk apa juga kaya? dengan ini sekaligus saya sampaikan, hilangnya pak beye dan istananya di toko buku bukan karena ada yang memborong seperti sebelumnya dikhawatirkan mas effendi gazali saat peluncuran di fab cafe, grand indonesia. kalau pun ada yang memborong, jumlahnya tidak banyak karena umumnya titipan teman-teman yang tidak bisa ke gramedia. mas achsin misalnya, membeli beberapa eksemplar di gramedia pejaten village untuk teman-temannya di kudus. karena habisnya cetakan pertama, pak beye dan istananya digandakan di cetakan kedua yang sudah beredar dan jumlahnya 10.000 eksemplar. cetakan ketiga juga sudah dilakukan dan sedang menunggu ijin gudang untuk diseber ke seluruh nusantara. jumlah cetakan ketiga saya dengar 20.000 eksemplar. sampai akhir pekan, akan ada 37.000 eksemplar pak beye dan istananya yang beredar. edisi kedua tetralogi sisi lain sby dengan judul pak beye dan politiknya sedang dalam proses editing oleh kang pepih nugraha yang baik hati. semoga saja, usai ramadhan, pak beye dan politiknya sudah ada di tangan. harapan saya, pak beye dan politiknya juga menghadirkan kegelisahan dan syukur-syukur gugatan. dengan bertambahnya kegelisahan dan bertambahnya orang yang gelisah, semoga perubahan yang kita harapkan untuk perbaikan indonesia ke depan bisa dihadirkan. tidak perlu dan tidak mungkin menuntut perubahan datang dari luar. perubahan yang paling mungkin tentu saja bisa dihadirkan dari dalam diri kita masing-masing yang gelisah. salam gelisah. [caption id="attachment_222831" align="alignnone" width="500" caption="wartawan istana berkumpul usai launching pak beye dan istananya di grand indonesia. di tangga istana, kami lebih dahulu gelisah menjumpai hal-hal ajaib di kompleks istana kepresidenan. (2010.foto:dina santi damayanti)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun