[caption id="attachment_2572" align="alignnone" width="500" caption="foto yang menyejukkan di ujung koridor istana negara menuju istana merdeka (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] sejarah mungkin akan tertulis hari-hari belakangan ini. tidak harus dengan tinta emas memang. sejarah bisa juga ditulis dengan air comberan sekalipun. untuk sejarah yang akan tertulis itu, kita semua berharap. tidak perlu cemas karena memegang harapan itu. kecemasan biasanya muncul karena harapan terlalu tinggi. harapan yang kita pegang ini tidak terlalu tinggi sebenarnya. yaitu, hadirnya sebuah kebesaran jiwa untuk menatap masa depan bersama yang lebih baik dan ceria tentunya. tak perlu banyak energi terbuang sia-sia untuk menghidupi kekerdilan jiwa. separuh abad lebih bangsa ini menuliskan sejarahnya sudah cukup jika hanya diisi kekerdilan jiwa. tidak hanya saya. mungkin anda sekalian juga menunggu hadirnya kebesaran jiwa. banyak sekali wujud kebesaran jiwa. bersatunya para pemimpin dan mantan bangsa untuk urusan bangsa usai sebuah kompetisi politik adalah salah satunya. syukur-syukur mereka semua tertawa di istana sebagai tanda lapangnya dada karena besarnya jiwa. rekonsiliasi tampaknya tengah menunggu jalan lempangnya. jika jalan lempangnya akhirnya terbuka, kita semua juga bisa tertawa bersama mereka. tentu saja, tawa anda bisa sesuka hati anda dan makna atasnya bisa apa saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H