Mohon tunggu...
Wisnu Mustafa
Wisnu Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

pencari cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merasakan Sensasi Pehcun

6 Juni 2011   06:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Subuh baru saja berlalu, matahari mulai bersinar memancarkan cahaya emas nya. Pucuk-pucuk pohonmasih di selimuti embun pagi yang enggan beranjak pergi. Burung-burung prenjak dan peking,mulai ramai bersahut-sahutan. Warga di kampung ku sudah mulai beraktivitas. Hari ini adalah salah satu hari istimewa bagi kelaurga-keluarga keturunan Tionghoa.Seperti juga tampak di rumah tetanggaku ini. Hio-hio mulai dinyalakan, menebarkan harum yang bernuansa magis.Diatas meja abu, 6 batang hio tampak mengepulkan asap tebal,Dua piring makan berisi bacang dan kwecang terhidang di depannya.

Meja abu adalah penghubung antarakeluarga yang sudah meninggal dengan sanak keluarga yang masih hidup. Di meja inilah, hio, makanan,buah-buahan,teh dan kopi biasa di hidangkan pada acara-acara tertentu. Mereka percaya pada saat-saat hari raya seperti itu arwah keluarga mereka akan datang menyambangi. Seperti juga pada perayaan hari Pehcun kali ini.

Bacang dan kwecang adalah penganan khas hari raya pehcun. Bacang terbuat dari beras yang berisi daging atau ayam yang di cincang. Ketan juga seringkali dibuat sebagai variasi selain beras.Daging ayam atau sapi di cincang dan diberi bumbu kecap, sehingga terasa manis dan gurih. Sedangkan kweecang terbuat dari ketan saja tanpa isi. Dimakan dengan cocolan gula masak supaya terasa manis. Kwecang dibungkus dengan ukuran yang kecil-kecil. Pembungkusnya sama saja yaitu daun bambu yang sudah direbus.

Sejarah Pehcun

Ada beberapa versi cerita mengenai sejarah pehcun, salah satunya adalah seperti ini.Diceritakan Qu Yuan adalah seorang menteri yang sangat disukai oleh rakyat., dan sangat setia kepada Raja. Keluarga raja yang tidak senang kepadanya, memfitnah dirinya. Quyuan pun akhirnya di usir dari istana. Di tengah kesedihan nya dia akhirnya bunuh diri dengan menceburkan dirinya ke sungai Miluo. Kejadian ini berlangsung tanggal 5 bulan 5.Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai bacang sekarang. Para nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya (Wikipedia.com)

Cara membuat Bacang

Peh cun dan bacang adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pembuatan bacang karena memang terkait dengan sejarah perayaan pehcun itu sendiri. Bacang terbuat dariketan atau beras, berisi ayam, atau daging sapi .Adonan nya sendiri sepintas mirip dengan lontong. Namun pembungkusnya terbuat dari daun bambu.

Membuat bacang merupakan pekerjaan yang cukup rumit, tak heran bila lebih banyak keluarga tionghoa yang membelibacang yang sudah jadi saja. Membuat bacang membutuhkan keahlian khusus, terutama dalam membungkusnya. Bungkusan yang terbuat dari daun bambu ini berbentuk segitiga yang unik.Kesalahan dalam pembungkusan dapat membuat isi bacang keluar semua

Salah satu orang yang terbiasa membuat bacang adalah ibuku. Keterampilan ini diturunkan oleh nenek ku yang memang dulunya adalah pembuat kue. Meskipun saat ini, ibuku tidak lagi merayakan hari raya pekcun, namun pesanan bacang selalu ramai saja setiaptahunnya.

Dua minggu sebelum hari Peh cun, persiapan sudah mulai dilakukan. Dulu mencari daun bambu bukan hal sulit, di belakang rumah ku saja masih terhampar hutan bambu yang luas. Saat ini, agak sulit mencari pohon-pohon bambu untuk diambil daun nya.Jauh-jauh hari,daun bambu sudah dipesan dulu ke langganan yang biasa memasok daun bambu. Setelah terkumpul;, daun bambu di rebus sampai berubah warna. Daun bambu kemudian di angin-anginkan, dan di lap satu-satu. Dipilih daun bambu yang lebar dan panjang. Setelah persiapan daun bambu selesai baru di buat adonan nya.

Adonan utama bacangadalah beras atauberas ketan. Di buat menjadi aron, mirip dengan proses pembuatan lontong. Aron kemudian di masukan dalam daun bambu yang dibentuk sedemikian rupa, lalu di isi dengan daging cincang, kemudian diikat dengan tali. Bentuknya yang berupa prisma segitiga merupakan ciri khas bacang. Setelah semua aron sudah dibungkus dengan daun bamboo, kemudian di rebus. Lamanya perebuisan sekitar dua jam. Setelah dua jam, bacang diangkat,kemudian di angin-anginkan. Setelah itu bacang siap di konsumsi.Bacang Beras bisa tahan 3 hari sedangkan bacang ketan hanya kuat satu hari saja.

Mendirikan Telur

Orang-orang keturunan tionghoa mayakini pada hari pehcun, posisi koordinat bumi dan bulan pada posisi sejajar. Perayaan-perayaan pehcun seringkali di ramaikan dengan acara lomba mendidirikan telur, tepat pada jam 12 siang.Dikelenteng dekat rumah, rutin diadakan atraksi mendirikan telur. Tepat jam 12 siang, telur memang dapat berdiri tegak. Sebelum jam 12 siang, telur sulit sekali diberdirikan, namun tepat jam 12 siang sampai jam 13.00, mendirikan telur terasa mudah sekali. Setelah jam 13.00, telur kembali sulit di dirikan. Inilah sensasi perayaan peh cun yang cukup menghibur. Sensasi ini kuraskan sendiri, 5 butir telur dapat kudirikan dengan mudah. Serasa ada gaya berat pada bagian bawah telur yang membuatnya seimbang. Sebelumnya jam 10.00 aku dan beberapa tetanggaku sudah mencoba nya berulang kali, tapi telur tak juga bisa didirikan.

Untuk daerah – daerah yang dekat dengan sungai-sungai besar, perayaan peh cun selalu dimeriahkan dengan lomba perahu naga. Tabib-tabib pengobatan tradisional China juga biasa meracik bahan-bahan pembuat obat pada saat pehcun. Konon khasiat obat yang diracik pada saat pehcun memberikan khasiat yang lebih dasyat di banding hari-hari biasa.

Tradisi ini tetap hidup di komunitas-komunitas warga tionghoa, diseluruh dunia.Meskipun banyak dari mereka yang sudah tidak memegang agama leluhur. Agama tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk merayakan budaya nenek moyang mereka. Setidaknya rasa bacang yang gurih dan kwecang yang manis masih bisa mereka rasakan sebagai pelepas kangen dengan masa lalu mereka. Bentuk bacangumumnya sama di beberapa Negara, namun isinya biasanya bervariasi.

Setiap perayaan peh cun semua warga dapat mencicipi bacang. Tradisi untuk mengantarkan makanan berupa bacang ke para tetangga merupakan wujud toleransi dan kebersamaan diantara warga masyarakat di kampungku. Tidak merayakan hari raya pehcun pun, jangan khawatir tidak mencicipi bacang. Inilah kebersamaan yang terasa begitu indah di kampungku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun