Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Lima Perintah Pertama

28 Februari 2010   13:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:41 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

karena utang, setelah kesempatan itu datang, saya hendak melunasinya. tidak kontan memang karena terkait dengan kemampuan saya mengandaikan. untuk utang itu, saya cicil saja dua kali. dari sepuluh perintah pak beye, saya sampaikan lima perintahnya terlebih dahulu. semula saya mau melekatkan begitu saja dokumen yang saya punya terkait sepuluh perintah pak beye menjelang skandal bank century ini menjadi konsumsi kita setiap hari. namun, karena ukuran hurufnya pasti menyakitkan mata anda, lebih baik saya olah sedikit saja. tentu tanpa maksud mengurangi tekanan dan apa maksud dari perintah pak beye itu. untuk sepuluh perintah ini, pak beye menyampaikannya pada 6 oktober 2008. tempatnya di kantor pak hatta rajasa mendapatkan jabatan barunya sebagai menteri sekretaris negara. ruang rapat besarnya baru saja diganti semua isi dan penataan ruangannya. sedan pak beye dan pak kalla juga baru saja berganti. tapi, sekali lagi, jangan mengaitkan hal-hal baru ini dengan krisis ekonomi karena memang tidak ada bukti. dari pada lebih panjang bercerita, lebih baik saya paparkan saja lima perintah pertama. lima perintah kedua saya bagikan setelahnya ya. selamat memetani. pertama, kita harus tetap otimis, bersatu, dan bersinergi, untuk memelihara momentum pertumbuhan, mengelola dan mengatasi dampak krisis keuangan amerika serikat, situasi sekarang jauh berbeda dengan situasi krisis 1998. kita tidak seharusnya panik, tetapi tetap berpikir positif dan rasional. mari kita jaga kepercayaan masyarakat. insya allah, kita bisa mengatasi. kedua, dengan kebijakan dan tindakan yang tepat, serta dengan tepat, dengan kerja keras, dan upaya maksimal, kita pertahankan pertumbuhan ekonomi enam persen. mari kita manfaatkan perekonomian domestik. ambil pelajaran krisis 1998 ("sabuk pengaman perekonomian kita"). ketiga, optimalkan apbn 2009 untuk tetap memacu pertumbuhan dan membangun "social safety net" alokasi untuk pembangunan infrastruktur dan stimulasi pertumbuhan lainnya mesti cukup (growth and employment). alokasi untuk penanggulangan kemiskinan juga mesti cukup. empati kepada kaum miskin dan program tiga cluster kita sukseskan. defisit anggaran harus "tepat dan rasional". tidak mengganggu pencapaian sasaran kembar "growth with equity". tetap dapat dibiayai/ditutup dalam situasi keuangan global dewasa ini.  tetap dilakukan efisiensi dan pembatasan pada pembelanjaan yang konsumtif dan yang dapat ditunda. keempat,  dunia usaha (sektor riil) harus tetap bergerak, meskipun ekspansi bisa berkurang. agar pajak dan penerimaan negara tetap terjaga. agar pengangguran tidak bertambah. kewajiban bank indonesia dengan jajaran perbankan: "jamin" kredit dan likuiditas". kewajiban pemerintah: keluarkan kebijakan, regulasi, iklim, dan insentif agar sektor rill tetap bergerak. kewajiban swasta: lebih "resilient" dan terus mempertahankan kinerja, tetap mencari peluang, dan "hare the hardship". kelima,  cerdas menangkap peluang (opportunity) untuk melakukan perdagangan dan kerjasama ekonomi dengan dunia, ekonomi asia, terutama china diperkirakan akan tetap "ok" (pertemuan puncak beijing). pasar di amerika dan eropa akan lebih tertutup/melemah untuk ekspor kita. bikin produk indonesia lebih kompetitif. saat menyampaikan sepuluh perintahnya, pak beye menyebutnya juga sebagai "misi bersama kita". yah, mirip-mirip jargon kampanye lah. tapi, tolong jangan mengaitkannya meskipun waktunya hampir beriringan. salam ksatria. [caption id="attachment_83404" align="alignnone" width="461" caption="membelakangi keraton, menatap merapi, dibantu pawang hujan, pak beye memberi perintah di alun-alun utara jogja. (2009.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun