Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yang Bekerja Dalam Senyap di Istana

27 November 2008   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:24 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_347" align="alignleft" width="300" caption="para petugas mengusung podium garuda milik pak beye yang selesai dibawa dari pedalaman wamena,papua/ wisnunugroho@kompasiana.com"][/caption] selain ada perempuan tangguh di balik setiap laki-laki hebat, ada banyak orang yang bekerja dalam senyap untuk menopang kehebatan laki-laki hebat dan ketangguhan peremuan itu sekaligus. untuk banyak orang yang bekerja dalam senyap itu, kita mengangkat topi. dedikasinya dan pengorbanan luar biasanya tidak berkurang meskipun sorot kamera dan panggung penuh cahaya tidak sekalipun menyorotnya. di istana, banyak orang yang bekerja dalam senyap untuk sebuah penampilan yang diharapkan dapat ditangkap rakyat sebagai yang serbasempurna. iwan dan teman-temannya adalah di antara banyak orang yang bekerja dalam senyap itu di istana. iwan adalah karyawan biasa untuk tidak mengatakan karyawan rendahan istana. meskipun karyawan biasa, tugas dan tanggung jawabnya dapat dikatakan sangat menentukan untuk setiap penampilan pak beye. iwan bersama lima orang temannya adalah petugas pembawa podium garuda dan pelantangnya yang memang secara khusus dibuat untuk pak beye. karena setiap pak beye berbicara di depan rakyat yang memberinya mandat harus menggunakan pelantang, maka podium garuda dan pelantangnya harus selalu di bawa ke mana pun pak beye akan berada dan berbicara di seluruh nusantara. karena podium garuda dan pelantangnya harus lebih dahulu hadir sebelum pak beye dan rombongan utamanya tiba, iwan dan teman-temannya harus berangkat satu atau dua hari lebih awal dari kebarangkatan pak beye ke sebuah lokasi. iwan dan teman-temannya juga harus pulang lebih lambat dari kepulangan pak beye dan rombongannya. bisa dibayangkan bagaimana dedikasi dan kerja keras luar biasa iwan dan teman-temannya mengingat sangat kerapnya pak beye berkegiatan. apalagi pak beye punya semboyan dalam bekerja: "state that never sleep". tidak hanya di jakarta dan kota-kota besar lainnya yang mudah dijangkau, kegiatan pak beye bisa dilakukan di ujung banda sampai pegunungan puncak jaya. bisa juga di pedalaman pula buru sampai pedalaman kapuas. membawa badan ke tempat-tempat itu saja kerap sulit dibayangkan, apalagi membawa serta podium garuda setinggi lebih dari satu meter dengan berat cukup lumayan karena tidak bisa diangkat sendirian. karena selalu hadirnya podium terbuat dari kayu jati tua jawa itu, banyak kepala daerah kesengsem ingin memilikinya. pak beye membuat empat buah jumlahnya untuk keperluan di istana dan pergerakan luasnya ke seluruh nusantara. ada juga beberapa kepala daerah yang menduga podium garuda yang selalu dibawa-bawa itu keramat dan ada "isinya" untuk menjaga wibawa. karena itu, iwan dan teman-temannya kerap mendapat pertanyaan di mana podium garuda itu dibuat. ada kepala daerah di sulawesi yang mencontoh persis podium pak beye mulai dari warna, ukuran, dan bentuknya. bedanya hanya di logo burung garuda pancasila. karena bekerja dalam senyap, iwan dan teman-temannya kerap tidak kasat mata. namun, ketika didapati podium garuda dan pelantang di atasnya tidak berfungsi secara sempurna, semua perangkat pendamping pak beye tahu persis ke arah mana mata ditujukan: iwan dan teman-temannya. karena itu, kekacauan sedikit pun terutama terkait tata suara akan menjadi "neraka" bagi iwan dan teman-temannya. apa gunanya podium garuda jika suara pak beye tidak terdengar sedikit pun ketika "manggung" di atasnya? untuk para pekerja yang dalam senyap bekerja penuh dedikasi luar biasa, pak beye selalu berterima kasih. iwan dan kawan-kawannya menjadi tamu istimewa ketika hari raya di istana negara. tanpanya, citra yang ketat dijaga dengan segala upaya dan ketika berbicara bisa saja berantakan tidak terkira. tahun politik 2008 dan tahun pemilu 2009 akan menjadi tahun pertarungan citra juga. iwan dan teman-temannya pasti dituntut bekerja lebih keras mengingat pak beye masih berkeinginan menggunakan empat podium gadura itu di periode lima tahun berikutnya. [caption id="attachment_350" align="alignnone" width="300" caption="podium garuda yang ada di kantor presiden dijadikan "oleh-oleh" oleh para ajudan yang kerap bergiliran berfoto bergaya di belakangnya seperti layaknya pak beye/ wisnunugroho@kompasiana.com"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun