Mohon tunggu...
Wisnu Mustafa
Wisnu Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

pencari cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kapok Jadi Preman

25 Februari 2012   13:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:27 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13301760921212532544

Pada era 80an,Bandiadalahseorang preman yang sangat ditakuti dikampungku. Bersama teman-temannya mereka kerap memalak para pedagang. Jika tidak diberi, jangan harap barang dagangan akan utuh. Semua bisa dengan teganya dia obrak-abrik.Semua pedagang kaki lima di pertigaan inimalas berurusan dengan mereka. The Bandit, nama itu sering mereka tulis besar-besar pada tembok-tembok toko, tiang listrik, bahkan aspal jalan. Sebagaisebuah brand, tentu mereka merasa perlu mengiklankan diri. Bandit bisa berarti penjahat, bisa juga nama dua pentolannya, Bandi dan Tata.

Dimasa itu memang kelompok-kelompok geng tumbuh subur dengan berbagai nama.Selain the bandit, ada lagi STC, singkatan dari Stun Teler Club, entah apa maksud dari kata-kata ini. Konon klubnya orang-orang yang suka teler (mabuk) sekaligus penggemar rolling stones.

Kiprah dua geng besar dengan anggota 20 sampai 30 orang ini cukup meresahkan warga. Kerjanya sepanjang hari hanya mabuk-mabukan, tubuh yang dipenuhi tato membuat Bandi tampak seperti seorang penjahat besar. Dia sangat bangga dengan tato yang ada hampir disekujur tubuhnya. Dari ujung kaki ada gambar ular yang melingkar melewati punggung terus sampai ke lehernya. Di dadanya ada gambar kepala harimau besar yang sedang menunjukan taringnya.Di bahu kiri ada gambar wanita telanjang, dibahu kanan ada gambar kepala tengkorak. Lengkaplah atributnya sebagai seorang preman. Sehari-hari,Bandi kerap bertelanjang dada, memamerkan tato yang ada ditubuhnya. Tata, wakilnya di geng ini juga berpenampilan hampir sama dengan dirinya.

Sore itu mereka sedang mengerumuni seorang pedagang sate.

“mas, sate tiga puluh tusuk, sama lontongnya ya, cepetan ngak pake lama”, bentak Bandi. Paiman si pedagang sate, terdiam.

Eh, kenapa bengong luh?

“eh anu mas , ehh ..

“Lu takut ngak gue bayar?Cepet lu bakarin, gue udah lapar nih…..

Paiman, masih diliputi kebimbangan. Tangannya mulai bergerak memindahlan sate ke atas panggangan. Hari ini dagang sedang sepi, baru sepuluh tusuk sate laku terjual.

Selesai makan sate, Bandi menghampiri Paiman, “mas sate tiga puluh sama lontong, hutang dulu ya, ntar gue bayar!

Paiman hanya terdiam,” hutang yang bulan lalu saja belum dibayar sekarang sudah tambah lagi’, serunya dalam hati.

Paiman bukan korban satu-satunya, semua pedagang di pertigaan ini sudah pernah berurusan dengan geng bandit. Dari mulai ko Ahong pedagangalat listrik, sampai pedagang sayur macam Mbok Surti. Tidak ada yang berani melawan kecuali sumpah serapah dalam hati.

Namun kali ini mbok Surti sudah tidak bisa lagi menahn amarahnya. Tomat dagangan nya diambil begitu saja oleh bandi dan kawan-kawanya. Mereka dengan santai berjalan, setelah mengambil buah tomat tersebut. Mbok Surti berteriak lantang, “demi langit dan bumi, semoga begundal macam kalian masuk neraka!! Rasakan panasnya api yang akan membakar kalian,manusiabusuk,” Teriaknya dengan histeris.

*******

Waktu berlalu, sepak terjang geng preman macam bandit semakin merajalela. Hingga pada satu saat, masyarakat di gemparkan oleh penemuan sesosok mayat bertato. Lelaki berkulit hitam itu ditemukan dalam sebuah karung.Digeletakan di tepi jalan dekat pasar. Luka tembak pada pelipis menunjukan bahwa dia tewas ditembak. Warga segera berkerumun, termasuk bandi dan kawan-kawannya. Warga ramai membicarakan penemuan mayat ini.

“wah ini penemuan mayat yang ke tiga dalam minggu ini saja”, kata seorang warga. Kemarin dua lagi ditemukan dipinggir kali, semua nya sama, lelaki bertato. Bandi tercekat mendengar berita ini. Hari bergant minggu, satu per satu mayat lelaki bertato ditemukan warga. Bandi dan geng nya seketika juga ciut nyalinya.

Geng preman macam bandi dan kelompok lainnya mendadadak lenyap bak ditelan bumi. Bandimendadak jadi anak rumahan. Tidak pernah lagi keluyuran seperti biasanya. Tiap hari hanya membaca koran saja dirumah. Pakaianya pun selalu rapi.

Mak tersenyum melihat perubahan sikap Bandi.

“mak senang sekarang luh udah insyaf, ndi”

“eh Ngomong-ngomong apa luh ngak gerah tiap hari pake baju tangan panjang mulu?

“eh mak tau nih, luh lagi naksir si ipeh anak bu Lasmi ya? Pantes aja dandanan luh perlente banget.

Emaknya yang memang bawel terus saja nyerocos mengomentari penampilan bandi.

“ kagak mak, nih liat koran tuh!Wajah bandi terlihat kesal

MAYAT LELAKI BERTATO KEMBALI DITEMUKAN MENGAMBANG DI SUNGAI

“sekarang lagi musim orang yang punya Tato dibunuh-bunuhin mak, makanya aye takut keluar rumah” serunya.

"emak jangan cerita-cerita kalau aye banyak tatonya...

“oh, gitu, ya udah  tuh tato lu apus aja….

“jeileh emak, emangnya ni tato di tulis pake pulpen apa, ini bikinya pake tinta china, masuk kedalam daging, gimana mau diapus”

“oh ya…. lu coba aja pake getah pohon bacang, tuh dibelakang rumah ada”

“kagak bisa mak, udah pernah aye coba, yang ada malah jadi koreng..

Emak terdiam beberapa saat, “kalu gitu lu setrika aja……

“Aapa distrika, ogah ah ma, panas, gila apa kulit distrika….

“ya terserah lu dah, lu milih mati di karungin apa ngrasain panas setrikaan….

******

“aduhhhhhh, aduhhhh,…………ohhhh panassss, maaakkk “Bandi berteriak histeris di belakang rumahnya. Bapaknya sedang asik menempelkan setrikaan besi ke lengan bandi, wajahnya dingin tak berperasaan. Emak sibuk mengipasinya dengan kipas bambu.. “Ayam jago” di atas strika besi itu serasa sedang mentertawakan kesakitannya. Bandi menangis menahan sakit dan panas yang teramat sangat, dia sudah hampir pingsan. Namun bayangan akan kematian dalam karung membuatnya bertekad untuk terus bertahan.

“Mau diterusin ngak nih”, kata bapaknya dengan dingin

.”terus aja pak, bandi masih sanggup nahan panasnya”, serunya dengan nafas tertahan.

“masih banyak nih yang perlu distrika, lu yakin masih sanggup, ndi…?

Saa ssaa ggg uuuuuppp …………..”

Matanya mulai berkunang-kunang. Tiba-tiba tampak olehnya wajah si mbok surti, Wanita tua itu meyeringai dan berkata , he he apa gua bilang lu bakal dibakar di neraka, hukum karma sudah datang he hehe, rasain tuh panasnya, neraka dunia..he he he

“Suara itu terus mengiang-ngiang dalam telinganya.

“Ampunnnn, ………ammmpunnnn………..Bandi menangis tersedu-sedu.

Aye kapok jadi preman mak, bener mak, aye kapoooookkkk…………….

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun