Mohon tunggu...
Wisnu Mustafa
Wisnu Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

pencari cinta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cuma Ikan Sapu-Sapu yang Tersisa di Sungaiku

26 Mei 2011   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:12 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekosistem sungai dengan segala habitat flora dan fauna yang hidup di dalamnyamerupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan. Dua puluh tahun lalu, sungai yang ada di kampungku masih berair jernih. Segala jenis ikan dapat dengan mudah kita temukan. Lele, gabus, sepat, ikan mas, mujair, betok,tawes, udang batu, remis dan lain lain. Sisi sungai dipenuhi pohon-pohon besar seperti angsana, asam, dan waru. Dasar sungai di penuhi pasir berwarna hitam dan batu-batu besar. Diantara batu-batu dengan mudah kita temukan udang-udang berukuran lumayan besar berwarna hitam.

Memancing atau menjala ikan adalah pekerjaan sampingan para warga diwaktu senggang. Dulu, acara memancing adalah acara yangbenar-benar mengasyikan, karena ikan dengan mudah dapat kita pancing. Sebentar saja hasil yang didapat akan banyak. Mudah saja rasanya mencari teman untuk makan nasi.

Itu cerita dua puluh tahun lalu. Kerusakan dimulai ketika industry masuk ke daerah ku. Garmen, tekstil dan kulit. Disatu sisi masuknya industry membawa berkah bagi warga di sekitar pabrik. Kesejahteraan warga memang meningkat. Namun disisi lain kerusakan lingkungan mulai membayangi. Industri pengolahan kulit yang beroperasi saat itu benar-benar menghancurkan ekositem sungai yang ada dikampungku. Warna air berubah-ubah, merah, hijau malah kadang berwarna ungu. Bau menyengat juga kerap di rasakan oleh warga sepanjang aliran sungai. Tak terhitung ikan-ikan dan hewan air yang mati keracunan.

Setelah beroperasi beberapa tahun, pabrik akhirnya ditutup. Warga lega karena tuntutan mereka dipenuhi. Meskipun demikian, industry lainnya pun mulai tumbuh kembali. Dari mulai bahan kimia sampai pabrik shampoo.Mulailah lagi pencemaran menghantui sungai ku. Meskipun tidak lagi berwarna warni. Saat ini kondisisungai sangat memprihatinkan. Sampah-sampah plastik berserakan disisi-sisi sungai. Air berwarna coklat kehitaman dan berlumpur. Tidak ada lagi pasir hitam didasar sungai. Dalam kondisi kerusakan lingkungan yang parah, hilang pula satwa-satwa air penghuni nya.

Saat ini sudah sulit sekali mencari ikan di sungai ini. Para pencari ikan yang biasa memancing ataupun menggunakan jala tidak pernah lagi mendapatkan ikan. Di jala mereka yang ada hanya ikan sapu-sapu atau plecostomus. Ketika jala di tarik,tampak ikan-ikan berukuran cukup besar berwarna hitam dalam jala. Awalnya mereka mengira,ikan gabus yang mereka dapatkan, namun setelah di perhatikan mereka akhirnya hanya tertawa saja. “Sialan, Ikan sapu-sapu, gua kira gabus”, teriak mereka., Awal nya ikan ini adalah ikan pembersih aquarium. Seingatku dulu biasa di jual di kios-kios pedagang ikan hias. Ikan ini memakan lumut yang menempel pada aquarium. Entah bagaimana caranya ikan sapu-sapu saat ini merajai sungai-sungai kotor yang ada di daerah ku. Di saat ikan lain tak kuat dengan pencemaran,hanya ini ikan yang sanggup bertahan dari segala macam polutan.

Sulitnya mencari ikan di sungai yang kotor membuat para pencari ikan akhirnya menangkap juga ikan sapu-sapu ini. Tayangan ditelevisi beberapa waktu lalu memperlihatkan parapencari ikan di Jakarta menjala ikan sapu di sungai yang berair hitam. Ikan-ikan sapu ini kemudian di kuliti dan hanya diambil daging nya saja.Daging ikan sapu-sapu ternyata laku juga di pasar. Pedagang di pasar menjual daging ikan sapu Rp.10.000 rupiah perkilonya. Pelanggan nya adalah para pedagang somay dan baso goreng yang sering mangkal di sekolah-sekolah.

Sebenarnyadaging ikan sapu-sapu tidak apa-apa di konsumsi oleh kita. Nilai gizinya sama saja dengan ikan lain pada umumnya. Namun yangmenjadi masalah adalah jika ikan tersebut di tangkap dari perairan yang tercemar. Daya tahan ikan sapu terhadap polutan membuat terjadinya endapan bahan berbahaya dalam tubuhnya. Bahan polutan dalam daging ikan, bila di konsumsi tentu akan menimbulkan efek yang buruk bagi kesehatan.

Kedepan perlu langkah bersama untuk membersihkan dan mengembalikan ekosistem itu seperti semula. Bukan perkerjaan yang mudah. Namun kembalinya ekosistem sungai seperti dulu tetaplah menjadi obsesi.Langkah-langkah kecil sudah mulai di lakukan oleh warga, semoga suatu saat nanti anak cucu kita bisa kembali menikmati udang batu, tawes, betok dan lain-lain tidak Cuma ikan sapu sapu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun