[caption id="attachment_953" align="alignleft" width="300" caption="pak beye didampingi bu ani saat kampanye untuk demokrat di papua (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] membayangkan demokrat tanpa pak beye. itu yang terlintas di benak selama lebih dari dua jam menyaksikan perayaan ulang tahun ketujuh partai demokrat di hall d, jakarta international expo, kemayoran, minggu malam lalu. apa jadinya? demokrat adalah partai yang dibentuk dan didirikan pak beye tepat pada hari ulang tahunnya ke 52, 9 september 2001. ketika demokrat didirikan, pak beye adalah pembantu megawati soekarnoputri dengan jabatan sebagai menko polkam. di sela-sela upaya mendamaikan konflik aceh, pak beye sempat dan sukses membentuk demokrat yang dijadikan kendaraan politiknya ke istana setelah gagal dalam sidang istimewa mpr tahun yang sama sebelumnya. tahun-tahun awal adalah tahun yang sulit bagi demokrat. tugasnya sebagai menko polkam yang bertubi-tubi harus menangani sejumlah kasus terorisme, gangguan keamanan, dan konflik komunal membuatnya kurang melibatkan diri secara penuh di demokrat. namun, pantaun tetap dilakukan terhadap partai yang telah didirikannya itu. pak beye memang tidak masuk dalam kepengurusan demokrat pada awal-awal pendirian. terlalu mencolok dan "ra ilok" jika itu dilakukan. saat demokrat dipimpin subur budhisantoso, kristiani herawati, isteri pak beye duduk di kepengurusan sebagai wakil ketua umum. aktivitas pak beye di demokrat mulai terlihat di saat-saat kritis menjelang pemilu 2004. diawali dengan kisah dramatis tidak dilibatkannya di kabinet gotong royong dengan cerita akhir perceraiannya dengan megawati, pak beye lantas beralih menjadi juru kampanye demokrat. pak beye bercerai dengan megawati tepat pada masa kampanye, maret 2004. popularitasnya merangkak naik dengan bekal kisah dramatis itu. lagu pelangi di matamu karya jamrud yang dinyanyikan pak beye setiap kampanye mengantar demokrat meraih 7,5 persen suara. ketika pilpres memasuki tahap kedua, pak beye bersama pak kalla berhasil mengalahkan megawati dan hasyim muzadi dengan 61 persen suara. demokrat berjaya. kejayaan ini yang kemudian dikenang dalam perayaan ulang tahun ketujuh demokrat. kenangan ini diharapkan mampu membangkitkan semangat untuk meraih 15 persen suara atau 100 kursi di dpr-ri. untuk memompa semangat ini, pak beye kembali diperankan secara sentral. di demokrat yang diketuai kakak iparnya, pak beye duduk sebagai ketua dewan pembina. pak beye menjadi jualan utama untuk target 15 persen suara dalam pemilu 2009. sebagai jualan utama, peran pak beye memang terbilang luar biasa untuk partainya. di sela-sela tugasnya sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, pak beye menciptakan lagu kampanye dengan judul "partai demokrat berjuang untuk rakyat". putra bungsu edhie baskoro yudhoyono yang menjadi caleg di dapil jatim vii (pacitan salah satunya) menjadi salah satu penyanyinya. para penyanyi yang dikomandani juru bicara kepresidenan andi mallarangeng menyanyikan lagu kampanye itu dengan gerakan tari poco-poco. untuk peluncuran lagu kampanye ini, latihan demi latihan dilakukan di wisma negara. sebelumnya, pak beye mencipta lagu "mars partai demokrat" yang dinyanyikan di setiap acara demokrat. dan selama perayaan ulang tahun ketujuh, empat lagu ciptaannya diperdengarkan yaitu lagu kampanye, lagu mars, lagu "rinduku padamu", dan lagu "longing my love" (rinduku padamu versi inggris). ebiet g ade dan rio febrian bergantian menyanyikan lagu "rinduku padamu" dan "longing my love". di perayaan ulang tahun ketujuh itu, diputar video "tujuh tahun demokrat bersama sby berjuang untuk rakyat". pak beye duduk menyaksikan ratusan foto dirinya dan meteran pita video tentangnya diputar. hampir tidak ada celah dimana tidak ada pak beye dalam seluruh rangkaian perayaan ulang tahun demokrat ketujuh. akhir dari putaran video itu adalah pernyataan niatnya untuk maju kembali sebagai capres di pilpres 2009. niat pak beye kini sudah menjadi ketetapan hati demokrat. totalitas pak beye untuk demokrat menjadi modal untuk menempatkan target 15 persen atau 100 kursi dpr-ri. sampai sekarang, belum terbayangkan bagaimana jadinya demokrat tanpa pak beye.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H