di istana, ada wartawati senior sebuah stasiun televisi yang begitu tergila-gila dengan warna ungu. tidak hanya untuk baju luar, bahkan untuk kerudung, tas, sepatu, cat kuku, tali kartu pers, pulpen, notes, sarung telepon selular, sampai cat rambut pun bernuansa ungu. karena itu, setiap ada pernik warna ungu di mana pun berada, wartawati itu selalu berbinar-binar matanya. persis seperti orang yang baru jatuh cinta melihat kekasih pujaan hatinya ada di depan mata. ketika binar mata itu ada, keinginannya untuk memiliki pernik ungu segara direalisasikan. umumnya, keinginannya itu terlaksana dengan mudahnya. karena begitu identiknya warna ungu dengan wartawati itu, ungu telah menjadi cirinya. jika dari kejauhan terlihat warna ungu, tanpa harus menunggu menatap wajahnya, orang sudah tahu siapa dia yang ada di kejauhan sana. postingan ini bukan soal wartawati itu meskipun ada kaitannya. kaitannya pun sebenarnya tidak langsung juga karena saya hanya meminjam panggilannya. meskipun nama wartawati itu cukup populer juga, karena kebiasaanya menggunakan kata 'seolaholah' di setiap kali wawancara, wartawati itu biasa dipanggil mbak seolaholah. kata seolaholah muncul dari keraguannya untuk banyak hal ketika berhadapan dengan narasumber. khas seorang wartawan sebenarnya. bukankah keragu-raguan mengantar pada jalur kebenaran? bapak filsafat modern telah berabad-abad lalu mengatakan keragu-raguan sebagai metode menuju kebenaran. terkait dengan seolaholah itu, saya hendak berbagi tentang dialog seolaholah yang mewarnai hampir semua panggung kampanye politisi kita. mungkin juga hampir semua acara dialog di televisi kita seolaholah juga sebenarnya. karena kesempatan yang saya punya terkait kegiatan istana dan para penghuninya, saya ingin berbagi tentang seolaholahnya dialog dalam kampanye pak beye. sah dan wajar sebenarnya demi sebuah tujuan besar, rekayasa dilakukan. toh, rakyat kebanyakan tidak tahu, apalagi mempersoalkan dan mempertanyakan. seolaholah untuk urusan apapun mungkin dirasakan cukup memadai. orang-orang yang kurang kerjaan seperti saya saja yang membesar-besarkan atau mempersolakan. karena itu, jika anda banyak pekerjaan, silahkan tinggalkan postingan ini. selain hasil kerjaan orang yang kurang kerjaan, apa yang saya sampaikan tidak penting juga untuk anda, apalagi untuk bangsa dan negara. akhir juni 2009 di gelanggang olahraga rumbai, pekan baru, riau. atap seng dan terik matahari membuat sekitar 2.000 peserta kampanye kepanasan. namun, dialog pak beye dengan peserta kampanye yang sudah disiapkan harus diselenggarakan. semula saya tidak terlalu percaya kalau dialog yang dipandu foxindonesia ini direkayasa atau seolaholah saja. namun, beberapa kali melihat dialog di hampir semua tempat kampanye pak beye, saya menjadi percaya. tidak ada soal sebenarnya dengan rekayasan atau keseolaholahan itu. toh, memudahkan juga jika semua disiapkan sebelumnya. rapi jali dan terlihat sempurna keseolaholahannya. terkait keseolaholahan itu, saya tidak ingin membagikan isi dialognya. dari satu pangung kampanye ke pangung kampanye berikutnya, isi dialognya kurang lebih sama seperti pujian keberhasilan, harapan kesejahteraan, dan keluhan atas serangan para lawan politik yang membutuhkan tanggapan atau serangan balik dari pak beye. di postingan ini, saya hanya membagikan dua foto saja tentang keseolaholahan itu. bapak yang bertanya dan seolaholah berdialog dengan pak beye saya dapati ternyata anggota tim kampanye pak beye sendiri. sebelum saya mendapati bapak ini berdialog dengan pak beye di gor rumbai, saya lebih dahulu mendapati bapak ini di pasar bawah, pekan baru. di pasar bawah sebelum pak beye datang, bapak ini bertugas membagi-bagikan poster kepada pengunjung pasar termasuk anak-anak sekolah yang datang. karena saya mendapati dialognya seolaholah, saya tidak mencatat apa yang disampaikan bapak ini dan pak beye. saya lebih tertarik memotretnya dari kejauhan sambil seolaholah memperhatikan dialog yang dilakukan. maaf jika saya tidak mencatat nama bapak ini karena saya hanya seolaholah saja memperhatikan. salam seolaholah. [caption id="attachment_79228" align="alignnone" width="500" caption="pak beye dan seorang peserta kampanye seolaholah berdialog. bapak ini adalah tim kampanye yang bertugas bertanya kepada pak beye. (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_79229" align="alignnone" width="406" caption="saya lupa nama bapak ini. saya memotretnya pagi hari sebelum pak beye dan tim kampanye pusat datang ke pasar bawah, pekan baru. (2009.wisnunugroho)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H