Cerita ini berawal ketika migraine atau sakit kepala sebelah yang aku derita tak juga reda. Sudah hampir satu bulan rasa sakit disebelah kiri kepala meyiksaku. Beberapa dokter umum dan dokter spesialis sudah aku datangi tapi tak juga membuahkan hasil. Hingga suatu malam aku bermimpi memegang sebuah benda yang rasanya tak asing lagi buatku. Sebuah batu berbentuk bulat seukuran kepalan tangan. Warnanya agak kecoklatan, permukaannya licin seperti batu ali. Akupun tersentak bangun. Aku berusaha mengingat-ingatmimpi yang baru saja aku alami.
[caption id="attachment_193895" align="aligncenter" width="300" caption="batu coklat (doc.pribadi)"][/caption]
Batu itu adalah bagian dari masa kecilyang tersimpan erat dalam memori otakku. Kebetulan ayah adalah seorang pecinta benda-benda kuno dan mistik dari mulai batu akik,tumbak sampai keris-keris kuno.Dulu jika kami sakit, ayah selalu memberikan batu coklat itu kepada anak-anaknya.Kisah seorang kakek sakti yang memberikan batu tersebut kepada ayah. Merupakan bumbu cerita yang sering diceritakan ayah tatkala kami sakit. Ceita yang tentu saja fiksi namun kami begitu mempercayainya.
Batu itu mensugesti kami sehingga kami merasa tenang. Waktu aku sakit gigi, ayah menempelkanbatu yang berasa dingin itudi pipiku, sakit gigi berangsur sembuh, lain waktu aku kena cacar. Cacar air adalah salah satu penyakit yang menyiksa anak kecil, gatalnyatak ketulungan. Batu itukembali mensugesti aku, ayah menggosokkannya kebagian yang gatal dan ajaib akupun bisa tidur pulas sampai pagi harinya. Dan banyak lagi kisah-kisahku bersamanya.
Setelah mimpi yang aku alami itu, akupun bergegas mencari batu itu dirumah orang tuaku. Disana ada sebuah ruangan penyimpanan benda-benda kuno. Setelah ayah meninggal, tidak ada lagi yang mengurusnya, hanya aku yang setiap tahun biasanya membersihkan benda-benda kuno tersebut. Itupun dengan cara-cara dan bimbingan mbah google karena akupun tidak tahupasti bagaimana merawat aneka macam keris, tumbak atau benda-benda aneh lainnya.
Setelah kucari-cari, ternyata batu coklat itu masih ada disana, berdebu tapimasih tampak keindahannya. Kurasakan dingin dalam genggaman tanganku. Serangkaian perasaan aneh hadir dalam hatiku. Betapa aku memang merasa dekat dengan benda ini. Rasa kangen pada ayah tiba-tiba saja menyeruak dalam dada. Rindu pada tawanya, orasinya, dan cerita-ceritanya yang selalu membuat kami terhanyut.
Kugosok batu coklat itu sampai kembali mengkilat. Aku ingin mensugesti diriku sendiri , sama ketika ayah mensugesti diriku ketika aku kecil dulu.Kubacakan serangkaian doa dan ayat-ayat pendek yang dulu selalu kudengar. Baca Surah Alfatihah 3 kali,Al Ikhlas 3 kali, dan An Naas 3 kali lalu kuusapkan pada dahi sebelah kiriku selama 5-10 menit. Kulakukan malam sebelum tidur selama tiga malam berturut-turut. Dan Amazing, migraine yang menyiksaku selama hampir sebulan ini berangsurhilang.
[caption id="attachment_193897" align="aligncenter" width="300" caption="aneka keris (doc.pribadi)"]
Mungkin ini yangdisebut efek placebo. Sembuh bukan karena efek obat atau benda nya tapi karena adanya keyakinan dalam diri seseorang. Serangkaian memori masa kecil ikut membantu kedasyatan batu coklat itu. Aku yakin jika dilakukan pada orang lain mungkin tidak akan seperti ini efeknya.
Memorabilia yang ada pada batu coklat itu mungkin telah mensugesti diriku akan kedasyatan efek yang ada pada batu tersebut. Serangkaian isyarat yang dipancarkan batu tersebut seolah menyihirku. Doa-doa yang dibacakan turut serta mempengaruhi keyakinan akan “kesaktian” batu tersebut.Namun yang jelas dan pasti adalah izin Allah SWT yang memberikan jalan kesembuhan buatku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H