Diantara tumpukan majalah-majalah bekas dan buku-buku masa kuliah, terselip disana sebuah map warna coklat. Map itu terkancing dengan rapi, bagian luarnya diselimuti debu tebal. Kubersihkan debu yang menempel dan mulai membuka kancingnya. Hatiku bergetar melihatnya, satu bundel surat dengan sampul beraneka macam tampak disana. Surat-surat yang pernah sangat berarti dan mengharu biru perjalanan hidup masa mudaku. Masih bisa kurasakan harum kertasnya dan debar ketika membaca rangkaian kata-kata diatasnya.
Untuk orang yang pernah mengalami masa remaja sebelum muncul nya era handphone, surat cinta tentu merupakan kenangan yang indah. Benda yang satu ini sangat dekat degan kehidupan percintaan khas remaja jaman dulu. Amplop surat dan kertasnya pun sangat spesial. Biasanya ada motif-motif tertentu yang mencirikan keromantisan di bumbui dengan aroma harum semerbak yang keluar dari kertasnya. Itu baru kertasnya belum lagi menuliskan isinya. Kata demi kata disusun dengan penuh perasaan ditulis dengan rapi sehingga kadang butuh beberapa kali revisi sebelum isinya dirasa benar-benar cocok dengan suasana hati. Bagi remaja zaman sekarang, surat cinta mungkin terasa sangat norak dan bertele-tele. Namun yang jelas teknologi telepon rumah saat itu tak mampu menyurutkan peran surat dalam kehidupan sosial kita. Rasanya tak cukup mengobrol melalui telepon. Ada banyak hal yang ingin di ungkapkan dalam tulisan. Seringkali ada kata-kata yang tidak bisa di ungkapkan dengan bahasa lisan. Ungkapan perasaan ini lebih terasa debar nya ketika dibuat dalam bahasa tulisan. Semakin hari, anak-anak remaja semakin gagap saja menuliskan perasan dalam secarik kertas. Perasaan mereka lebih banyak dituliskan dalam kalimat-kalimat pendek sms ataupun status di facebook atau twitter. Mereka tidak terbiasa menuliskan rangkain kata-kata bersayap nan romantis. Setidaknya ini yang kulihat pada keponakan dan tetanggaku Adakah remaja sekarang yang mau bersusah-susah menulis surat, menempelkan perangko kemudian membawanya ke kantor pos atau dititipkan ke teman. Rasanya tidak, kalaupun ada mungkin malah dianggap aneh pada jaman canggih seperti sekarang ini. Ungkapan perasan tinggal di ucapkan lewat handphone, sms, Facebook, Twitter, atau kalau mau yg lebih panjang, tuliskan dalam blog. Tulisan selesai, tinggal klik, tulisan pun segera terkirim dalam hitungan detik hingga menit saja. Namun bagi orang-orang yang pernah mengalami masa surat-suratan itu. Ada sesuatu yang terasa hilang. Romantisme surat terasa jauh lebih kuat ketimbang berbentuk sms atau telepon saja. Kata-kata yang ditulis tangan dengan penuh perasaan terasa sangat personal. Tulisan tangan benar-benar mewakili kehadiran orang yang bersangkutan, Tentu sangat berbeda jika mesin keyboard ataupun keypad handphone yang menuliskannnya. Tak heran bila masih banyak orang-oran tua yang rela menuliskan surat untuk anak ataupun ucapan selamat hari raya pada kartu pos dengan tulisan tangan. Kecanggihan teknologi mampu merubah kebiasaan-kebiasaan orang termasuk dalam hal menulis surat. Menggantinya dengan hal-hal yang lebih praktis dan efisien. Namun rasa dan sensasinya tidak semua dapat digantikan oleh teknologi. Romantisme surat cinta akan abadi dalam hati orang-orang yang pernah mengalaminya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H