Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jumat di Istana

23 Juli 2010   11:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

untuk beberapa orang, hari jumat terasa pendek. namun, untuk kami yang sering main ke istana, jumat adalah hari yang panjang karena merupakan masa panen. tentu saja, pengalaman ini terjadi saat periode pertama pemerintahan pak beye. ya, waktunya antara 2004-2009. karena merupakan masa panen, para editor kami masing-masing di kantor kerap kewalahan. sebab kewalahannya adalah banyaknya berita yang bersumber dari istana. untuk wartawan cetak yang dibatasi space, kewalahan ini bertambah tentunya. beda misalnya dengan teman-teman di media lain seperti radio, online, atau kantor berita seperti antara. pada suatu jumat misalnya, seorang wartawan kantor berita antara bisa membuat tujuh berita. namun, itu dulu. untuk periode sekarang, saya tidak tahu meskipun bisa merasakannya. mesipun menang lebih telak dan hanya butuh satu putaran saja, saya kerap tidak melihat penghuni istana hadir di tengah persoalan masyarakat nyata. soal tabung gas yang merenggut banyak nyawa dan masa depan anak-anak misalnya. soal rencana kenaikan tarif dasar listrik yang membuat resah pelaku usaha karena acuan hitungannya berbeda-beda. soal satgas pemberantasan mafia hukum yang aneh sekali beritanya. di antara semua persoalan itu, coba tengok. di mana para penghuni istana hadir menggulati persoalan nyata rakyatnya? mungkin saya yang kurang peka. namun, saya merasakan perbedaanya. pembandingnya tentu saja periode pertama. di periode pertama peran istana memang tidak terlalu istimewa. namun, setidaknya ada yang bisa kami tanya dan siap menjawab untuk setiap persoalan yang dihadapi rakyat secara nyata. bukan di istana merdeka, bukan di istana negara. tetapi di istana wakil presiden yang ada di antara jalan medan merdeka selatan dan jalan kebon sirih tempatnya. karena kepastian adanya pihak yang bisa kami tanya dan siap menjawab, memasuki hari jumat adalah sebuah anugerah juga. kepenatan dan sejumlah persoalan menyangkut peran pemerintah dan negara yang tidak terjawab di hari-hari sebelumnya bisa kami tanyakan pertangungjawabannya. untuk hal ini, penghuni istana wakil presiden yaitu pak jusuf kalla menerima dengan tangan terbuka. supaya tidak salah tangkap, saya tidak hendak membandingkan penghuni istana wakil presiden saat ini dengan periode pertama pak beye. tidak sama sekali. saya yakin, setiap pemimpin punya gaya dan cara tersendiri yang unik untuk menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya. kembali ke tangan terbuka pak kalla menerima setiap kepenatan dan persoalan yang dihadapi rakyat secara nyata. sejak awal menempati istana, pak kalla memang menyediakan diri untuk ditanya soal apa saja. waktunya selapas shalat jumat di masjid istana wakil presiden. apa saja pertanyaan yang dibawa dan diajukan wartawan dijawab pak kalla. sebut misalnya dari soal tidak penting seperti poligami aa gym sampai gurita bisnis keluarga besar kalla. semua dijawab pak kalla dengan terbuka. tidak ada rekayasa pertanyaan atau pengaturan jawaban dari pak kalla. semua mengalir menjawabi semua pertanyaan yang muncul dari wartawan. karena banyaknya pertanyaan yang bisa diajukan dan kemudian dijawab, pak kalla tidak lupa selalu membawa kerta kecil. ballpoint pilot andalan selalu tersemat di saku untuk mencatat dan membantu ingatan. dalam satu kesempatan jumat, bisa ada 10-15 pertanyaan. harus diakui, setelah pertanyaan dan jawaban diberikan, persoalan tidak langsung teratasi. kerap justru membuka persoalan baru yang sebelumnya tidak terlihat karena hadirnya pernyataan. anda pasti ingat bagaimana gaya pak kalla menjawab pertanyaan dan menanggapi persoalan. namun, setidaknya bagi saya, hadirnya orang yang bertanggung jawab terhadap persoalan rakyatnya telah menghadirkan ketenangan. karenanya, perginya pak kalla dari istana diharapkan tidak membawa pergi tradisi yang menurut saya baik dan perlu dilanjutkan. ya, tradisi menanggapi dan hadir di tengah pesoalan nyata rakyatnya setelah jumatan. namun, harapan itu tidak menjadi nyata. saya tidak perlu menjelaskan bagaimana kondisinya saat ini. selain karena saya sudah tidak kerap lagi main ke istana, dari kejauhan pun masing-masing dari kita bisa merasakan bagaimana. perginya beberapa teman dari istana wakil presiden di periode kedua setidaknya memberi gambaran. tapi sudahlah. tidak perlu diratapi. perubahan memang harus terjadi. toh, masing-masing pemimpin memiliki keunikan dan gaya tersendiri. kita tunggu saja keunikan pak boediono yang saat ini tinggal di istana wakil persiden dan banyak pendukungnya. saya yakin, pak boed pun memikirkan persoalan nyata yang dihadapai rakyatnya. mungkin pesoalan nyata rakyat yang dipikirkannya sudah dilaporkan ke pak beye yang dibantunya. bukankah pak boed dilamar pak beye memang sebagai pembantu saja? untuk fotonya, saya bagikan keunikan hari jumat di istana saat saya masih kerap main ke sana di periode pertama pak beye. saya sebut unik karena tidak biasa pak kalla shalat jumat bersama pak beye di masjid samping istana merdeka. saat itu, kemelut dan pertarungan politik terkait ukp3r yang dipimpin pak marsillam simandjuntak tengah mengemuka. sebelum pak kalla tampil menjawab semua pertanyaan wartawan terkait kemelut terkait ukp3r usai jumatan seperti biasanya, pak kalla dipanggil pak beye ke kantornya. waktunya kalau anda lupa adalah tanggal 3 november 2006. usai pembicaraan empat mata di ruang kerja pak beye, pak kalla diajak naik mobil golf menuju masjid di sisi barat istana merdeka. dalam pertemuan sebelum jumatan itu, pak kalla diberi tahu siapa sebenarnya sopir pengendalinya. saya sih senang saja mendapatinya. namun, beberapa teman saya yang harus setor banyak berita ke kantornya bersungut-sungut mukanya. jumat itu, tidak ada panen di istana. salam paceklik. [caption id="attachment_202686" align="alignnone" width="500" caption="pak beye memanggil pak kalla sebelum jumatan untuk membicarakan ganjalan hubungan terkait ukp3r. seperti biasa, pak kalla penuh senyum wajahnya. (2006.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_202687" align="alignnone" width="480" caption="pak beye mengendalikan mobil golf sebelum jumatan di tengah kemelut terkait ukp3r. malaikat juga tahu, siapa yang jadi sopirnya. (2006.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun