Mohon tunggu...
I Ketut Wisnu Laksana
I Ketut Wisnu Laksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Has an interest in football culture, editing and graphic design

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Kualitas Jurnalisme di Tengah Pesatnya Teknologi Komunikasi

23 Desember 2024   08:20 Diperbarui: 23 Desember 2024   08:32 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Jurnalisme Masa Kini (Sumber: Romeltea Media)

Di era digital saat ini, teknologi komunikasi berkembang dengan sangat pesat, mengubah cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan tentu saja, mengakses informasi. Sebelumnya, masyarakat hanya mengandalkan media tradisional seperti surat kabar, radio, dan televisi sebagai sumber informasi utama. Namun, sekarang hampir setiap orang dapat mengakses dan menyebarkan informasi melalui berbagai platform digital dengan mudah. Meskipun hal ini membawa banyak kemudahan, perkembangan ini juga menimbulkan tantangan besar bagi dunia jurnalisme, terutama dalam menjaga kualitas dan akurasi informasi yang sampai ke publik.

Masalah: Penyebaran Informasi yang Tidak Terverifikasi


Salah satu tantangan terbesar dalam jurnalisme saat ini adalah penyebaran informasi yang tidak terverifikasi, atau bahkan salah. Dengan hadirnya platform media sosial dan situs berita online, berita bisa dengan cepat menyebar ke jutaan orang tanpa melalui proses verifikasi yang ketat. Media sosial memungkinkan siapa saja untuk menjadi penyebar informasi, tanpa memperhatikan keakuratan atau sumbernya. Dalam banyak kasus, informasi yang belum jelas kebenarannya bisa langsung viral hanya karena didukung judul yang sensasional atau gambar yang menarik perhatian.
Fenomena ini membawa dampak serius, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan isu kesehatan, politik, atau krisis sosial. Misalnya, pada masa pandemi COVID-19, beredarnya informasi palsu mengenai vaksin atau obat-obatan sempat memicu kebingungan dan keraguan di kalangan masyarakat. Tanpa proses verifikasi yang tepat, berita palsu ini bisa berbahaya, bahkan menyebabkan kerugian nyata bagi masyarakat.

Penyebab: Kecepatan dan Bisnis dalam Dunia Digital
Kecepatan penyebaran informasi di dunia digital, meskipun membawa kemudahan, juga menjadi salah satu penyebab utama maraknya informasi yang tidak terverifikasi. Di platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram, berita dapat dengan cepat mencapai audiens yang sangat luas. Namun, di balik kecepatan ini ada tekanan besar untuk menghasilkan konten sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin. Banyak media, terutama yang berbasis online, mengandalkan algoritma yang mendorong mereka untuk mempublikasikan berita dengan cepat agar mendapat lebih banyak klik dan tayangan.
Dalam beberapa kasus, hal ini menyebabkan media lebih fokus pada kecepatan daripada ketepatan. Konten yang dibuat hanya untuk menarik perhatian---seperti judul yang provokatif atau gambar yang menyesatkan yang sering kali lebih mendapat perhatian daripada artikel yang dan berbasis fakta. Ini diperburuk oleh kenyataan bahwa sebagian besar pendapatan media digital bergantung pada iklan yang dihasilkan dari klik dan tampilan halaman. Dengan demikian, media lebih cenderung memprioritaskan konten yang bisa viral, meski terkadang itu berarti mengorbankan ketelitian dan integritas jurnalistik.

Akibat: Krisis Kepercayaan dan Dampak Sosial


Akibat dari penyebaran informasi yang salah ini sangat merugikan. Salah satunya adalah menurunnya kepercayaan publik terhadap media. Ketika masyarakat sering kali terpapar pada berita yang ternyata salah atau tidak lengkap, mereka menjadi lebih skeptis terhadap media secara keseluruhan. Hal ini bisa memicu erosi kepercayaan terhadap institusi jurnalisme sebagai pilar demokrasi yang seharusnya menyediakan informasi yang akurat dan obyektif. Dalam jangka panjang, krisis kepercayaan ini berpotensi merusak peran media dalam menjaga akuntabilitas publik dan menyuarakan kebenaran.

Di samping itu, informasi yang salah juga dapat memicu dampak sosial yang lebih besar. Misalnya, dalam konteks politik, penyebaran berita palsu dapat memperburuk polarisasi di kalangan masyarakat. Berita yang salah atau memanipulasi fakta dapat memperburuk ketegangan sosial dan memperdalam perpecahan yang ada. Dalam beberapa kasus, informasi yang salah bahkan dapat memicu kekerasan atau kerusuhan, seperti yang terjadi di beberapa negara akibat berita hoaks yang beredar di media sosial.

Solusi: Peran Jurnalisme Profesional dan Peningkatan Literasi Media


Menyikapi tantangan ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memitigasi dampak negatif dari perkembangan teknologi komunikasi terhadap jurnalisme. Salah satu solusi utama adalah penguatan peran jurnalisme profesional. Media massa, baik yang tradisional maupun digital, perlu memastikan bahwa informasi yang mereka sampaikan telah melalui proses verifikasi yang ketat. Jurnalis harus dilatih untuk lebih berhati-hati dalam memeriksa kebenaran setiap informasi dan sumber yang mereka kutip. Peningkatan etika jurnalistik dan kesadaran tentang dampak dari berita yang disebarkan juga sangat penting.
Di sisi lain, literasi media harus menjadi bagian integral dari pendidikan masyarakat. Sebagai konsumen informasi, masyarakat harus memiliki kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi berita yang mereka terima. Literasi media bukan hanya tentang cara menggunakan teknologi, tetapi juga tentang memahami bagaimana cara kerja media dan bagaimana cara mengenali informasi yang akurat dan tidak akurat. Dengan adanya literasi media yang lebih baik, masyarakat bisa lebih bijak dalam memilih sumber informasi yang dapat dipercaya dan tidak mudah terpengaruh oleh berita yang menyesatkan.


Selain itu, platform digital juga perlu bertanggung jawab atas konten yang mereka sebar. Beberapa platform besar, seperti Facebook, Twitter, dan YouTube, sudah mulai mengambil langkah-langkah untuk menanggulangi misinformasi dengan memberikan label pada informasi yang meragukan atau melakukan pemeriksaan fakta terhadap konten yang beredar. Meski demikian, hal ini masih perlu diperkuat agar lebih efektif dalam mencegah penyebaran berita palsu.


Di tengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, tantangan besar bagi dunia jurnalisme adalah bagaimana menjaga kualitas dan akurasi informasi yang disebarkan kepada publik. Penyebaran informasi yang cepat dan tidak terverifikasi dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap media dan memperburuk polarisasi sosial. Oleh karena itu, peran jurnalisme yang profesional dan peningkatan literasi media sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat tetap mendapatkan informasi yang benar dan dapat dipercaya. Dengan demikian, kita bisa membangun ekosistem informasi yang sehat, di mana kualitas jurnalisme tetap terjaga meskipun di tengah perubahan teknologi yang begitu pesat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun